Teknologi Berubah, Jiwa Guru Tetap Sama: Menjaga Esensi Pendidikan di Era Digital

Nisaa’ Ussakinah (20624033)

Etika Profesi Keguruan B

Pendahuluan

Hari Guru Nasional 2025 menjadi kesempatan untuk kembali mengingat makna seorang guru di tengah perkembangan teknologi yang sangat cepat. Pendidikan saat ini sedang mengalami perubahan besar, mulai dari digitalisasi pembelajaran, penggunaan Artificial Intelligence (AI), hingga penggunaan berbagai platform daring. Perubahan ini telah mengubah ruang kelas tradisional menjadi dunia virtual yang tidak terbatas. Namun, satu hal yang tetap tidak berubah adalah jiwa seorang guru. Nilai-nilai keikhlasan, keteladanan, serta semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tetap menjadi fondasi utama pendidikan yang tidak bisa digantikan meskipun teknologi semakin canggih.

Perkembangan teknologi memberi kesempatan sekaligus tantangan bagi para guru. Di satu sisi, teknologi bisa membuat belajar lebih cepat, kreatif, dan mudah diakses. Namun, di sisi lain, jika tidak diimbangi dengan nilai-nilai manusiawi, teknologi bisa mengurangi pentingnya empati dan kepekaan dalam proses belajar. Maka, peran guru sangat penting untuk menjaga makna sebenarnya dari pendidikan, yaitu membentuk manusia yang berintegritas, bukan hanya orang yang pintar saja.

Isi

Era digital sudah mengubah cara guru mengajar dan cara siswa belajar. Platform seperti Learning Management System (LMS), Google Classroom, dan bimbingan berbasis AI kini menjadi bagian penting dalam proses belajar mengajar. Guru tidak lagi jadi satu-satunya sumber pengetahuan, melainkan berperan sebagai fasilitator dan pengarah. Menurut Riska dkk (2024), guru yang bisa beradaptasi dengan teknologi tidak hanya meningkatkan efektivitas belajar, tetapi juga memperkuat daya saing pendidikan di negara ini. Namun, perubahan peran ini tidak boleh menghilangkan identitas guru sebagai pendidik yang sejati. Dalam hal ini, teknologi hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti. Seperti teknologi bisa mempercepat proses belajar, tetapi tidak akan pernah menggantikan rasa empati dan kehangatan yang dimiliki seorang guru. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang bermartabat hanya bisa tercapai jika guru tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan meski tengah menghadapi perubahan zaman.

Pendidikan bukan hanya tentang memberi pengetahuan, tapi juga membentuk kepribadian, rasa empati, dan etika. Di zaman digital saat ini, siswa cenderung lebih sering berinteraksi dengan layar daripada dengan manusia. Hal ini membawa risiko seperti kehilangan sikap manusiawi, bullying di dunia maya, serta menurunnya kemampuan berinteraksi sosial. Guru berperan sebagai pemandu yang mampu menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai kehidupan manusia. Guru yang baik bukan hanya yang menguasai teknologi, tetapi juga yang bisa membawa "jiwa" dalam proses belajar. Misalnya, dengan cara berpikir reflektif, guru bisa bantu siswa mengerti arti di balik setiap hal yang dipelajari. Dengan demikian, peran guru sangat penting dalam membentuk nilai moral dan rasa empati melalui komunikasi antar manusia, yang tidak bisa digantikan oleh sistem digital.

Keteladanan guru menjadi pondasi penting dalam dunia pendidikan. Di tengah berkembangnya media sosial dan banyaknya informasi yang mengalir, cara guru berperilaku dan berbicara di ruang publik, baik secara langsung maupun secara online, menjadi contoh bagi siswanya. Guru yang bijak dalam menggunakan media digital akan mengajarkan siswa bagaimana bersikap sopan dan etis di dunia maya. Selain itu, guru bertindak sebagai inspirator yang mampu membangkitkan semangat belajar, bukan hanya sebagai pengajar yang memberi materi. Dengan kreativitas dan rasa empati, guru bisa menjadikan teknologi sebagai sarana untuk memperluas wawasan, bukan justru membuat siswa terasing dari dunia nyata (Fuadiah, 2021).

