Nama
: Iffa Mala Shofa
NIM : 20624065
Mata Kuliah : Etika Profesi Keguruan A
Pendidikan
yang bermutu tidak bisa dipisahkan dari kualitas dan kesejahteraan guru. Guru
merupakan pilar utama dalam proses pembelajaran yang berperan membentuk
karakter, pengetahuan, dan kecakapan hidup peserta didik, sehingga
kesejahteraannya menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan nasional
(Arifin & Barnawi, 2019). Namun, sampai saat ini, kondisi kesejahteraan
para guru di Indonesia tetap menjadi masalah yang sangat penting. Banyak guru
terutama di daerah terpencil masih menghadapi rendahnya pendapatan, beban kerja
yang tinggi, serta minimnya akses pengembangan profesional, sehingga
mempengaruhi motivasi dan kualitas pembelajaran (Mustofa & Suharti, 2021).
Momentum
Hari Guru Nasional 2025 merupakan kesempatan bagi semua pihak terkait untuk
mengevaluasi sejauh mana negara ini telah memberikan penghargaan yang layak
kepada guru. Peningkatan kesejahteraan tidak seharusnya dipandang hanya sebagai
bentuk penghargaan, tetapi juga sebagai investasi strategis untuk menciptakan
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, karena guru yang sejahtera
memiliki motivasi dan kreativitas yang lebih tinggi dalam mengajar (Sari &
Rahmawati, 2022). Usaha untuk meningkatkan martabat
profesi guru melalui perbaikan kesejahteraan merupakan langkah krusial dalam
mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tanpa guru yang berkualitas dan hidup
sejahtera, pencapaian visi besar ini akan sulit tercapai. Dengan demikian,
meningkatkan kesejahteraan guru adalah dasar untuk memperkuat martabat
pendidikan di tingkat nasional. Esai ini akan membahas pentingnya peningkatan
kesejahteraan guru untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, memotivasi,
dan berkelanjutan dalam rangka merayakan Hari Guru Nasional 2025.
Masalah
kesejahteraan guru menjadi salah satu elemen penting yang mempengaruhi mutu
pendidikan di tingkat nasional. Di berbagai negara, para guru yang berada dalam
keadaan sejahtera menunjukkan semangat kerja yang besar, keseimbangan emosional
yang positif, serta dedikasi profesional yang tinggi. Dalam konteks Indonesia,
berbagai studi menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan guru berdampak
langsung pada kualitas pembelajaran, karena guru dengan kondisi ekonomi dan
psikologis yang stabil lebih mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan
relevan dengan kebutuhan peserta didik (Hidayat & Firmansyah, 2020).
Kesejahteraan yang cukup memungkinkan para pendidik untuk mengutamakan
peningkatan metode pengajaran, alih-alih terpaksa mencari pemasukan tambahan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Guru
memerlukan ruang untuk berkembang agar dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan
teknologi, kurikulum, serta metode pengajaran yang terkini. Pengembangan
profesional yang berkelanjutan terbukti meningkatkan kualitas pengajaran dan
mampu memperkuat kompetensi abad 21 yang diperlukan oleh peserta didik (Suharto
& Lestari, 2021). Tanpa pelatihan yang cukup, banyak guru merasa
ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi digital atau metode pengajaran yang
baru. Analisis dari pengalaman di lapangan mengindikasikan bahwa guru yang
mendapatkan akses pada pelatihan secara teratur cenderung lebih percaya diri,
lebih fleksibel, dan lebih inovatif dalam mengatur kelas. Ini menunjukkan bahwa
peningkatan profesional adalah elemen yang sangat penting bagi kesejahteraan guru.
Kesejahteraan
emosional guru berperan penting terhadap kinerja mereka di ruang belajar.
Tanggung jawab administratif yang berat, tuntutan masyarakat yang tinggi, serta
tekanan untuk memenuhi sasaran kurikulum sering kali menjadi pemicu stres bagi
para guru. Penelitian menunjukkan bahwa stres kerja kronis pada guru berdampak
negatif terhadap kinerja, keterlibatan, dan kepuasan kerja mereka (Rahman &
Utami, 2022). Di sisi lain, guru yang menerima dukungan sosial dari rekan
kerja, mendapatkan penghargaan dari sekolah, serta berada dalam lingkungan
kerja yang saling bekerja sama biasanya memiliki kesejahteraan emosional yang
lebih baik. Penghargaan sederhana seperti pengakuan rutin atau komunikasi yang
mendukung dapat meningkatkan perasaan dihargai dan semangat dalam mengajar.
Banyak pengalaman guru menunjukkan bahwa penghargaan yang tidak bersifat
material sering kali memberikan dampak emosional yang lebih mendalam
dibandingkan dengan insentif keuangan jangka pendek.
Lebih dalam,
peningkatan kesejahteraan para guru menjadi langkah krusial dalam memperkokoh
martabat sistem pendidikan di tanah air. Negara yang memiliki indikator
pendidikan yang baik selalu menganggap profesi guru sebagai pekerjaan yang
mendapat penghormatan dan dianggap bergengsi, karena mereka paham bahwa mutu
pendidikan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan dan kualitas para gurunya.
