Guru Hebat, Indonesia Bermartabat: Memimpin Transformasi Digital di Tengah Kesenjangan Akses

Ikbal Febriyanto (50224002)
Email: ikbal.febriyanto24002@mhs.uingusdru.ac.id
Kelas MPAI A
UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

 

PENDAHULUAN

Transformasi digital saat ini berfungsi sebagai kekuatan yang signifikan dalam mengubah cara individu belajar, bekerja, dan berinteraksi, termasuk dalam konteks pendidikan di Indonesia. Integrasi teknologi, seperti platform pembelajaran daring, kecerdasan buatan, dan konten digital, telah mengubah proses pembelajaran yang sebelumnya sangat bergantung pada lingkungan kelas tradisional. Dengan akses yang semakin luas terhadap materi melalui Learning Management System, video edukasi, dan modul digital, siswa kini dapat belajar tanpa batasan waktu dan tempat. Perubahan ini diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bagian dari strategi transformasi pendidikan nasional (Kemendikbud, 2024). Dalam konteks ini, peringatan Hari Guru Nasional 2025 menjadi momen penting untuk menegaskan kembali peranan guru dalam menangani perubahan digital agar tetap memberikan manfaat bagi generasi muda.

Di tengah percepatan transformasi digital, keberadaan guru justru menjadi semakin relevan dan tidak tergantikan. Meskipun teknologi dapat menyediakan informasi, guru berperan sebagai penyaji makna, nilai-nilai moral, dan pendamping emosional dalam proses pembelajaran. Guru memahami karakteristik siswa, memberikan motivasi, dan menjadi teladan yang sulit digantikan oleh kecerdasan buatan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kualitas guru merupakan faktor paling menentukan dalam memengaruhi hasil belajar siswa, lebih signifikan dibandingkan dengan fasilitas maupun kurikulum (Hanushek, 2020). Oleh karena itu, keberhasilan transformasi digital sangat bergantung pada penempatan guru sebagai pusat inovasi, bukan sekadar sebagai pengguna teknologi.

ISI

Transformasi digital telah merevolusi interaksi antara guru dan siswa dalam konteks pembelajaran. Teknologi menawarkan peluang yang signifikan untuk menciptakan proses belajar yang lebih fleksibel, kolaboratif, dan kreatif. Melalui berbagai platform seperti ruang kelas digital, forum diskusi online, serta simulasi multimedia, pendidik dapat menyajikan pengalaman belajar yang jauh lebih menarik dibandingkan dengan metode ceramah yang tradisional. Hal ini sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan pada fleksibilitas proses pembelajaran (Kemendikbud, 2023). Dengan demikian, teknologi berfungsi sebagai penghubung yang memperkaya proses pendidikan, bukan sekadar alat pendukung.

Meskipun transformasi digital menawarkan berbagai kesempatan, proses tersebut bergantung pada pendampingan yang efektif dari guru. Adopsi teknologi mencakup lebih dari sekadar penggunaan perangkat; hal ini juga mencakup kemampuan untuk memahami informasi, menerapkan etika digital, serta mengelola risiko dalam dunia maya. Oleh karena itu, guru berperan penting dalam membantu siswa membedakan informasi yang valid dari hoaks, menanamkan budaya literasi digital, dan memastikan penggunaan perangkat berlangsung secara sehat. UNESCO menekankan bahwa guru berfungsi sebagai mediator utama dalam implementasi teknologi pendidikan (UNESCO, 2022). Dengan kata lain, dampak positif dari teknologi baru dapat tercapai secara maksimal hanya ketika guru melaksanakan perannya dengan optimal.

Guru memiliki posisi strategis sebagai penggerak inovasi di dalam kelas. Tanpa kreativitas dan kepemimpinan dari guru, perangkat digital tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti dalam proses pembelajaran. Dalam praktiknya, guru merancang berbagai model seperti flipped classroom, gamifikasi, pembelajaran berbasis proyek digital, serta integrasi video pembelajaran. Banyak pendidik di Indonesia yang sukses mengembangkan metode kreatif berbasis teknologi dan mendapat pengakuan di tingkat nasional (Kemdikbud Guru Berprestasi, 2024). Dengan kemampuan tersebut, guru tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta inovasi dalam pendidikan.

Selain sebagai inovator, guru juga berfungsi sebagai kurator informasi bagi siswa. Dalam era digital, meskipun tersedia banyak data, tidak semua informasi tersebut akurat atau relevan. Guru bertugas untuk membimbing siswa dalam mencari sumber terpercaya, menafsirkan informasi secara kritis, serta membedakan antara fakta dan opini. Kompetensi ini menjadi sangat penting, terutama karena literasi digital merupakan keterampilan utama yang diperlukan di abad ke-21 (Kominfo, 2023). Dengan begitu, guru berkontribusi untuk memastikan bahwa aliran informasi digital berfungsi sebagai sarana pendidikan yang produktif, bukan sebagai jebakan disinformasi.

