Oleh : Novita Barokah (50324012)
MPGMI A
Pendahuluan
Saat
ini, dunia pendidikan dituntut untuk beradaptasi dengan paradigma baru seiring perubahan
zaman yang begitu cepat. Era Revolusi Industri 5.0 menempatkan manusia
sebagai pusat inovasi, ditandai dengan adanya kolaborasi harmonis antara
kecerdasan buatan dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini, guru tidak hanya
berperan sebagai pengajar, namun juga sebagai fasilitator, penggerak, dan
pembentuk karakter peserta didik.
Peringatan
Hari Guru Nasional 2025 menjadi momentum reflektif bagi seluruh elemen
pendidikan untuk memperkuat kompetensi guru dalam menghadapi tantangan era 5.0.
Sebagaimana diungkapkan Ki Hajar Dewantara, “Ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani” (Tri Siswanti, 2025: 4). Guru dituntut menjadi teladan,
penggerak semangat, dan pendorong tumbuh kembang peserta didik. Filosofi ini
tetap relevan dalam konteks pendidikan modern yang menekankan adanya teknologi.
Dalam situasi seperti ini, penguasaan pengetahuan pedagogis saja masih dirasa kurang memadahi, guru dituntut untuk memiliki kemampuan adaptif terhadap perkembangan teknologi dan sosial. Meskipun saya bukan guru secara profesi, pengalaman singkat melaksanakan praktik mengajar di salah satu madrasah dasar memberikan pemahaman konkret mengenai pentingnya ketangguhan guru di lapangan. Berdasarkan pengalaman tersebut, kesiapan mental, penguasaan teknologi, serta kemampuan membangun interaksi bermakna dengan peserta didik sangatlah dibutuhkan untuk menghadapi era 5.0.
Isi
Kemampuan
mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dengan kemajuan teknologi dalam
proses pembelajaran dapat diartikan sebagai ketangguhan guru di era Revolusi
Industri 5.0. Dalam pengalaman praktik mengajar, saya mencoba mengoptimalkan
media teknologi sederhana seperti proyektor dan gambar interaktif dalam
pembelajaran sains. Penggunaan media ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi
dan antusiasme siswa dalam belajar. Mereka menjadi lebih fokus, aktif bertanya,
dan terlibat dalam diskusi kelas. Hal tersebut menggambarkan bahwa ketangguhan
guru tidak selalu bergantung pada kecanggihan teknologi, namun terletak pada
kreativitasnya dalam memanfaatkan teknologi sebagai sarana pembelajaran.
Selain
itu, kesiapan untuk terus belajar dan beradaptasi juga merupakan cakupan dari
ketangguhan guru. Rasa gugup dan kurang percaya diri seringkali muncul saat
pertama kali berdiri di depan kelas. Namun rasa gugup tersebut dapat diubah
menjadi semangat untuk selalu memberikan pembelajaran yang bermakna melalui
persiapan materi yang matang, pendekatan yang humanis, serta keterbukan
terhadap dinamika kelas. Guru tangguh bukanlah sosok yang sempurna, melainkan
mereka yang terus berkembang bersama lingkungannya.
Era
5.0 menempatkan teknologi sebagai mitra, bukan pengganti guru. Mesin dapat
memberikan efisiensi, tetapi hanya guru yang mampu membangun empati,
karakter, dan semangat belajar. Dalam praktik mengajar, untuk menciptakan
suasana kelas yang terbuka dan kondusif guru perlu menyapa peserta didik dengan
ramah serta mendengarkan keluh kesah mereka sebelum pembelajaran dimulai. Hal-hal
sederhana tersebut dapat menunjukkan peran guru sebagai penuntun nilai dan
karakter.
Upaya mewujudkan
ketangguhan guru di era 5.0 dihadapkan pada berbagai tantangan signifikan yang
tidak dapat diabaikan begitu saja. Keterbatasan akses teknologi, perbedaan kemampuan adaptasi, serta
masih minimnya pelatihan yang berorientasi pada teknologi menjadi faktor
penghambat dalam implementasi pembelajaran. Meski demikian, berbagai tantangan
tersebut dapat berpotensi menjadi sarana penguatan ketangguhan dan pembentukan
daya juang guru. Membangun ketangguhan dapat dilakukan melalui proses belajar
yang berkelanjutan, kesediaan untuk berkolaborasi, dan komitmen untuk
memberikan layanan pendidikan yang terbaik.
Guru
juga perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang kontekstual dan relevan
dengan kehidupan siswa. Dalam praktik mengajar, saya mengaitkan konsep energi
dengan peralatan rumah tangga yang biasa digunakan siswa sehari-hari. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik memahami
konsep secara lebih nyata serta menumbuhkan pemahaman tentang penerapan ilmu
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui strategi pembelajaran seperti ini, guru
menunjukkan perannya sebagai jembatan yang menghubungkan teori dengan praktik,
serta menumbuhkan karakter peserta didik yang tangguh dan adaptif terhadap
perubahan.
Selain
itu, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sosial dan budaya yang begitu
cepat juga berkaitan dengan penguatan kompetensi guru di era 5.0. Guru tidak
hanya dituntut mahir dalam teknologi, tetapi juga sensitif terhadap dinamika
sosial peserta didik. Guru juga diharuskan untuk mengembangkan pendekatan
pembelajaran yang lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan nyata seiring
dengan perubahan gaya hidup, pola komunikasi, serta cara berpikir generasi saat
ini. Dalam konteks ini, guru memiliki peran penting dalam menghubungkan dunia
digital dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga proses belajar tidak
kehilangan makna dan arah.
Pembangunan ekosistem pendidikan yang mendukung juga memiliki kaitan erat dengan penguatan kompetensi guru. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan perlu berkolaborasi dalam memberikan ruang pengembangan profesional yang berkelanjutan bagi guru. Pelatihan berbasis praktik, pendampingan teknologi, serta komunitas belajar guru dapat menjadi wadah untuk memperkuat kapasitas dan memperluas wawasan. Dengan dukungan tersebut, guru tidak lagi berjalan sendiri, melainkan menjadi bagian dari gerakan kolektif untuk menciptakan pendidikan masa depan yang unggul dan humanis.
Penutup
Ketangguhan
guru di era Revolusi Industri 5.0 bukan sekadar tentang penguasaan teknologi,
tetapi juga tentang kemampuan
beradaptasi, berpikir kritis, berinovasi, dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Pengalaman singkat dalam praktik mengajar, mengajarkan bahwa seberapapun terbatasnya
sarana dan waktu dapat memberi dampak yang positif bagi peserta didik melalui
ketulusan, persiapan matang, dan interaksi bermakna dari seorang pendidik.
Peringatan Hari Guru Nasional 2025 semestinya menjadi pengingat akan peran strategis guru dalam membangun masa depan bangsa. Teknologi mungkin mampu membentuk masa depan, namun gurulah yang membimbing generasi untuk menghadapinya dengan bijak. Dengan ketangguhan, guru akan mampu berdiri tegak di tengah arus perubahan zaman, menjadi pemandu bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi masa depan yang kompleks dan dinamis. Pendidikan unggul tidak hanya lahir dari ruang kelas modern, tetapi dari guru yang berjiwa besar, berpikir terbuka, dan bertindak visioner.

0 Comments