Indonesia dapat belajar bahwa menghargai guru berarti menciptakan ekosistem
pendidikan yang adil, memberikan fasilitas yang cukup, dan mengurangi beban
tugas non-pembelajaran yang biasanya menguras energi guru. Saat guru mendapat
penghargaan yang sepatutnya, profesi ini akan kembali menarik perhatian
generasi muda, sehingga keberlanjutan tenaga pengajar yang berkualitas dapat
terjamin.
Oleh karena
itu, kesejahteraan para guru harus dilihat sebagai investasi untuk masa depan
negara. Aspek finansial, profesional, dan emosional merupakan tiga fondasi yang
saling mendukung. Meningkatkan kesejahteraan ini bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, melainkan juga tugas masyarakat, institusi pendidikan, dan
orang tua. Upaya memperbaikinya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga
masyarakat, sekolah, dan orang tua. Ketika guru menjadi pribadi yang sejahtera,
baik secara ekonomi, kompetensi, maupun jiwa, maka mereka akan mampu
menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pembimbing karakter, dan penggerak
perubahan sosial secara optimal (Yuliana & Prasetyo, 2021).
Kesejahteraan
para guru adalah fondasi utama dalam menciptakan sistem pendidikan yang bermutu
dan mampu bersaing. Dari pembahasan sebelumnya, dapat dilihat bahwa
kesejahteraan tidak hanya mencakup aspek keuangan, tetapi juga meliputi
kesejahteraan di bidang profesional serta kondisi emosional. Guru yang
mendapatkan penghargaan layak, dukungan pengembangan kompetensi, serta
lingkungan kerja yang sehat cenderung memiliki motivasi lebih tinggi,
kreativitas lebih besar, dan keterlibatan lebih mendalam dalam proses
pembelajaran (Hidayat & Firmansyah, 2020). Situasi ini memiliki pengaruh
langsung pada mutu interaksi pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dengan kata
lain, sistem pendidikan yang berkualitas tinggi tidak dapat terwujud tanpa
keberadaan guru yang sejahtera.
Selain itu,
pemenuhan kesejahteraan bagi guru memiliki peranan yang signifikan dalam
meningkatkan martabat profesi pendidikan di mata publik. Ketika para guru
diberikan kesempatan untuk berkembang, dihargai atas sumbangsih mereka, dan
dibebaskan dari beban yang tidak berkaitan dengan tugas mengajar, profesi
mengajar akan kembali dianggap sebagai panggilan intelektual yang terhormat,
bukan hanya sekadar pekerjaan biasa. Ini sejalan dengan praktik di
negara-negara yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan mereka melalui
kebijakan yang memposisikan guru sebagai pilar utama dalam transformasi
pendidikan. Oleh karena itu, usaha untuk memuliakan profesi guru harus menjadi
tanggung jawab bersama para pemangku kepentingan.
Namun lebih
dari sekadar peraturan, menghargai guru merupakan bentuk penghormatan moral
terhadap individu yang setiap hari menyalurkan cahaya pengetahuan kepada
generasi bangsa. Seorang guru yang berada dalam keadaan sejahtera akan
membentuk generasi yang kuat, berkarakter, serta siap menghadapi tantangan di
masa depan. Dalam kesempatan Hari Guru Nasional ini, refleksi ini berfungsi
sebagai pengingat bahwa sukses dalam pendidikan bukan hanya beban guru, tetapi
juga merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Kita perlu memastikan
bahwa setiap guru mampu mengajar dengan hati yang tenang, pikiran yang cerah,
dan semangat yang membara. Pada akhirnya, guru adalah cahaya yang selalu
bersinar. Mereka terus menerangi jalan meskipun terkadang harus berjuang dalam
keterbatasan. Oleh karena itu, tanggung jawab kita adalah menjaga agar cahaya
itu tetap hidup dengan memberikan dukungan, pengakuan, dan peningkatan
kesejahteraan yang pantas. Karena saat guru sejahtera, maka negara akan
berkembang. Dan dari tangan guru itulah masa depan Indonesia ditentukan, setiap
hari, di setiap kelas.
Referensi
Arifin, Z., & Barnawi. (2019).
Kesejahteraan Guru dan Dampaknya terhadap Kinerja Profesional Guru. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 4(3), 245–257.
Hidayat, A., & Firmansyah, D.
(2020). Teacher Welfare and Instructional Quality in Indonesian Schools.
Journal of Educational Policy and Practice, 5(2), 112–123.
Mustofa, I., & Suharti, S. (2021).
Teacher Welfare and Its Influence on Teaching Quality in Indonesian Schools.
Indonesian Journal of Educational Research.
Rahman, N., & Utami, S. (2022).
Work Stress and Emotional Wellbeing among Teachers: Implications for
Professional Performance. Journal of Educational Psychology, 14(1), 45–59.
Sari, D. P., & Rahmawati, L.
(2022). Professional Development and Teacher Motivation: A Pathway to Quality
Education. Journal of Educational Development, 10(1), 33–41.
Suharto, B., & Lestari, T. (2021).
Continuous Professional Development and Teacher Competence in the Digital Era.
International Journal of Instructional Development, 9(3), 78–90.
Yuliana, R., & Prasetyo, T. (2021).
Teacher Motivation, Welfare, and Their Impact on Educational Outcomes.
Indonesian Journal of Pedagogy, 13(1), 21–33.
0 Comments