Kecerdasan Buatan Membuka Jendela Baru bagi Dunia Pendidikan

Disusun oleh: Deltania Sukma Berliani (20624009)_Etika Profesi Keguruan A

PENDAHULUAN

Indonesia memperingati Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November untuk menghargai dedikasi guru yang telah berkontribusi besar pada pembentukan karakter dan pengetahuan anak bangsa. Peringatan Hari Guru 2025 istimewa karena berlangsung di tengah era perubahan besar dalam dunia pendidikan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan atau AI. Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi fenomena yang paling penting di dunia pendidikan. Tidak hanya keberadaannya membuka banyak peluang baru, tetapi juga berguna untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghidupkan kembali makna menjadi seorang guru di era modern. Cara manusia belajar dan mengajar dipengaruhi langsung oleh perkembangan AI yang begitu pesat. Teknologi ini banyak sekali manfaatnya untuk guru, seperti dapat menganalisis data pembelajaran, mengidentifikasi pola perilaku siswa, dan bahkan menyarankan materi yang sesuai dengan kemampuan setiap orang. Dari perspektif siswa, pengalaman belajar mereka dengan AI berbeda dan lebih personal. Sistem pembelajaran adaptif memiliki kemampuan untuk menyesuaikan materi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. AI dan platform digital juga dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan lebih cepat. Sebaliknya, AI menghadirkan masalah yang tidak dapat diabaikan. Ketergantungan pada teknologi dapat menyebabkan siswa kurang terlibat aktif secara langsung dengan guru mereka. Penggunaan AI tanpa bimbingan guru juga dapat menghambat kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Hari Guru menjadi momentum yang tepat untuk mengingat dan menegaskan kembali apa peran guru yang sebenarnya dalam dunia pendidikan. Guru tetap menjadi inspirator walaupun berada diera digital yang dapat dengan mudah mendapatkan informasi selain dari guru. Meskipun demikian, pengalaman saya menunjukkan bahwa guru memberikan pemahaman mendalam dan bimbingan yang tidak mampu dilakukan oleh kecerdasan buatan. Setiap arahan dan dorongan kata dari guru sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajar siswa.

ISI

Teknologi kecerdasan buatan atau AI membuka pintu baru bagi dunia pendidikan. AI memiliki kemampuan untuk membantu mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih personal, adaptif, dan efisien melalui kemampuan untuk mengolah data. Salah satu jenis kecerdasan buatan adalah ChatGPT yang dapat membantu pendidik membuat presentasi untuk media pembelajaran. Guru hanya perlu menuliskan topik atau konten slide yang ingin dibuat, sehingga ChatGPT dapat membuat contoh slide atau memberikan panduan untuk menyusun konten media pembelajaran (Nurhayati et al., 2024). Selain itu, kecerdasan buatan juga membantu guru mengelola pembelajaran. Guru dapat menggunakan aplikasi seperti GradeScope dan Turnitin untuk menilai hasil tugas dan menemukan plagiarisme, sementara ChatGPT dan Google Gemini dapat membantu mereka membuat bahan ajar atau simulasi pembelajaran interaktif. Selain itu, kecerdasan buatan (AI) juga dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh informasi sehingga siswa sekarang tidak bergantung pada buku pelajaran ataupun penjelasan dari guru, tetapi siswa dapat memperoleh informasi yang luas melalui ChatGPT, google gemini, atau aplikasi belajar lainnya. Adanya kecerdasan buatan (AI) juga memudahkan siswa untuk belajar dengan waktu yang fleksibel, bisa belajar dimana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, AI dapat meringankan tugas manajemen guru dan memberi mereka lebih banyak waktu untuk berkonsentrasi pada aspek pedagogis dan pengembangan karakter siswa. Namun, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Siswa dapat kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis jika terlalu bergantung pada AI. Jika AI hanya digunakan untuk mencari solusi instan, siswa juga dapat kehilangan kreativitas. Sangat penting bagi guru untuk memastikan bahwa siswa menggunakan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.

