Oleh: Musyrifah Zidni Baroroh (53325011) Prodi Doktoral PAI
Pendahuluan
Di tengah derasnya arus teknologi yang terus
berkembang, dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat. Teknologi
seperti kecerdasan buatan, internet, dan media sosial semakin memengaruhi cara
anak-anak belajar dan berinteraksi. Dalam momen Hari Guru Nasional 2025 ini,
penting bagi kita semua terutama para pendidik untuk merenungkan kembali peran
penting pendidikan dalam membentuk karakter siswa. Pendidikan bukan lagi
sekadar mengajarkan pengetahuan, tapi juga membentuk kepribadian yang kuat,
berintegritas, dan siap menghadapi tantangan zaman. Karena di balik kemudahan
akses informasi, tantangan moral dan sosial pun semakin nyata. Bagaimana kita
bisa menjaga nilai-nilai baik agar tidak terkikis oleh perubahan zaman?
Perkembangan teknologi di era digital membawa
banyak perubahan dalam kehidupan, termasuk di bidang pendidikan. Digitalisasi
memang memudahkan akses informasi dan membuat pembelajaran lebih efisien,
tetapi juga menimbulkan tantangan baru. Salah satu tantangan utama adalah
menurunnya nilai karakter akibat penggunaan teknologi yang tidak terkontrol.
Karena itu, pendidikan karakter sangat penting agar generasi muda bisa
menghadapi era digital dengan bijak, bertanggung jawab, dan tetap memegang
nilai moral
Pembahasan
Menghadapi tantangan ini, strategi pendidikan
karakter harus diperkuat dengan mengintegrasikan nilai kejujuran, tanggung
jawab, dan disiplin ke dalam setiap pelajaran dan kegiatan di sekolah. Guru
berperan penting dalam menerapkan metode pengajaran yang menanamkan nilai
moral, seperti diskusi etika dan tugas refleksi, agar siswa mampu
menginternalisasi nilai-nilai tersebut secara mendalam dan aplikatif.
Teknologi memang membawa perubahan besar dalam
cara kita belajar dan berinteraksi, khususnya bagi generasi muda. Dengan akses
ke perangkat digital, internet, dan aplikasi pembelajaran yang canggih, siswa
bisa mendapatkan pengetahuan dengan lebih cepat dan beragam. Namun, tidak bisa
dipungkiri, teknologi juga menghadirkan tantangan serius terhadap pendidikan
karakter. dampak negatif teknologi terhadap karakter siswa banyak terlihat pada
cara mereka berkomunikasi dan bertingkah laku. Siswa kadang mengadopsi gaya
bahasa kasar, bahkan kata-kata yang merendahkan teman atau guru, meniru apa
yang mereka lihat di media sosial atau aplikasi digital. Pola komunikasi yang
tidak sopan ini mempengaruhi atmosfer pembelajaran dan pembentukan akhlak mulia
di sekolah. Oleh sebab itu, intervensi pendidikan karakter yang terintegrasi
dalam mata pelajaran dan budaya sekolah sangat penting untuk meminimalisir
pengaruh buruk teknologi
Di sisi lain,
teknologi juga berpotensi menjadi alat yang sangat membantu dalam pendidikan
karakter. Teknologi dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa
jika digunakan dengan strategi yang tepat. Konten pembelajaran yang interaktif
dan menarik membuat siswa lebih antusias, sehingga nilai-nilai positif seperti
disiplin, tanggung jawab, dan kerjasama bisa disisipkan secara efektif melalui
aktivitas digital yang didesain khusus . Namun, tantangan terbesar adalah
mengendalikan risiko kecanduan teknologi dan berkurangnya interaksi sosial
secara langsung antar siswa. Oleh karena itu, pemilihan konten yang tepat dan
pengawasan dari guru serta orang tua menjadi kunci keberhasilan pemanfaatan
teknologi dalam pendidikan karakter .
Dalam perspektif lain, teknologi juga bisa
membantu guru mengajarkan nilai-nilai karakter melalui media digital seperti
simulasi, games edukatif, dan video pembelajaran yang kreatif. Melalui
teknologi, budaya sekolah yang positif dapat dibangun, misalnya dengan
mempublikasikan kegiatan-kegiatan sosial, penghargaan perilaku baik, dan
aktivitas pembelajaran kolaboratif secara online sebagai inspirasi bagi siswa
lain.
Di era digital seperti sekarang, peran guru
memang jauh lebih kompleks dari sekadar menyampaikan materi pelajaran. Guru
tidak hanya bertugas sebagai sumber ilmu, tetapi juga sebagai pembimbing yang
membentuk karakter dan kepribadian siswa agar mampu menghadapi tantangan zaman.
