Atika Helmalia
20624068
Etika Profesi
Keguruan (A)
PENDAHULUAN
Perkembangan
teknologi digital dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah cara manusia
belajar, bekerja, dan berinteraksi. Pembelajaran digital hadir sebagai
kebutuhan, bukan sekadar pilihan, terutama ketika tuntutan abad 21 menekankan
pentingnya literasi teknologi, kemampuan berpikir kritis, dan fleksibilitas
belajar. Indonesia sendiri sedang menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan
kualitas SDM agar mampu bersaing di era Society 5.0, di mana teknologi dan
kemanusiaan harus berjalan seimbang. Guru tidak lagi diposisikan sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator, pembimbing,
sekaligus inovator yang mampu memanfaatkan teknologi untuk memperkaya
pengalaman belajar siswa.
Peringatan
Hari Guru Nasional 2025 menjadi momentum refleksi sekaligus apresiasi terhadap
kontribusi guru dalam proses transformasi pendidikan digital. Pada momen ini,
penting untuk menegaskan kembali bahwa kolaborasi antara guru dan teknologi
bukanlah upaya menggantikan peran guru, melainkan memperkuat kapasitas mereka
dalam menghasilkan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan
pemanfaatan teknologi yang tepat, guru dapat menghadirkan metode belajar yang
lebih adaptif, personal, dan menarik, sehingga berkontribusi langsung pada
peningkatan kompetensi SDM Indonesia.
Penguatan
Kompetensi Digital Guru sebagai Fondasi Transformasi Pembelajaran
Transformasi
pembelajaran digital pada dasarnya tidak ditentukan oleh kecanggihan perangkat,
tetapi oleh kesiapan guru dalam memanfaatkan teknologi secara bermakna. Dalam
praktik di lapangan, banyak guru sebenarnya sudah terbiasa menggunakan gawai
atau aplikasi populer, tetapi belum semuanya mampu memanfaatkannya sebagai alat
pedagogis. Di sinilah pentingnya penguatan kompetensi digital yang tidak hanya
menekankan kecakapan teknis, tetapi juga kemampuan memilih, mengintegrasikan,
dan mengevaluasi teknologi sesuai kebutuhan siswa.
Pertama,
literasi digital menjadi landasan utama yang perlu dimiliki setiap guru.
Literasi ini mencakup pemahaman terhadap cara kerja perangkat, etika
berinternet, keamanan data, hingga kemampuan memilah informasi yang kredibel.
Guru yang memiliki literasi digital yang baik akan lebih percaya diri mencoba
metode baru, seperti menggunakan platform pembelajaran interaktif, merancang
kuis berbasis aplikasi, atau mengelola kelas virtual. Kepercayaan diri ini
penting karena perubahan pedagogi tidak akan berjalan jika guru masih ragu atau
merasa takut salah.
Kedua,
penguatan kompetensi digital juga menyangkut kemampuan pedagogis berbasis
teknologi. Teknologi pada hakikatnya hanya alat, yang membuatnya bermakna
adalah cara guru menggunakannya untuk menciptakan pengalaman belajar yang
efektif. Misalnya, video pembelajaran bukan hanya rekaman ceramah, tetapi harus
dirancang dengan struktur yang jelas, visual yang mendukung, dan durasi yang
sesuai agar mudah dipahami siswa. Demikian pula penggunaan aplikasi kolaboratif
perlu disertai panduan aktivitas agar siswa tidak sekadar “mengklik”, tetapi
benar-benar terlibat dalam proses berpikir.
Ketiga,
pelatihan berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak di tengah cepatnya
perkembangan teknologi pendidikan. Banyak guru yang pernah mengikuti workshop
digital, namun materi yang diberikan bersifat satu arah dan tidak
berkelanjutan. Model pelatihan ideal seharusnya bersifat praktik langsung,
berorientasi pada problem nyata di kelas, dan menyediakan ruang bagi guru untuk
berdiskusi serta saling berbagi pengalaman. Pengalaman guru lain sering kali
menjadi sumber inspirasi yang lebih relevan daripada teori semata.
Pada
akhirnya, penguatan kompetensi digital guru bukan hanya untuk memenuhi tuntutan
era 5.0, tetapi merupakan investasi jangka panjang bagi kualitas pendidikan
Indonesia. Lebih dari itu, mereka menjadi role model bagi siswa dalam
memanfaatkan teknologi secara bijak dan produktif. Guru perlu melihat teknologi
bukan sebagai ancaman yang bisa menggantikan peran mereka, tetapi sebagai mitra
kerja yang membantu meningkatkan kualitas pengajaran.
