Inayatul Maisaroh (20624043)
Etika
Profesi Keguruan B
Pendahuluan
Hari
Guru Nasional 2025 menegaskan kembali peran guru sebagai penjaga martabat
pendidikan di tengah perkembangan digital yang cepat. Meskipun kemajuan
teknologi saat ini membuat pembelajaran menjadi lebih mudah bagi orang-orang,
ada juga masalah seperti pelanggaran etika, banjir informasi, dan keterbatasan
literasi digital. Artikel Peran Sentral Guru dalam Pendidikan Karakter di Era
Digital menyatakan bahwa kemajuan teknologi telah menyebabkan "degradasi
moral peserta didik karena mereka tidak memiliki kematangan berpikir dan
membutuhkan instruksi yang ketat dalam penggunaannya."
Selain
itu, sebuah artikel berjudul Peningkatan Literasi Digital Guru Guna Mengatasi
Permasalahan Pembelajaran di Era Pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa guru tidak
memiliki keterampilan digital yang cukup dan tertinggal dibandingkan dengan
siswa mereka. Oleh karena itu, pelatihan literasi digital sangat penting.
Melalui
dua artikel akademik tersebut, tampak jelas bahwa guru masih memainkan peran
penting dalam menjaga kualitas pendidikan, karakter siswa, dan memastikan
penggunaan teknologi dengan bijak. Oleh karena itu, menjadi sangat penting
untuk memperingati Hari Guru Nasional pada tahun 2025 dengan berpikir tentang
bagaimana guru hebat telah melalui era digital.
Isi
Konsekuensi
dari transformasi digital sangat kompleks. Peserta didik tidak hanya memiliki
akses mudah ke informasi, tetapi mereka juga menghadapi konten negatif yang
dapat diakses kapan saja. Sebuah artikel dalam Jurnal Setyaki mengungkapkan
bahwa siswa yang belum matang secara kognitif gagal memilah konten yang tepat,
yang menyebabkan mereka sering terlibat dalam perilaku seperti bullying,
plagiarisme, dan ketidaksopanan digital.
Guru
tetap menjadi orang yang paling penting dalam hal ini. Guru bukan hanya orang
yang mengajar, tetapi juga orang yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan
moral, etika, dan karakter. Isi artikel tersebut sangat sejalan dengan
pandangan Socrates tentang pendidikan sebagai upaya menjadikan manusia baik dan
pintar, yang menekankan bahwa peran guru sangat penting dalam membimbing
perkembangan sikap dan perilaku siswa. Demikian pula, artikel tersebut
menempatkan visi Rasulullah SAW tentang penyempurnaan akhlak sebagai landasan
filosofis untuk pendidikan karakter.
Dalam
hal ini, guru hebat hadir dalam setiap interaksi yang menanamkan nilai-nilai
moral, bukan hanya di kelas. Guru menguatkan karakter siswa agar mampu
menghadapi dunia digital yang penuh tantangan melalui contoh, pembiasaan,
kedisiplinan, dan komunikasi yang berkelanjutan.
Untuk
menjadi guru yang baik di zaman sekarang, tidak cukup hanya memiliki
pengetahuan pedagogis. Mereka juga harus belajar keterampilan digital. Menurut
artikel yang diterbitkan dalam Jurnal Abdi Wiralodra, pandemi telah mendorong
pergeseran pembelajaran dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring.
Oleh karena itu, guru harus mampu menggunakan teknologi pembelajaran dengan
baik. Namun, kemampuan digital guru "masih kalah dibandingkan kemampuan
digital siswa". Akibatnya, perlu ada program yang sistematis untuk
meningkatkan literasi digital guru.
Artikel
tersebut mencatat peningkatan pemahaman guru tentang literasi digital hingga
21,3% sebagai hasil dari pelatihan. Peningkatan ini mencakup keterampilan
pengoperasian perangkat, kemampuan membuat konten kreatif, kemampuan
berkolaborasi digital, dan kesadaran akan keamanan siber (E-safety). Ketika ada
ruang untuk belajar, guru sangat adaptif, seperti yang ditunjukkan oleh
peningkatan ini.
