Maiya Safitri (20624032)
Etika Profesi Keguruan B
Pendahuluan
Hari Guru
Nasional 2025 adalah kesempatan penting bagi Indonesia untuk menunjukkan rasa
terima kasih dan penghargaan atas peran guru, yang merupakan pilar penting
dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Guru saat ini tidak hanya bertugas menyampaikan pengetahuan kepada
siswa, tetapi juga membangun moral, karakter, dan kepribadian siswa untuk
menghadapi tantangan dunia nyata. Dunia
pendidikan telah sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang cepat. Dengan teknologi digital, pembelajaran
sekarang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Selain itu,
dalam era digital, guru harus beralih dari metode konvensional ke model
pembelajaran yang lebih kreatif, adaptif, dan relevan dengan perkembangan
zaman. Guru harus memiliki kemampuan
untuk memanfaatkan teknologi seperti platform daring, media sosial, video
pembelajaran, dan aplikasi interaktif untuk meningkatkan pembelajaran
siswa. UNESCO (2023) menyatakan bahwa
guru abad ke-21 harus memiliki empat kemampuan utama: pedagogik, profesional,
sosial, dan teknologi digital. Ini diperlukan untuk membimbing siswa menjadi
pembelajar mandiri sepanjang hayat.
Pada
peringatan Hari Guru Nasional 2025, tema "Guru Hebat, Indonesia
Bermartabat di Era Digital" menjadi refleksi penting bahwa kualitas guru
menentukan arah masa depan bangsa. Guru hebat bukan hanya mereka yang menguasai
teknologi, tetapi juga mereka yang mampu menanamkan nilai-nilai moral, budaya,
dan kemanusiaan di tengah arus digitalisasi yang cepat. Oleh karena itu, untuk membangun negara yang
cerdas, moral, dan berdaya saing tinggi, diperlukan guru profesional dan
berkarakter.
Isi
Guru yang
hebat di era komputer dan internet harus memiliki dua kemampuan, yakni
menguasai materi pelajaran dengan baik dan memahami cara menggunakan teknologi
digital untuk membantu siswa belajar.
Dengan kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan augmented
reality (AR), serta platform pembelajaran online seperti Google Classroom,
Kahoot!, dan Quizizz, guru sekarang dapat membuat kelas menjadi lebih
interaktif, menarik, dan menyenangkan.
Menurut Pratama (2023), literasi digital harus menjadi kemampuan wajib
bagi guru agar mereka dapat memberikan siswa mereka pengalaman belajar yang
bermakna dan menghadapi tantangan pendidikan digital.
Namun, fakta
di lapangan menunjukkan bahwa beberapa guru memiliki kapasitas dan sumber daya
yang berbeda. Banyak guru masih
menghadapi masalah infrastruktur seperti jaringan internet yang buruk dan
kekurangan perangkat teknologi. Dalam
situasi seperti ini, guru yang hebat menunjukkan inovasi dengan menggunakan
sumber daya yang ada. Misalnya, mereka
dapat melanjutkan pembelajaran dengan menggunakan smartphone untuk membuat
video sederhana, menggunakan grup WhatsApp sebagai media belajar, atau mencetak
bahan ajar mandiri untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
guru yang baik tidak menyerah pada hambatan, tetapi mencari cara inovatif untuk
memastikan keberlanjutan pendidikan.
Guru di era
digital sangat penting untuk membangun moral dan karakter siswa selain
penguasaan teknologi. Dunia digital
memungkinkan banyak informasi, tetapi juga mempermudah penyebaran hoaks, ujaran
kebencian, dan konten negatif. Oleh
karena itu, guru sangat penting untuk mengajarkan keterampilan berpikir kritis,
literasi media, dan etika digital kepada siswa mereka agar mereka dapat
menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2025), pendidikan karakter berbasis
digital memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan moralitas siswa dengan
kemampuan akademik mereka, sehingga siswa tidak hanya menjadi orang yang cerdas
secara akademis tetapi juga menjadi orang yang berempati dan menghargai orang
lain.
