Resti
Fitriani (20624041)
Etika Profesi Keguruan B
Pendahuluan
Perkembangan
teknologi digital, terutama kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial
Intelligence (AI), telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Ruang
kelas tidak lagi dibatasi oleh dinding dan papan tulis, tetapi diperluas hingga
ke ruang virtual yang dapat diakses kapan saja. Saat ini, banyak aplikasi
pembelajaran berbasis digital menjadi teman belajar sehari-hari bagi siswa, dan
informasi dapat diakses dengan mudah. Namun, di tengah kemajuan ini, muncul
pertanyaan penting: apakah peran guru akan tetap diperlukan ketika teknologi
semakin canggih? Komentar seperti ini sangat relevan saat memperingati Hari
Guru Nasional 2025 karena guru bukan hanya pengajar tetapi juga penjaga
martabat manusia dan pembentuk karakter generasi masa depan.
Meskipun
teknologi dapat memberikan solusi dan informasi cepat, ia tidak dapat
menggantikan perasaan, kepedulian, dan nilai kebijaksanaan yang penting dalam
pendidikan. AI dapat menyusun kalimat dan menjawab pertanyaan, tetapi tidak
bisa memahami air mata siswa yang tertekan, tidak dapat memahami perasaan
remaja yang ragu-ragu, dan tidak dapat menuntun moral siswa seperti guru.
Pendidikan bukan hanya menanamkan kecerdasan intelektual, tetapi juga membangun
individu yang beretika, bermoral, dan berempati. Itulan sebabnya guru tetap
hadir sebagai penjaga nilai kemanusiaan di tengah arus digital yang cepat.
Isi
Proses
pembelajaran mendapat banyak manfaat dari kehadiran teknologi kecerdasan buatan
(AI). Melalui sistem pembelajaran digital, guru bisa terbantu untuk mengolah
data hasil belajar siswa, mengelompokkan kebutuhan belajar, dan memberikan
umpan balik dengan lebih cepat serta akurat (Ramadhani & Rahmawati, 2024). Kecerdasan
buatan memiliki kemampuan untuk menganalisis kemampuan unik setiap siswa,
teknologi ini juga membantu pembelajaran yang lebih personal karena menyediakan
materi sesuai kebutuhan mereka. Sebaliknya, siswa tidak lagi terikat pada
batasan ruang maupun waktu karena berbagai aplikasi pendidikan interaktif juga
memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik, kreatif, dan fleksibel.
Namun,
di balik manfaatnya, ada tantangan yang tidak bisa diabaikan. Banyak siswa sekarang
cenderung menelusuri jawaban cepat dengan menggunakan bantuan aplikasi AI tanpa
melalui proses berpikir kritis. Kebiasaan seperti ini dapat mengganggu
kreativitas, pemikiran kritis, dan kemampuan analitis peserta didik. Penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi tanpa pendampingan moral dan bimbingan
belajar dapat menyebabkan tumbuhnya kebiasaan plagiarisme dan menurunkan
prestasi akademik siswa (Cynthia & Sihotang, 2023). Pada saat inilah peran
guru menjadi sangat penting. Guru tidak hanya mengajarkan konsep, tetapi guru
juga memastikan proses belajar dilakukan dengan cara yang moral dan bertanggung
jawab. Siswa perlu memahami bahwa pendidikan bukan hanya mencari jawaban, tetapi
juga memberikan pemahaman tentang proses dan nilai kejujuran dalam belajar.
Selain
tantangan akademik, Indonesia masih menghadapi kesenjangan digital yang besar.
Tidak semua wilayah memiliki koneksi internet dan fasilitas perangkat digital yang
memadai. Banyak peserta didik yang masih kesulitan mengikuti pembelajaran
digital dengan optimal karena keterbatasan sarana dan prasarana. Dalam situasi
seperti ini, guru hadir sebagai penghubung yang memastikan setiap peserta didik
menerima akses pendidikan yang layak. Guru menyesuaikan diri dengan kondisi
lapangan, membuat strategi belajar yang sesuai, dan terus berupaya memastikan
proses pembelajaran tetap berlangsung meskipun ada kendala. Dedikasi ini
mencerminkan peran mulia guru dalam memajukan kesetaraan pendidikan.
Selain
aspek intelektual, pendidikan memiliki aspek psikologis dan sosial yang tidak
dapat dipisahkan. Guru memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian etika
dan karakter siswa. Keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dalam sikap,
tindakan, dan tutur kata mereka menjadi pelajaran hidup bagi peserta didik
(Pratama, 2022). AI tidak dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran,
kesabaran, keberanian, rasa hormat, dan empati. Tetapi guru dapat memahami
kondisi emosional siswa, memberikan dukungan moral saat mereka menghadapi tantangan,
dan menciptakan lingkungan belajar yang penuh kasih sayang. Hubungan antara
guru dan siswa menjadi nyawa dalam dunia Pendidikan yang tidak dapat digantikan
oleh kecerdasan buatan atau Artificial intelligence.
Di
era digital yang serba cepat dan kompetitif saat ini, banyak siswa yang
mengalami tekanan psikologis dan emosional. Mereka berlomba untuk mencapai
standar akademik yang tinggi dan mereka terpengaruh budaya yang serba instan,
mereka merasa terbebani oleh pencapaian yang dituntut lingkungan. Dalam situasi
seperti ini, guru berperan sebagai tempat bersandar, motivasi, memberikan
arahan, bahkan kadang menjadi sosok orang tua kedua. Ketika teknologi
memberikan data, guru memberikan perhatian. Ketika algoritma menghitung skor,
guru dapat menenangkan hati. Dan ketika mesin mengajarkan konsep, guru dapat mencontohkan
bagaimana hidup dengan nilai.
Hubungan
antara guru dan teknologi jelas saling melengkapi, bukan menggantikan. AI dibuat
untuk membantu, bukan mengambil alih pekerjaan manusia. Dengan tetap berpegang
pada nilai-nilai kemanusiaan sebagai fondasi pendidikan, guru menggunakan
teknologi sebagai alat pendukung pembelajaran. Kolaborasi ini yang akan
mengantarkan dunia pendidikan maju secara modern tetapi tetap bermoral.
Penutup
Dunia
pendidikan mengalami perubahan besar selama era kecerdasan buatan yang dapat membuka
peluang sekaligus menantang nilai-nilai kemanusiaan. AI dapat mempercepat akses
informasi dan membuat belajar lebih mudah, tetapi tidak dapat menggantikan
peran guru dalam menanamkan nilai moral, membentuk karakter, dan menjaga
martabat kemanusiaan. Guru tetap menjadi kompas bagi peserta didik agar tidak
tersesat dalam derasnya arus informasi dan budaya teknologi.
Hari
Guru Nasional 2025 adalah kesempatan untuk terus menghargai peran penting guru
sebagai pembimbing moral dan pilar pendidikan bangsa. Masa depan pendidikan
Indonesia akan tetap cerah dan bermartabat selama guru terus meningkatkan
literasi digital, berkolaborasi dengan teknologi, dan menjaga nilai kemanusiaan
dalam setiap langkahnya.
Daftar
Pustaka
Cynthia, R. E., & Sihotang, H. (2023).
Pentingnya literasi digital untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 31712–31723.
Pratama, D. (2022). Peran guru dalam
membentuk karakter peserta didik di era digital. Jurnal Pendidikan Karakter,
10(2), 145–156.
Ramadhani, A., & Rahmawati, L. (2024).
Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam pendidikan untuk personalisasi
pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan Indonesia, 6(1), 51–60.
0 Comments