Tantangan terbesar bagi para guru di masa kini bukan hanya kemampuan menguasai teknologi, tetapi juga menjaga kesetimbangan antara inovasi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Banyak guru menghadapi tekanan akibat perubahan kurikulum, tugas administrasi yang semakin digital, serta tuntutan pembelajaran daring yang terus berubah. Namun, meski menghadapi berbagai tantangan tersebut, para guru tetap menjadi pusat moral pendidikan bangsa. Dukungan bagi guru dalam bentuk pelatihan teknologi, kesejahteraan, serta kebijakan pendidikan yang adil sangat penting agar mereka dapat menjalankan tugasnya secara maksimal. Kerja sama antara guru, pemerintah, dan masyarakat perlu terus diperkuat agar pendidikan di Indonesia tidak hanya berkembang secara digital, tetapi juga tetap berkualitas secara moral dan spiritual.

Selain menguasai teknologi, guru juga bertugas membimbing siswa dalam mengelola informasi secara kritis. Di zaman digital, banyak informasi menyebar cepat, tetapi tidak semuanya benar, termasuk soal pendidikan dan agama. Guru perlu mengajarkan siswa cara memeriksa sumber, menilai kebenaran informasi, serta berpikir secara kritis sebelum membagikannya. Pendekatan ini juga membantu membangun kesadaran tentang etika dalam menggunakan media digital. Dengan menggabungkan pengetahuan, teladan, dan bimbingan yang terus menerus, guru memastikan bahwa teknologi menjadi alat untuk memperkaya proses belajar, bukan malah merusak nilai-nilai moral dan karakter siswa.

Guru juga turut serta dalam menciptakan suasana belajar yang ramah dan bisa diakses di dunia maya. Dengan menggunakan platform daring, guru bisa mengadakan diskusi, tugas bersama, dan kegiatan simulasi yang membantu merangsang kreativitas para siswa. Pendekatan ini tidak hanya menambah kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga mendorong sikap saling menghargai, bekerja sama, dan memahami perasaan orang lain antar siswa. Guru yang bisa menggabungkan teknologi dengan pendekatan pengajaran yang penuh kepedulian membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan cara ini, siswa tidak hanya mengerti materi pelajaran, tetapi juga mengerti nilai-nilai seperti moral, toleransi, dan tanggung jawab, yang tetap menjadi bagian utama dari tujuan pendidikan meskipun dunia terus mengalami perubahan.

Penutup

Teknologi terus berkembang, tetapi semangat seorang guru tetap tidak berubah: mengajar dengan penuh hati, membimbing dengan nilai-nilai yang baik, dan menginspirasi melalui contoh yang baik. Di tengah perkembangan digital, guru bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga pemandu moral yang menjaga agar pendidikan tetap memiliki makna dan jiwa.

Hari Guru Nasional 2025 mengingatkan kita bahwa kemajuan sebuah bangsa tidak hanya ditentukan oleh kemajuan teknologi, tetapi juga oleh manusia yang bijak dalam menggunakan teknologi tersebut. Guru adalah sosok yang memastikan teknologi tetap berpijak pada nilai kemanusiaan, sehingga pendidikan di Indonesia tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mulia secara moral.

Daftar Pustaka

Fuadiah, N. F. (2021). Integrasi Literasi Digital Dalam Pembelajaran Abad 21. In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang.

Tanjung, R. R., Ritonga, A. A., Abdullah, B. M., Siregar, N. A., & Armilah, A. (2024). Transformasi digital dalam pendidikan: Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui teknologi. Sinar Dunia: Jurnal Riset Sosial Humaniora Dan Ilmu Pendidikan3(2), 211-217.

Post a Comment

0 Comments