Nama: Muhammad Zamzami
NIM: 50224013
Pendahuluan
Dalam setiap diskusi tentang pendidikan di Indonesia, nama guru
menjadi pusat pembahasan. mereka tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi
menjadi motor utama didalam pembentukan karakter dan kecakapan hidup peserta
didik. Namun, tugas besar yang mereka emban kerap tidak selaras dengan kondisi
kesejahteraan yang diterima. Banyak guru, terutama guru honorer, mereka masih
berada dalam ketidak pastian ekonomi dan beban kerja yang berat. Momentum Hari
Guru menjadi penting untuk meninjau kembali kondisi tersebut. Hari Guru bukan
hanya perayaan simbolik semata, akan tetapi hari guru merupkan peringatan moral
bagi bangsa untuk menilai sejauh mana negara menghargai pendidiknya. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menegaskan bahwa “Guru itu
digugu dan ditiru,” sebuah prinsip yang mengingatkan bahwa kedudukan guru
harus dijamin martabatnya agar dapat menjadi teladan.
Ketika kesejahteraan guru terabaikan, sulit membayangkan pendidikan
yang bermartabat dapat terwujud. Pendidikan bermartabat memerlukan pendidik
yang bebas dari tekanan ekonomi, memiliki kesempatan berkembang, dan dihargai
sebagai profesi strategis. Dengan demikian, optimalisasi kesejahteraan guru
bukan sekadar isu profesi, tetapi strategi penting dalam pembangunan sumber
daya manusia.
Isi
1. Analisis Kondisi Kesejahteraan Guru di Indonesia
Kondisi kesejahteraan guru di Indonesia masih menunjukkan
kesenjangan signifikan antara guru ASN dan non-ASN. Tidak sedikit guru honorer
yang menerima upah jauh di bawah upah minimum regional. Hal ini menjadi ironi
mengingat tanggung jawab mereka dalam proses pendidikan sangatlah besar. mutu
pendidikan suatu negara berbanding lurus dengan kondisi dan kualitas guru yang
mengabdi di dalamnya. Jika guru masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar, sulit
mengharapkan pembelajaran yang inovatif dan efektif, karena guru tidak akan
fokus dalam melaksanakan tugasnya karena guru harus mencari tambahan yang lain
supaya kehidupan mereka sehari-hari bisa terpenuhi.
Secara teori kesejahteraan tenaga kerja, stabilitas finansial dan
ekosistem kerja yang sehat sangat memengaruhi produktivitas. Guru yang hidup
dalam tekanan ekonomi akan sulit memprioritaskan pengembangan kompetensi.
Bahkan, beberapa terpaksa mencari pekerjaan tambahan, yang pada akhirnya
mengurangi energi untuk mempersiapkan pembelajaran. Masalah kesejahteraan juga
tidak hanya terkait gaji, tetapi mencakup beban administrasi yang tinggi, akses
pelatihan yang terbatas, hingga minimnya perlindungan profesi, belum lagi
ketika dihadapkan dengan berbagai permasalahan mulai dari permasalahan peserta
didik, permasalahan internal keluarga, bahkan tak jarang juga pada zaman saat
ini banyak orang tua siswa yang juga menjadi sumber masalah,
2. Kesejahteraan Guru sebagai Pilar Pendidikan Bermartabat
Pendidikan bermartabat menekankan penghargaan terhadap nilai
kemanusiaan, profesionalisme, dan keadilan sosial. Ketiga nilai ini tidak dapat
diwujudkan jika kondisi guru masih timpang. Guru yang sejahtera memiliki ruang
psikologis dan emosional untuk mempersiapkan pembelajaran dengan cara yang
reflektif, kreatif, dan kontekstual. Mereka memiliki kesempatan untuk membaca, mengikuti
pelatihan, berdiskusi, atau meneliti hal-hal yang sangat penting dalam profesi
pengajar. Hal ini selaras dengan pandangan John Dewey, seorang filsuf
pendidikan, yang menyatakan bahwa “education is not preparation for life;
education is life itself.” Maka, pendidik harus diperlakukan sebagai
pengemban tugas kehidupan yang bernilai, bukan sekadar pelaksana kurikulum.
Sebaliknya, guru yang harus menghadapi ketidakpastian ekonomi dan
tekanan administrasi akan kesulitan menjalankan pengajaran yang bermakna.
Bahkan, interaksi dengan siswa pun dapat terganggu oleh kondisi mental dan
fisik yang tidak stabil. Karena itu, optimalisasi kesejahteraan guru merupakan
komponen fundamental dalam menciptakan pendidikan yang bermartabat dan
berkelanjutan.
