DIGITALISASI PENDIDIKAN: PERAN GURU SEBAGAI AGEN KREATIVITAS DALAM MERDEKA BELAJAR

 

ROHMATUL AULIA (20624013)

ETIKA PROFESI KEGURUAN B

Kemajuan teknologi digital telah memengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dunia pendidikan. Pada era kini, digitalisasi pendidikan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan suatu keharusan. Guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan, memiliki peranan yang sangat penting dalam mengintegrasikan teknologi digital dalam proses pembelajaran. Momentum Hari Guru Nasional 2025 menjadi refleksi penting bagi pendidikan di Indonesia untuk menegaskan kembali peran guru sebagai agen perubahan dan inovasi dalam mewujudkan semangat Merdeka Belajar.

Latar belakang dari Merdeka Belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah untuk memberikan kebebasan kepada guru dan siswa dalam menciptakan pembelajaran yang bermanfaat, relevan, dan kontekstual. Dalam era digital ini, kebebasan tersebut semakin meluas karena teknologi menyediakan berbagai kesempatan baru dalam mengakses sumber belajar, bekerja sama, dan berinovasi. Oleh karena itu, peringatan Hari Guru Nasional 2025 menjadi momen strategis untuk menekankan bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga penggerak kreativitas yang mampu menghubungkan transformasi digital dalam pendidikan.

Digitalisasi pendidikan membawa perubahan besar pada cara berpikir tentang belajar dan mengajar. Jika sebelumnya proses pembelajaran lebih fokus pada guru (Teacher-centered), sekarang telah bergeser ke Student-centered learning, di mana siswa berperan aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri dengan bantuan teknologi. Dalam hal ini, guru bukan lagi satu-satunya penyedia informasi, tetapi menjadi fasilitator, mentor, dan inspirator yang membantu siswa berpikir secara kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Peran guru sebagai agen kreativitas sangat penting dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh digitalisasi. Kreativitas seorang guru tidak hanya terlihat dari kemampuannya dalam membuat materi pembelajaran yang menarik, tetapi juga dalam mengelola interaksi digital agar tetap bermakna. Sebagai contoh, guru dapat menggunakan berbagai platform pembelajaran online seperti Google Classroom, Edmodo, Moodle, atau aplikasi kreatif seperti Canva, dan lain sebagainya, untuk merancang kegiatan belajar yang interaktif. Dengan bantuan teknologi ini, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sambil mendorong kolaborasi di antara siswa.

Selain itu, guru juga berperan dalam membentuk karakter dan etika digital siswa. Di tengah cepatnya arus media sosial, siswa perlu diarahkan agar dapat memanfaatkan teknologi secara bijaksana, bertanggung jawab, dan produktif. Guru menjadi panutan dalam menanamkan nilai-nilai literasi digital, seperti kemampuan berpikir kritis terhadap informasi, menghargai karya orang lain, dan menjaga jejak digital yang positif. Dengan demikian, guru bukan hanya agen pembelajaran, tetapi juga agen moral digital yang memastikan bahwa kemajuan teknologi tetap sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Digitalisasi pendidikan memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan diri. Dengan memanfaatkan berbagai sumber daya digital, guru dapat belajar secara mandiri melalui pelatihan online, webinar, atau bergabung dalam komunitas profesional seperti Guru Penggerak atau Platform Merdeka Mengajar. Dalam konteks ini, guru tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, karena teknologi membuka kesempatan belajar yang tak terbatas. Guru dapat saling bertukar pengalaman praktik baik, berdiskusi mengenai metode inovatif, dan juga melakukan penelitian tindakan kelas berbasis digital. Ini menunjukkan bahwa digitalisasi tidak hanya memodernisasi cara pembelajaran, tetapi juga memberdayakan guru untuk terus berkembang dan berinovasi.

Selain menjadi fasilitator, guru juga memiliki peran krusial dalam mengembangkan budaya inovasi di lingkungan sekolah. Dengan memanfaatkan teknologi digital, guru bisa mendorong siswa untuk bekerja sama dalam menghasilkan proyek-proyek kreatif seperti vlog pendidikan, buku elektronik siswa, atau konten pembelajaran yang bermanfaat di media sosial. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memperdalam pemahaman konsep, tetapi juga melatih keterampilan penting abad ke-21 seperti komunikasi, kolaborasi, dan lain sebagainya.