Dalam kondisi di mana teknologi berkembang pesat dan pengaruh media sosial
begitu besar, guru menjadi garda terdepan yang harus menjaga nilai-nilai moral
dan etika dalam diri peserta didik.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan harus
diimbangi dengan pengajaran literasi digital dan etika penggunaannya. Guru
berperan mengajarkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan dengan bijak dan
positif untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan karakter, sekaligus
mengingatkan risiko kecanduan dan penyebaran informasi negative. Dengan cara
ini, guru tidak hanya menjadi pendidik akademik, tetapi juga pendamping moral
yang membantu siswa menjadi pengguna teknologi yang beretika.
Selain itu, guru juga harus mampu membangun
suasana kelas yang kondusif dan kekeluargaan, mendorong kolaborasi dan
komunikasi antar siswa, baik dalam dunia nyata maupun digital. Interaksi sosial
yang sehat ini sangat krusial sebagai media pembelajaran karakter, empati, dan
kerja sama, yang sulit digantikan oleh teknologi sepenuhnya.
Mengajak siswa untuk berpikir kritis dan
reflektif menjadi kunci penting dalam membangun karakter di era digital. Dalam
dunia yang dipenuhi informasi dan teknologi seperti saat ini, siswa tidak cukup
hanya menerima informasi secara pasif. Mereka perlu dilatih untuk menjadi
pembelajar aktif yang mampu menganalisis, mengevaluasi, dan mengkritisi
berbagai sumber informasi yang mereka temukan secara mandiri. Dengan pembiasaan
berpikir kritis, siswa dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, bukan
sebagai pengalih perhatian yang menurunkan kualitas belajar dan moral.
Pembiasaan refleksi diri melalui jurnal
harian, catatan pengalaman, dan diskusi personal juga merupakan praktik efektif
yang dapat diterapkan. Dengan mendorong siswa untuk secara rutin mengevaluasi
sikap dan tindakan mereka, guru membantu mereka menginternalisasi nilai-nilai
positif sekaligus mengenali dan memperbaiki kelemahan diri. Pada akhirnya,
proses berpikir kritis dan reflektif ini mengantarkan siswa menjadi individu
yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dan bertanggung jawab.
Saya sering melihat bagaimana siswa bergumul
dengan informasi yang sangat banyak di dunia maya. Mereka butuh bimbingan untuk
memilah mana yang benar, mana yang baik, dan mana yang harus dihindari.
Percakapan terbuka dan hubungan dekat antara guru dan siswa sangat membantu
mereka merasa didengar dan dipahami. Ketika guru berhasil membangun suasana
belajar yang penuh kepercayaan dan kasih sayang, siswa lebih terbuka menerima
nilai-nilai positif dan mau berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Membangun karakter di era teknologi maju bukan
perkara mudah, tapi sangat mungkin dilakukan. Pendidikan harus menjawab
tantangan ini dengan pendekatan yang seimbang antara ilmu dan nilai. Guru
menjadi kunci agar teknologi bukan hanya alat, tapi jembatan untuk membentuk
generasi muda yang tangguh dan bermartabat. Education is the most powerful
weapon which you can use to change the world. Mari bersama-sama, sebagai guru,
orang tua, dan masyarakat, menciptakan suasana pendidikan yang tidak hanya
mengasah otak, tapi juga membangun jiwa dan hati. Dengan begitu, siswa kita
tidak hanya siap bersaing di dunia yang cepat berubah, tapi juga siap
berkontribusi untuk dunia yang lebih baik.
Penutup
Pendidikan karakter di era disrupsi teknologi
menghadirkan tantangan sekaligus peluang besar. Teknologi bukanlah musuh,
melainkan alat yang harus dimanfaatkan dengan bijak untuk memperkuat proses
pembentukan karakter siswa. Dalam menghadapi arus perubahan yang cepat,
pengembangan karakter siswa tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga
menanamkan nilai moral, empati, tanggung jawab, dan sikap kritis. Siswa harus
dibekali kemampuan untuk mengelola diri dalam dunia digital serta berperilaku
etis di lingkungan nyata maupun maya.
Pendidikan karakter adalah investasi
terpenting yang bisa kita tanamkan pada generasi muda sebagai bekal menghadapi
masa depan yang penuh ketidakpastian." Semangat ini mengingatkan bahwa
meski teknologi modern terus berkembang, nilai-nilai luhur seperti kejujuran,
disiplin, dan kasih sayang tetap menjadi pondasi utama.
Mari kita manfaatkan teknologi sebagai teman dalam
belajar, sementara guru tetap menjadi pembimbing yang bijaksana untuk
perkembangan siswa. Jika sekolah, keluarga, dan masyarakat bekerja sama dengan
baik, kita bisa membentuk generasi yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi
juga berkarakter kuat, mampu bersaing secara global, dan memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi.

0 Comments