Oleh: Lulut Suhermi (50324008)
MPGMI A
Hari Guru Nasional diperingati setiap
tanggal 25 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional sebagai
bentuk penghormatan kepada sosok guru yang berjasa membangun peradaban melalui
pendidikan. Momen ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi juga waktu untuk
merenungkan kembali peran strategis guru di tengah perubahan zaman, khususnya
di era digital yang penuh tantangan dan peluang. Teknologi telah mengubah
hampir seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk cara belajar dan mengajar. Di
satu sisi, digitalisasi mempermudah akses informasi, memperluas wawasan, dan
membuka ruang kreativitas; namun di sisi lain, juga menghadirkan ancaman
seperti degradasi moral, penyebaran hoaks, hingga pudarnya rasa nasionalisme di
kalangan generasi muda.
Guru dituntut untuk menjadi sosok hebat bukan
hanya menguasai teknologi, tetapi juga mampu menjaga nilai-nilai luhur bangsa
agar tidak hilang ditelan arus globalisasi. Guru hebat adalah mereka yang tidak
sekadar cerdas dalam pengetahuan, tetapi juga bijak dalam mendidik dan
menanamkan karakter kebangsaan. Melalui tangan para guru, martabat Indonesia
akan tetap tegak di tengah derasnya gelombang perubahan dunia.
1. Tantangan Guru di Era Digital
dan Globalisasi
Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi saat ini telah membawa manusia memasuki era baru: era digital
yang serba cepat, terbuka, dan kompetitif. Di satu sisi, kemajuan ini menjadi
peluang besar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pembelajaran kini dapat
dilakukan secara daring, interaktif, dan inovatif. Namun di sisi lain, dunia
digital juga membawa pengaruh negatif yang tidak bisa diabaikan. Informasi yang
begitu cepat tersebar sering kali tidak terverifikasi, budaya luar mudah
diakses tanpa filter, dan gaya hidup instan mulai menggerus nilai-nilai
kebangsaan.
Dalam situasi ini, guru memegang
peran penting sebagai navigator moral dan intelektual. Guru bukan hanya
mengajarkan keterampilan digital, tetapi juga mendampingi siswa agar mampu
bersikap kritis, selektif, dan beretika dalam menggunakan teknologi. Sebagaimana
dikatakan Nelson Mandela, “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk
mengubah dunia.” Senjata itu berada di tangan guru — dan bagaimana ia
menggunakannya akan menentukan arah masa depan bangsa.
2. Guru Hebat: Menanamkan
Nasionalisme di Dunia yang Terbuka
Nasionalisme di era digital bukan
lagi sekadar hafalan lagu kebangsaan atau simbol-simbol negara, melainkan
kesadaran kolektif untuk mencintai, menjaga, dan membangun Indonesia dengan
cara yang relevan dengan zaman. Di tengah arus globalisasi yang menawarkan
budaya dan ideologi asing, peran guru dalam menanamkan nilai nasionalisme
menjadi semakin vital.
Guru hebat mampu menanamkan
nasionalisme melalui tiga cara utama:
a. Integrasi nilai nasionalisme
dalam pembelajaran.
Guru yang kreatif tidak hanya mengajar sesuai buku teks, tetapi juga mengaitkan
materi pelajaran dengan realitas sosial dan semangat kebangsaan. Misalnya,
dalam pelajaran IPS atau PAI, siswa diajak memahami perjuangan tokoh bangsa,
pentingnya persatuan, dan makna syukur terhadap kemerdekaan yang diraih dengan
pengorbanan.
b. Keteladanan sebagai pendidikan
karakter.
Guru yang hebat tidak hanya mengajarkan nilai-nilai nasionalisme, tetapi juga
menjadi teladan hidup dari nilai-nilai itu sendiri: disiplin, jujur, sederhana,
dan peduli terhadap sesama. Siswa belajar nasionalisme tidak hanya melalui
kata-kata, melainkan dari perilaku sehari-hari gurunya di kelas maupun di
lingkungan sekolah.
c. Pemanfaatan teknologi untuk
menumbuhkan kebanggaan nasional.
