Faizah
Febiany (20624046)
Etika
Profesi Keguruan B
Pendahuluan
Setiap tanggal 25 November, Indonesia merayakan
Hari Guru Nasional sebuah momen berharga untuk meluangkan waktu sejenak,
mengenang, dan menghargai kontribusi para pendidik yang bekerja keras
membimbing generasi masa depan. Tahun 2025 menjadi momen penting ketika
dunia pendidikan di Indonesia bertemu dengan tantangan besar akibat
perkembangan teknologi yang begitu pesat. Di tengah arus digitalisasi, kini
guru tidak hanya diharapkan menjadi pengajar, tetapi juga panutan dalam hal
literasi digital, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi dengan cara yang
bijaksana, kritis, dan beretika.
Transformasi digital yang telah memengaruhi seluruh
aspek kehidupan telah mengubah cara siswa belajar, berkomunikasi, dan
berinteraksi. Media sosial, kecerdasan buatan, dan internet menghadirkan risiko
yang signifikan bagi perkembangan karakter muda. Peran guru sangat
strategis, tidak hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga
untuk menanamkan nilai - nilai moral agar siswa dapat menjadi pengguna
teknologi yang cerdas dan bertanggung jawab.
Pendidik sebagai contoh dalam literasi digital
memiliki peranan penting dalam membangun generasi muda yang cerdas,
berpikir kritis, dan berkarakter di era digital. Dengan menguasai
teknologi, menerapkan etika digital, serta mengedepankan pembelajaran yang
berorientasi pada nilai-nilai, pendidik dapat berfungsi sebagai sosok yang
menginspirasi dan menjaga martabat pendidikan Indonesia di tengah
era disrupsi.
Isi
Guru
adalah tokoh utama dalam dunia pendidikan. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai
pengajar ilmu, tetapi juga sebagai pemberi arahan moral, penanam nilai-nilai,
dan contoh dalam etika. Di era digital seperti sekarang, contoh yang
diberikan oleh guru dalam memanfaatkan teknologi sangat berpengaruh terhadap
sikap siswa di dunia maya. Menurut Isnaini (2025), para pendidik yang
mendapatkan pelatihan yang berfokus pada praktik dan kerja sama dapat
menciptakan pengalaman belajar digital yang menarik serta mendidik siswa agar
berperilaku secara etis dalam dunia digital. Hal ini menegaskan bahwa kemampuan
literasi digital guru merupakan dasar yang krusial dalam membentuk karakter
siswa yang cerdas dan berkarakter.
Literasi digital lebih dari sekedar
keterampilan teknis dalam menggunakan perangkat, tetapi juga mencakup kemampuan
untuk memahami informasi, memilah fakta, dan berinteraksi dengan etiika di
dunia digital. Fitriani (2023) menjelaskan bahwa pendidik yang memiliki tingkat
literasi digital yang tinggi dapat membantu siswa menghindari penyebaran berita
palsu, ujaran kebencian, serta tindakan negatif lainnya. Guru berperan sebagai
contoh yang menunjukkan bagaimana teknologi sebaiknya dipakai untuk membangun,
bukannya merusak. Dalam penerapannya, pendidik yang melek digital dapat
menggabungkan media pembelajaran interaktif, video pembelajaran, serta sumber
digital yang relevan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Lebih dari itu, peran guru sangat
penting dalam meningkatkan kesadaran etika digital di kalangan siswa.
Melalui tindakan konkret seperti menghargai hak cipta, tidak menyebarkan konten
negatif, dan menggunakan media sosial dengan cara yang baik, guru menjadi
contoh perilaku digital yang positif. Jannah (2025) menegaskan bahwa
penggabungan metode pengajaran tradisional dan digital oleh guru dapat
memperkaya pengalaman belajar yang berarti serta membentuk rasa tanggung jawab
siswa terhadap teknologi. Dengan begitu, literasi digital tidak hanya membuka
wawasan, tetapi juga memperkuat nilai-nilai moral dalam pendidikan.
Namun, dunia pendidikan Indonesia masih menghadapi
tantangan signifikan, terutama berkaitan dengan ketidakmerataan akses teknologi
di berbagai wilayah. Farhatin (2025) menemukan bahwa para pengajar di daerah 3T
(terdepan, tertinggal, dan terluar) masih mengalami masalah terkait
infrastruktur dan koneksi internet yang andal. Untuk menghadapi tantangan ini,
Pebriana dkk(2025) memperkenalkan model pelatihan blended learning, sebuah
metode yang menggabungkan pembelajaran online dengan pertemuan langsung. Dengan
cara ini, para guru tidak hanya meningkatkan kemampuan digital mereka, tetapi
juga membangun rasa percaya diri dalam memanfaatkan teknologi sebagai sarana
pembelajaran yang efektif dan sesuai.