Dengan munculnya kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan, saya dapat memperoleh perspektif baru tentang proses belajar. Saya dapat menggunakan AI untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut ketika saya tidak memahami materi. Penjelasannya cepat, mudah dipahami, dan seringkali membuat saya lebih yakin dengan apa yang saya pelajari. Aplikasi berbasis AI dapat mengoptimalkan jadwal belajar berdasarkan pola aktivitas pengguna, memungkinkan mahasiswa memanfaatkan waktu dengan lebih produktif. Selain itu, AI juga membantu menyelesaikan tugas dengan lebih efektif dan efisien melalui fitur otomatisasi pencarian referensi, peringatan tenggat waktu, dan penyusunan draft tulisan akademik yang lebih sistematis. Namun, penggunaan AI dalam sistem administrasi sekolah dan pembelajaran dapat menyebabkan kebocoran data dan penyalahgunaan data pribadi mahsiswa, AI juga dapat menghambat kreativitas dan pemikiran kritis mahasiswa saat menyelesaikan masalah secara mandiri. ChatGPT sebagai alat bantu belajar adalah contoh ketergantungan ini. Banyak mahasiswa cenderung bergantung pada ChatGPT untuk menyelesaikan tugas sekolah tanpa memeriksanya dengan cermat, ini dapat menghambat pertumbuhan keterampilan berpikir kritis mereka. Oleh karena itu, ada peraturan dan pendekatan yang bijak untuk memanfaatkan AI agar teknologi ini tetap menjadi alat yang mendukung pembelajaran tetapi tidak menggantikan peran penting siswa dalam pendidikan (Kasman et al., 2025).

Saya menyadari betapa cepatnya proses belajar berubah semenjak AI masuk ke dalam dunia pendidikan. AI dapat menjawab pertanyaan dalam hitungan detik daripada buku dan instruksi guru. Saya menyadari bahwa teknologi ini bukan sekadar kemudahan melainkan hal tersebut melibatkan tanggung jawab untuk memahami informasi yang diberikan AI dengan benar, bukan hanya menyalinnya. Selain itu, saya menyaksikan bahwa profesi guru tidak dapat digantikan. Ketika teknologi menawarkan solusi instan, peran guru sebagai pengarah moral dan penyeimbang semakin penting. Meskipun AI membuka jendela baru ke dunia pengetahuan, guru tetap menjadi kompas yang mengarahkan siswa ke jalan yang benar. Dengan menggabungkan keduanya, saya lebih menghargai proses belajar yang dinamis dan responsif.

PENUTUP

Pendidikan semakin memiliki banyak tantangan setelah AI masuk ke dalam dunia pendidikan dan telah dimanfaatkan oleh hampir semua siswa serta tenaga kependidikan. AI telah mengubah cara kita memahami dan menjalani proses pembelajaran. Teknologi ini tidak hanya membuat belajar lebih mudah, tetapi juga memungkinkan setiap orang belajar dengan cara yang lebih sesuai dengan kecepatan mereka sendiri. AI dapat memberikan latihan yang terarah, penjelasan tambahan, dan dukungan belajar, yang kadang-kadang sulit didapat di ruang kelas yang penuh.

Namun demikian, kecerdasan buatan bukanlah pengganti untuk tugas manusia. Guru tetap menjadi figur penting yang memberikan moral, empati, dan pemahaman mendalam yang tidak dapat diberikan oleh teknologi. Pembelajaran yang efektif membutuhkan sentuhan manusiawi, dorongan untuk bertanya, keberanian untuk mencoba hal baru, dan kemampuan untuk mengolah informasi menjadi pemahaman yang benar. Sementara teknologi hanyalah jembatan, keinginan dan upaya seseorang untuk mencapai tujuan mereka adalah yang menentukan. Jika digunakan dengan benar, AI dapat menjadi teman yang membantu kita maju. Namun, penting untuk menjaga keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan mengasah kemampuan kita sendiri, agar proses belajar tidak hanya cepat, tetapi juga mendalam dan berkarakter.

Belajar di era kecerdasan buatan, kita diajarkan bahwa meskipun teknologi dapat menawarkan jalan baru, tidak ada yang bisa menggantikan langkah kaki kita sendiri. Mengembangkan rasa ingin tahu, tidak takut membuat kesalahan, dan membiarkan setiap proses baik yang mudah maupun yang sulit dapat membentuk diri menjadi orang yang lebih kuat dan bijaksana. Kemajuan terbesar tidak datang dari teknologi, tetapi dari keberanian untuk terus maju.

DAFTAR PUSTAKA

Kasman, R. A., Burhan, & Abdul Munir Hb. (2025). Peran dan Tantangan Kecerdasan Buatan (AI) dalam Pendidikan Tinggi: Implementasi dan Implikasi Etis. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(1), 24–33. https://doi.org/10.62388/jpdp.v5i1.523

Nurhayati, N., Suliyem, M., Hanafi, I., & Susanto, T. T. D. (2024). Integrasi AI dalam collaborative learning untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Academy of Education Journal, 15(1), 1063–1071. https://doi.org/10.47200/aoej.v15i1.2372

 


Post a Comment

0 Comments