3. Gagasan Strategis untuk Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Beberapa
strategi perlu diperkuat untuk memastikan kesejahteraan guru meningkat secara
menyeluruh:
a. Reformasi
system penggajian
Penggajian guru harus berbasis pada standar kelayakan hidup yang
menyesuaikan kebutuhan dasar. Kebijakan yang hanya bersifat insidental tidak
cukup. Besarnya gaji guru mencerminkan penghargaan negara terhadap profesi
tersebut. Bagaimana guru akan bisa fokus dalam mendidik anak-anak, sedangkan
mereka juga mempunyai keluarga yang mana punya kebutuhan sehari-hari yang harus
dipenuhi, oleh karena itu negara juga harus ikut andil dalam system penggajian
ini dengan membuat undang-undang yang mana didalamnya mengatur tentang besaran
minimal gaji yang harus diberikan kepada guru terutama guru honorer oleh
lembaga pendidikan masing-masing, jika tidak mampu memberikan gaji yang sesuai
maka negara berhak untuk memberikan teguran bahkan pencabutan izin operasional,
dengan demikian maka akan sedikit banyak membantu mengurangi permasalahan yang
berkaitan dengan gaji guru.
b. Penguatan
karier berbasis kompetensi
Jalur karier guru harus jelas, objektif, dan mengarahkan
peningkatan kualitas pembelajaran. Sistem yang terlalu administratif harus
diganti dengan penilaian berbasis capaian kinerja mengajar. Dengan begitu maka
guru akan berlomba-lomba untuk selalu meningkatkan kinerja mereka karena kalau
mereka tidak meningkatkan kinerja mereka maka akan berdampak pada karir mereka,
dan tentunya nanti akan sedikit banyak mewujudkan tenaga pengajar yang ahli dan
kompeten didalam bidangnya.
c.
Penyederhanaan administrasi pembelajaran
Administrasi yang berlebihan akan mengurangi waktu guru
berinteraksi dengan siswa. Digitalisasi dan penyederhanaan dokumen akan membuat
guru lebih fokus pada inti tugasnya: mengajar. Karena selama ini guru selalu
dihadapkan dengan berbagai macam administarsi mengajar sehingga akan sedikit
banyak menyita waktu mereka untuk mempersiapkan materi yang akan diajarkan
kepada siswa, dengan guru fokus mempersiapkan materi yang akan diajarkan maka
siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang mereka pelajari.
d.
Akses pelatihan berkualitas
Guru harus mendapat kesempatan pelatihan berkelanjutan. Dengan
adanya pelatihan berkelanjutan kompetensi guru akan semakin berkembang sehingga
akan mempengaruhi kinerja guru tersebut ketika proses pembelajaran baik didalam
kelas maupun diluar kelas, terlebih jika suatu waktu ada permasalahan yang
terjadi maka guru tersebut bisa menyelesaikan masalah itu dengan kompetensi
yang dia miliki
e. Perlindungan
profesi dan kesehatan mental
Guru memerlukan jaminan perlindungan hukum dan sosial agar dapat
mengajar tanpa rasa takut, terlebih saat ini marak terjadi pelaporan yang
dilakukan oleh wali murid yang tidak terima karena anaknya diperlakukan yang
menurut dia diluar batas kewajaran, sehinggga pada saat ini banyak guru yang
terkesan abai ketika ada anak yang bermasalah karena nanti ditakutkan ketika
dilakukan proses pendisiplinan kepada anak yang bermasalah, orang tua dari
siswa tersebut tidak terima, sehingga akan menimbulkan sang anak menjadi besar
kepala karena merasa dilindungi oleh orang tuanya jika dia melakukan kesalahan.
Selain itu, dukungan kesehatan mental juga penting karena profesi guru
memerlukan kestabilan emosional, terlebih dengan beban tugas yang diemban guru
dan berbagai permasalahan yang dihadapi guru
4. Refleksi dan Pengalaman Lapangan
Pengalaman
langsung berinteraksi dengan guru dari berbagai daerah memperlihatkan kenyataan
bahwa idealisme mereka tetap tinggi meskipun berada dalam kondisi serba
terbatas. Banyak dari mereka yang tetap mengajar dengan penuh dedikasi walaupun
gaji tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
Dalam
salah satu kunjungan, seorang guru honorer pernah mengatakan, “Kami tetap
mengajar karena ini bukan hanya profesi, tetapi pengabdian. Tetapi pengabdian
juga butuh kepastian hidup.” Kalimat ini menggambarkan paradoks yang
dialami banyak guru: antara cinta terhadap profesi dan tuntutan kesejahteraan
yang tidak terpenuhi.
Refleksi
ini menguatkan bahwa optimalisasi kesejahteraan guru bukan sekadar wacana
moral, tetapi kebutuhan mendesak. Guru seharusnya menjadi profesi yang
dihormati, bukan dikasihani, karena mereka membentuk generasi yang menentukan
arah bangsa.
Optimalisasi kesejahteraan guru adalah landasan utama untuk
mewujudkan pendidikan bermartabat. Hari Guru menjadi pengingat bahwa
penghormatan terhadap guru harus diwujudkan melalui kebijakan nyata, bukan
sekadar ucapan seremonial. Guru yang sejahtera dapat mengajar dengan kualitas
lebih baik, memperbarui kompetensi, dan mendampingi siswa dengan penuh energi
dan kreativitas. Jika pendidikan adalah senjata perubahan, maka guru adalah
pengendali senjata tersebut dan mereka harus diperlakukan secara layak. Oleh
karena itu, peningkatan kesejahteraan guru harus menjadi prioritas negara,
mulai dari reformasi penggajian, sistem karier, beban kerja, hingga
perlindungan profesi. Dengan langkah-langkah tersebut, Indonesia dapat
membangun pendidikan yang tak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bermartabat
secara kemanusiaan.
0 Comments