Selain itu, contoh moral dari guru di dunia digital
sangatlah penting. Para guru memiliki peran penting dalam membangun karakter
generasi muda agar memiliki integritas dan kesadaran etika di ranah
digital. Guru yang secara konsisten menerapkan nilai-nilai kejujuran, tanggung
jawab, dan saling menghormati dalam interaksi digital akan menanamkan
nilai-nilai positif itu kepada siswanya. Dengan demikian, literasi digital
tidak semata-mata dipahami sebagai keterampilan dalam menggunakan teknologi,
tetapi juga sebagai alat untuk mengembangkan etika dan moral. Kombinasi antara
keterampilan digital dengan nilai-nilai moral ini menjadi kunci dalam
menciptakan generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan bermartabat di
era digital.
Peran pendidik sebagai contoh dalam literasi digital
juga perlu didukung oleh kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pratama
(2025) mengungkapkan bahwa suksesnya transformasi digital dalam pendidikan
sangat tergantung pada kerjasama antara pelatihan guru, infrastruktur
teknologi, serta kebijakan pendidikan yang fleksibel. Dukungan ini sangat
penting agar guru di seluruh Indonesia dapat dengan mudah mengakses sumber
belajar digital dan terus meningkatkan keterampilannya. Dengan adanya kerjasama
yang kuat antara guru, pemerintah, dan masyarakat, pendidikan di Indonesia
dapat menuju sistem yang lebih inklusif dan bermartabat di era digital.
Penutup
Guru
menjadi penuntun bagi generasi muda dalam menghadapi perubahan dunia yang
dinamis. Di era digital yang penuh tantangan dan gangguan, guru tetap
menjadi figur penting yang menjaga nilai-nilai etika dan
martabat dalam pendidikan. Dengan kemampuan literasi digital yang baik,
guru dapat membentuk lingkungan pembelajaran yang interaktif, memotivasi, dan
beretika. Mereka menjadi teladan yang jelas dalam membimbing siswa agar
memanfaatkan teknologi untuk kemajuan.
Peringatan Hari Guru Nasional 2025 harus menjadi
momentum refleksi bagi semua elemen bangsa untuk menghargai perjuangan guru
yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya
sebagai pendidik. Sejalan dengan semboyan Ki Hajar Dewantara, “Ing ngarsa sung
tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”, guru hebat di era digital
bukan hanya mereka yang menguasahi teknologi, melainkan mereka yang
memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai, membangun karakter,
dan menjaga martabat bangsa.
Daftar
Pustaka
Farhatin, N.
(2025). Tantangan digitalisasi pendidikan di wilayah 3T: Analisis peran guru
dalam pemerataan akses teknologi. Jurnal Inovasi Pendidikan, 10(1), 88–97.
Fitriani, F. (2023). Peningkatan
literasi digital guru dalam pembelajaran abad 21. Jurnal Pendidikan dan
Teknologi, 7(2), 45–56.
Isnaini, A. (2025). Pemberdayaan
guru melalui pelatihan literasi digital berbasis praktik dan kolaborasi.
Jurnal Manajemen dan Media Pendidikan, 9(1), 12–24.
Jannah, R. (2025). Pengaruh
integrasi pembelajaran digital terhadap karakter siswa di era transformasi
teknologi. Jurnal Pendidikan Karakter Digital, 6(3), 101–113.
Pebriana, R., Mulyadi, E., &
Setiawan, A. (2025). Model pelatihan blended learning untuk meningkatkan
keterampilan dan kepercayaan diri guru dalam pembelajaran digital. Jurnal
Teknologi dan Pendidikan Inovatif, 8(2), 73–85.
Pratama, D. (2025). Kebijakan
pendidikan adaptif dalam mendukung transformasi digital sekolah di Indonesia.
Jurnal Kebijakan Pendidikan Nasional, 12(1), 33–44.
Suryadi, D. (2023). Peran guru
dalam menumbuhkan karakter dan etika digital peserta didik di era teknologi
informasi. Jurnal Pendidikan dan Etika Digital, 5(4), 56–68.
0 Comments