Guru yang
baik harus terus belajar. Dengan
transformasi pendidikan yang cepat, guru harus terus memperbarui kemampuan dan
pengetahuan mereka. Guru dapat saling
berbagi inovasi dan pengalaman mengajar melalui pelatihan digital, komunitas
guru berbasis daring, dan webinar.
Menurut Sari dan Nugroho (2024), guru yang aktif mengikuti pelatihan
digital lebih percaya pada penggunaan teknologi dalam pendidikan. Hal ini berkontribusi pada peningkatan hasil
belajar siswa dan mendorong pembentukan lingkungan belajar yang inklusif dan
kolaboratif.
Di beberapa
lembaga pendidikan, terutama yang telah maju dalam menerapkan pembelajaran
campuran, pendidik telah melakukan sesuatu yang baru dengan menggabungkan
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Sudah terbukti bahwa model ini meningkatkan
partisipasi siswa dan memungkinkan gaya belajar yang beragam. Dengan data digital seperti hasil kuis online
dan analisis aktivitas siswa di platform pembelajaran, guru dapat lebih akurat
menilai kemajuan belajar siswa. Menurut Wibowo (2022), dengan menggunakan data
digital dalam pendidikan, guru dapat lebih memahami kebutuhan unik siswa,
sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan individual.
Namun,
terlepas dari kemudahan teknologi, guru harus mempertahankan esensi pendidikan
sebagai proses kemanusiaan. Teknologi
tidak boleh berfungsi sebagai pengganti guru sebagai inspirasi dan panutan
moral bagi siswa. Guru yang baik dapat
menyeimbangkan kemampuan digital dengan kontak manusia, atau kecerdasan
teknologi dengan empati. Seorang
pendidik yang dapat memahami siswanya akan dihormati dan diingat selamanya
karena pendidikan bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga membangun jiwa
dan nilai kemanusiaan.
Contoh
praktis di dunia kerja menunjukkan bahwa guru yang kreatif dapat membawa
perubahan besar dengan sedikit sumber daya.
Banyak pendidik lokal menggunakan media sosial untuk menginspirasi siswa
lain, membentuk komunitas belajar WhatsApp, atau menggunakan permainan digital
untuk meningkatkan motivasi siswa. Semua
kemajuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan di era informasi tidak
semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknologi, tetapi juga oleh semangat,
inovasi, dan kesetiaan guru sebagai pendidik sejati.
Penutup
Guru hebat
di era digital adalah pilar utama kemajuan bangsa. Mereka tidak hanya menguasai
teknologi, tetapi juga menanamkan nilai moral dan karakter kepada peserta didik
agar siap menghadapi tantangan masa depan. Di tengah perubahan zaman yang
cepat, guru harus terus belajar, berinovasi, dan menjadi teladan bagi generasi
muda. Hari Guru Nasional 2025 menjadi momentum untuk memperkuat dukungan
terhadap profesi guru melalui pelatihan digital, penyediaan fasilitas
pendidikan yang memadai, serta penghargaan yang layak atas dedikasi mereka.
Bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai gurunya. Dengan guru yang hebat, Indonesia
akan mampu membangun generasi yang cerdas, berakhlak, dan kompetitif di tingkat
global. Era digital memang menghadirkan tantangan besar, tetapi juga membuka
peluang luas untuk memperkuat martabat bangsa melalui pendidikan. Oleh karena
itu, mari bersama-sama menjaga semangat para guru agar terus menjadi inspirasi
dan kekuatan utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Daftar Pustaka
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2025). Laporan Nasional:
Penguatan Pendidikan Karakter di Era Digital. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran.
Pratama,
R. (2023). Literasi Digital dalam Pendidikan Abad 21. Yogyakarta: Deepublish.
Sari, D.,
& Nugroho, A. (2024). “Inovasi Pembelajaran Guru di Era Digital: Dampak
terhadap Kemandirian dan Hasil Belajar Siswa.” Jurnal Pendidikan dan Teknologi
Indonesia, 12(3), 155–167.
UNESCO.
(2023). Teaching in the Digital Age: Global Framework for Digital Competence of
Educators. Paris: UNESCO Publishing.
Wibowo,
H. (2022). “Pemanfaatan Data Digital untuk Analisis Pembelajaran Adaptif.”
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 7(2), 89–101.
0 Comments