Guru juga berperan sebagai teladan dalam etika digital di era kontemporer. Transformasi digital membawa isu moral seperti cyberbullying, plagiarisme, dan kecanduan perangkat. Dalam hal ini, guru harus menjadi model penggunaan teknologi yang bertanggung jawab melalui pembiasaan, penyuluhan, dan integrasi nilai-nilai karakter. Prinsip pendidikan karakter tetap relevan meskipun dunia semakin berkembang ke arah digital (Lestari, 2021). Oleh sebab itu, guru memiliki tanggung jawab penting untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengikis nilai moral generasi muda.

Namun, transformasi digital juga menghadirkan tantangan besar bagi pendidik di berbagai wilayah di Indonesia. Tidak semua guru memiliki akses atau keterampilan yang diperlukan untuk mengadaptasi inovasi teknologi dalam pembelajaran. Di sejumlah daerah, keterbatasan akses internet dan perangkat digital menjadi penghambat utama yang menjadikan pelatihan guru tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Data dari BPS menunjukkan adanya kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan daerah 3T (BPS, 2023). Oleh karena itu, pemerataan akses terhadap teknologi sangat penting untuk keberhasilan transformasi pendidikan.

Selanjutnya, beban administratif juga merupakan kendala yang sangat serius yang menghambat inovasi dari para guru. Banyak guru meluangkan waktu untuk menangani tugas administratif, sehingga kesempatan untuk mengembangkan metode baru menjadi terbatas. Penelitian mengindikasikan bahwa dukungan dari manajemen sekolah dan penyederhanaan laporan administratif sangat diperlukan agar kreativitas dalam pembelajaran dapat dimaksimalkan (Pusdatin, 2022). Dengan pengurangan beban administrasi, guru akan memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk berinovasi dalam kelas.

Peningkatan kompetensi digital di kalangan guru seharusnya menjadi fokus utama dalam kebijakan pendidikan nasional. Keberhasilan transformasi digital akan tercapai hanya jika para guru memiliki keterampilan teknologi dan pedagogi yang sesuai. Oleh karena itu, perluasan pelatihan berkelanjutan, pembentukan komunitas belajar di antara para guru, serta penyelenggaraan lokakarya inovasi digital sangatlah penting untuk memastikan bahwa guru dapat mengimbangi perkembangan teknologi (Balitbangdikbud, 2024). Semakin tinggi kompetensi digital para guru, semakin efektif pula proses pembelajaran di masa mendatang.

Dukungan dari ekosistem pendidikan sangat diperlukan untuk memperkuat posisi guru sebagai penggerak inovasi. Para guru tidak dapat menjalankan tugasnya secara efektif tanpa dukungan fasilitas yang memadai, kebijakan yang mendukung, dan kolaborasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penting bagi sekolah, pemerintah, dan orang tua untuk menciptakan budaya yang mendorong kreativitas, menyediakan infrastruktur digital yang tepat, serta memperhatikan kesejahteraan para guru. OECD menekankan bahwa inovasi dalam pendidikan sangat bergantung pada sinergi yang ada dalam sistem pendidikan secara keseluruhan (OECD, 2021). Dengan adanya dukungan semacam itu, para guru dapat berperan sebagai arsitek peradaban digital yang sesungguhnya.

PENUTUP

Guru berfungsi sebagai pemandu dalam mengarahkan perkembangan pendidikan Indonesia di tengah cepatnya perubahan digital. Mereka tidak hanya bertugas mentransfer pengetahuan, tetapi juga membina karakter dan etika generasi masa depan. Komitmen guru dalam proses pembelajaran, inovasi, dan bimbingan terhadap siswa menjadikan profesi ini tetap terhormat meskipun dunia mengalami perubahan yang begitu cepat. Hari Guru Nasional 2025 merupakan pengingat bahwa kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas para guru yang memimpin transformasi ini (Wahyudi, 2024). Oleh karena itu, selama para guru terus berinovasi, Indonesia akan mencapai masa depan pendidikan yang bermartabat dan mampu bersaing di tingkat global.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik kesenjangan digital Indonesia 2023. BPS RI.

Balitbangdikbud. (2024). Laporan pengembangan kompetensi digital guru. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Hanushek, E. A. (2020). Education production functions and teacher quality. Stanford University Press.

Kemdikbud Guru Berprestasi. (2024). Profil guru inovatif dan praktik baik pembelajaran digital 2024. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Kemendikbud. (2023). Panduan implementasi Kurikulum Merdeka. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kemendikbud. (2024). Laporan transformasi pendidikan nasional 2024. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kominfo. (2023). Indeks literasi digital Indonesia 2023. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Lestari, S. (2021). Pendidikan karakter di era digital: Tantangan dan strategi implementasi. Jurnal Pendidikan Nasional, 10(2), 115–130.

OECD. (2021). Education in the digital age: Policy strategies for innovation. OECD Publishing.

Pusdatin. (2022). Analisis beban kerja guru dan efektivitas administrasi sekolah. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kemendikbudristek.

UNESCO. (2022). The role of teachers in digital learning ecosystems. UNESCO Publishing.

Wahyudi, A. (2024). Transformasi peran guru dalam inovasi pendidikan nasional. Jurnal Inovasi Pendidikan Indonesia, 8(1), 45–59.

 

Post a Comment

0 Comments