Seorang
guru hebat menyadari bahwa teknologi dapat membantu pembelajaran dan bukan
merupakan ancaman. Mereka menggunakan platform digital untuk membuat pendidikan
interaktif, menggunakan aplikasi kolaboratif untuk mengajak orang lain
berbicara, dan mengajarkan siswa cara menggunakan internet dengan bijak. Ketika
guru mempelajari literasi digital, proses belajar menjadi lebih menarik,
relevan, dan bermakna.
Kemampuan
untuk menghubungkan dunia digital dengan dunia nilai adalah kekuatan besar
guru. Artikel Setyaki menyatakan bahwa pendidikan karakter harus dimasukkan ke
dalam seluruh proses pembelajaran, dan penggunaan teknologi harus disertakan.
Guru dapat menginternalisasikan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab,
kesopanan digital, dan kepedulian sosial melalui pembelajaran siswa.
Sementara
itu, artikel Abdi Wiralodra menunjukkan bahwa literasi digital dapat menjadi
pintu masuk untuk pendidikan karakter. Penguatan dimensi seperti critical
thinking and evaluation, cultural and social understanding, serta
keamanan digital merupakan bagian dari proses mendidik peserta didik agar
cerdas dan beretika dalam lingkungan digital .
Oleh
karena itu, guru yang hebat adalah mereka yang tidak hanya mengajarkan
pelajaran akademik, tetapi juga memadukan teknologi dengan nilai moral. Mereka
memastikan bahwa teknologi tidak mengikis karakter, tetapi justru membangun
kepribadian yang baik.
Selama
refleksi pribadi, guru sering bertindak sebagai pelita di tengah gelombang
informasi yang membingungkan. Selama pandemi, banyak guru menghadapi masalah
untuk memahami aplikasi pembelajaran, menghadapi keterbatasan perangkat, dan
bahkan harus mengorbankan waktu pribadi mereka untuk memastikan siswa mereka
tetap menerima pembelajaran yang layak.
Hal
ini menunjukkan bahwa pengorbanan seorang guru jauh melampaui pekerjaan mereka
sebagai guru namun mereka juga merupakan panggilan jiwa. Guru yang hebat mampu
memadukan ketulusan, kecakapan, dan adaptasi, sehingga keberadaannya tetap
penting meskipun teknologi berkembang sangat cepat. Maka dalam hal ini teknologi dapat membantu, tetapi tidak
dapat menggantikan sentuhan kemanusiaan seorang guru.
Penutup
Guru
hebat di era digital adalah mereka yang mampu menjaga martabat pendidikan
melalui nilai moral yang kuat, literasi digital yang terus diasah, dan
kemampuan menginspirasi siswa untuk menggunakan teknologi secara bijak. Hari
Guru Nasional 2025 bukan hanya perayaan simbolik, tetapi panggilan untuk
memuliakan guru dan memastikan mereka mendapatkan ruang untuk berkembang.
Guru
akan selalu menjadi pengarah generasi bangsa dengan komitmen, integritas, dan
keinginan untuk terus belajar. Dengan setiap langkah mereka, martabat
pendidikan dijaga, karakter dibentuk, dan masa depan Indonesia dituntun ke arah
yang lebih baik.
Daftar
Pustaka
Hazyimara, K., & Suwarni, W. S.
D. (2023). Peran Sentral Guru dalam Pendidikan Karakter di Era Digital. Setyaki:
Jurnal Studi Keagamaan Islam, 1(3), 50-57.
Kuncoro, K. S., Sukiyanto, S., Irfan,
M., Amalia, A. F., Pusporini, W., Wijayanti, A., & Widodo, S. A. (2022).
Peningkatan Literasi Digital Guru Guna Mengatasi Permasalahan Pembelajaran di
Era Pandemi Covid-19. Abdi Wiralodra: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(1), 17-34.
0 Comments