Dampak
Kolaborasi Guru–Teknologi terhadap Pengembangan SDM Indonesia di Era 5.0
Integrasi
antara guru dan teknologi bukan sekadar tren pendidikan modern, tetapi
merupakan langkah strategis untuk menyiapkan SDM Indonesia yang adaptif dan
kompetitif di era 5.0. Pada era ini, teknologi tidak hanya berfungsi sebagai
alat pendukung, melainkan menjadi mitra kolaborasi yang dapat memperluas
kapasitas guru dalam mengembangkan potensi peserta didik. Ketika teknologi
digunakan secara tepat, guru dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih
kreatif, interaktif, dan relevan dengan dunia kerja modern terutama di era 5.0.
Seperti kata Elon Musk, “We must be careful with artificial intelligence.
I'm less worried about a singularity scenario than I am about the way that AI
could be used by bad actors,” sehingga kepemimpinan guru tetap menjadi
penentu arah perkembangan siswa.
Namun,
tidak semua guru memiliki kompetensi digital yang memadai, sebagian masih
kesulitan beradaptasi dengan aplikasi pembelajaran baru. Kesenjangan perangkat
dan akses internet juga membuat penerapan teknologi tidak merata, siswa di
daerah terpencil sering kali tidak bisa merasakan kualitas pembelajaran digital
yang sama. Selain itu, penggunaan teknologi tanpa pengawasan dapat menimbulkan
distraksi, penyalahgunaan informasi, hingga menurunnya interaksi sosial jika
guru tidak menyeimbangkannya dengan pendekatan humanis. Meski begitu, tantangan
tersebut justru menjadi pengingat bahwa peran guru tidak dapat digantikan oleh
teknologi. Guru perlu menjadi navigator yang membantu siswa melalui kombinasi
kepemimpinan guru dan pemanfaatan teknologi yang proporsional, Indonesia dapat
membentuk SDM yang tidak hanya canggih secara digital, tetapi juga matang
secara karakter dan siap bersaing dalam dinamika global.
Di
sisi lain, kolaborasi guru dan teknologi memiliki dampak langsung pada kesiapan
SDM Indonesia menghadapi tuntutan global. Dunia kerja saat ini tidak hanya
menuntut penguasaan pengetahuan, tetapi juga kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan teknologi yang sangat cepat. Transformasi ini akan menentukan posisi
Indonesia dalam persaingan global. Perusahaan–perusahaan global mencari talenta
yang mampu belajar mandiri, menggunakan platform digital, serta memecahkan
masalah dengan pendekatan kreatif. Ketika guru berada di garis depan perubahan
memimpin, mengarahkan, dan menginspirasi maka teknologi tidak sekadar menjadi
perangkat, tetapi menjadi jembatan menuju kualitas SDM yang lebih maju dan
relevan dengan kebutuhan era 5.0.
PENUTUP
Transformasi
pendidikan di era 5.0 menegaskan bahwa kolaborasi antara guru dan teknologi
bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis untuk membangun SDM Indonesia
yang unggul. Guru memegang peran sentral sebagai pengarah, pembimbing, dan
penjaga nilai agar pemanfaatan teknologi tetap berpijak pada karakter, etika,
dan tujuan pembelajaran yang humanis. Gagasan ini sejalan dengan pandangan B.J.
Habibie yang sejak lama menegaskan bahwa “Kualitas sumber daya manusia
merupakan kunci keberhasilan masa depan bangsa. SDM yang unggul dan berdaya
saing akan mengantar Indonesia sejajar dan disegani bangsa lain.” Habibie
juga mengingatkan bahwa masa depan Indonesia hanya dapat dicapai melalui
generasi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan nilai
budaya, “Masa depan Indonesia ditentukan oleh keunggulan sumber daya manusia
Indonesia yang memiliki nilai budaya, memahami dan menguasai mekanisme
pengembangan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Upaya
membangun SDM unggul tidak dapat diserahkan kepada pihak luar. Tanggung jawab
itu ada pada kita semua, guru, siswa, pemerintah, dan seluruh masyarakat.
Sebagaimana pesan Habibie, “Kalau bukan anak bangsa ini yang membangun
bangsanya, siapa lagi?” Kolaborasi guru dan teknologi adalah salah satu
langkah nyata untuk memenuhi pesan tersebut dan memastikan Indonesia mampu
berdiri sejajar di kancah global.
REFERENSI
Bimoseno, A.
(2014). Pesawat Habibie: Sayap-Sayap mimpi Indonesia. Kata Media.
Cheng, H.
(2018, April 6). Elon Musk warns AI could create ‘immortal dictator’ in
documentary. CNBC. https://www.cnbc.com/2018/04/06/elon-musk-warns-ai-could-create-immortal-dictator-in-documentary.html
Syafi’i, I. .,
Aziz, Y. ., Alviatin, A. K. ., & Assyadziyyah, N. . (2025). Guru
Profesional Sebagai Pilar Utama dalam Mewujudkan Generasi Unggul di Era
Pendidikan 5.0. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 10(2), 1069–1079. https://doi.org/10.29303/jipp.v10i2.3312
0 Comments