Selain itu, sekolah harus menciptakan ekosistem digital yang mendukung agar kreativitas para guru bisa tumbuh dengan baik. Pihak kepala sekolah dan pemerintah daerah bertugas untuk menyediakan dukungan seperti pelatihan yang berkelanjutan, penyediaan alat teknologi, serta penghargaan bagi para guru yang berinovasi. Suasana kerja yang mendukung akan mendorong guru untuk terus mencoba metode pengajaran baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian, digitalisasi dalam dunia pendidikan tidak sekadar berkaitan dengan pemanfaatan alat teknologi, tetapi juga berfokus pada perubahan cara belajar. Guru yang inovatif adalah mereka yang dapat membangkitkan motivasi belajar, menciptakan pengalaman belajar yang tak terlupakan, dan memanfaatkan teknologi sebagai penghubung menuju pembelajaran yang lebih berorientasi pada kemanusiaan dan makna.

Selanjutnya, digitalisasi juga memerlukan guru untuk menemukan keseimbangan antara teknologi dan interaksi manusia dalam proses belajar. Pembelajaran yang mengandalkan teknologi tidak seharusnya menghapuskan nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kedekatan emosional, dan interaksi sosial. Pengajar tetap harus menampilkan kehangatan dan ketulusan dalam setiap sesi pembelajaran, karena teknologi hanyalah sarana, sedangkan inti pendidikan adalah hubungan antar individu. Guru yang kreatif akan mampu menggabungkan teknologi dengan pendekatan humanistik, seperti melalui pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Pada akhirnya, guru sebagai agen kreativitas dalam Merdeka Belajar diharapkan untuk bersikap terbuka dan fleksibel terhadap perubahan yang terjadi. Pengajar harus mampu memahami kebutuhan peserta didik dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan konteks saat ini. Misalnya, dalam berhadapan dengan Generasi Z dan Alpha yang sudah akrab dengan dunia digital, guru perlu menggunakan pendekatan video interaktif, dan microlearning untuk menjaga semangat belajar siswa. Dengan cara ini, guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga memberi inspirasi kepada siswa untuk selalu berinovasi dan berkarya.

Digitalisasi pendidikan menawarkan peluang besar untuk mewujudkan visi Merdeka Belajar yang memberikan kebebasan dan ruang untuk kreativitas bagi guru dan peserta didik. Dalam era ini, pengajar tidak lagi hanya berperan sebagai penyampaikan materi, tetapi juga sebagai agen kreativitas, sumber inspirasi, dan inovator yang menghubungkan dunia pendidikan dengan kemajuan teknologi. Dengan kreativitas dan dedikasi yang dimiliki, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang adaptif, menyenangkan, dan berarti bagi siswa.

Momentum Hari Guru Nasional 2025 seharusnya menjadi momen refleksi bersama bahwa kemajuan pendidikan Indonesia sangat bergantung pada peran penting guru. Meskipun teknologi terus berkembang, keberadaan guru yang membimbing dengan penuh kasih dan menginspirasi lewat tindakannya akan selalu memiliki tempat yang tidak tergantikan. Guru yang kreatif adalah kunci untuk menciptakan generasi yang cerdas, berkarakter, dan dapat bersaing secara global.

“Teknologi mungkin dapat menggantikan alat, tetapi tidak akan pernah bisa menggantikan jiwa seorang guru. ”

Daftar Pustaka

Hidayat, R., & Suryani, N. (2022). “Peran Guru dalam Implementasi Digitalisasi Pendidikan di Era Merdeka Belajar.” Jurnal Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran, 4(1), 45–56.

Ningsih, D. A., & Putra, R. P. (2023). “Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Digital Pasca Pandemi COVID-19.” Jurnal Inovasi Pendidikan Indonesia, 8(2), 123–134.

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco: Jossey-Bass.

 


Post a Comment

0 Comments