Guru dapat memanfaatkan platform digital seperti YouTube, podcast, atau media
sosial untuk mengenalkan budaya Indonesia, bahasa daerah, dan sejarah
perjuangan bangsa dalam bentuk konten kreatif. Dengan demikian, siswa tidak
hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga produsen nilai positif dan
kebanggaan nasional di ruang digital.
3. Sinergi Pendidikan dan
Teknologi untuk Membangun Martabat Bangsa
Guru hebat memahami bahwa teknologi
hanyalah alat, bukan tujuan akhir pendidikan. Teknologi harus menjadi sarana
untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Di
madrasah maupun sekolah, integrasi teknologi dapat dilakukan dengan bijak:
menggunakan aplikasi pembelajaran interaktif, memanfaatkan video sejarah
perjuangan bangsa, atau mengadakan proyek digital bertema kebangsaan.
Namun keberhasilan semua itu tidak
lepas dari kompetensi dan karakter guru itu sendiri. Guru yang hebat di era
digital bukan yang paling canggih menggunakan aplikasi, tetapi yang mampu
memanusiakan teknologi — menjadikannya sarana untuk membentuk karakter, bukan
sekadar transfer pengetahuan. Guru harus terus belajar, meningkatkan literasi
digital, dan menyesuaikan strategi mengajarnya agar tetap relevan dengan
kebutuhan generasi Z dan Alpha yang hidup dalam dunia serba digital.
Sebagaimana ditegaskan oleh Ki
Hadjar Dewantara: “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani.” Di depan, guru memberi teladan; di tengah, membangun semangat;
di belakang, memberi dorongan. Filosofi ini tetap relevan hingga kini. Guru di
era digital harus mampu menuntun siswa bukan hanya agar pintar menggunakan
teknologi, tetapi juga bijak dan berkarakter dalam menggunakannya.
4. Guru sebagai Inspirator
Martabat Bangsa
Martabat suatu bangsa ditentukan
oleh kualitas pendidikannya, dan kualitas pendidikan sangat bergantung pada
keteladanan guru. Guru hebat tidak hanya menginspirasi melalui kata-kata,
tetapi melalui tindakan nyata: ketulusan dalam mengajar, kesabaran dalam
membimbing, dan semangat dalam menghadapi perubahan.
Dalam masyarakat yang semakin
digital, kehadiran guru yang manusiawi yang
mau mendengar, memahami, dan membimbing dengan hati menjadi semakin berharga.
Sementara teknologi mungkin dapat menggantikan papan tulis, tidak ada algoritma
yang bisa menggantikan kehangatan dan kebijaksanaan seorang guru. Di sinilah
letak martabat bangsa: pada kekuatan moral dan kemanusiaan yang ditanamkan oleh
para guru hebat kepada generasi penerus.
Di era digital yang penuh tantangan
dan perubahan cepat, guru tetap menjadi pilar utama peradaban bangsa. Guru
hebat bukan hanya yang menguasai teknologi, tetapi yang mampu menggunakannya
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, menanamkan karakter, dan menjaga
martabat Indonesia di tengah dunia yang semakin terbuka.
Hari Guru Nasional 2025 adalah
momentum untuk menghargai perjuangan para guru yang terus beradaptasi dan
berinovasi tanpa kehilangan jati diri. Melalui tangan guru yang hebat,
Indonesia akan melahirkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan berjiwa nasionalis
generasi yang siap membawa bangsa ini menjadi lebih bermartabat di kancah
global.
Sebagaimana pesan bijak Ki Hadjar
Dewantara, “Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.” Maka guru hebat bukan hanya pengajar, melainkan
penuntun bangsa menuju masa depan yang bermartabat dan berdaulat di era
digital.

0 Comments