Nama: Zahra Aulia
Nim: 20624052
PENDAHULUAN
Revolusi 5.0 membawa perubahan
besar dalam dunia pendidikan dengan menempatkan manusia sebagai pusat
perkembangan teknologi. Pada era ini, kecerdasan buatan, big data, dan Internet
of Things bukan hanya alat bantu, tetapi sudah menjadi bagian dari ekosistem
pembelajaran. Guru tidak lagi cukup berperan sebagai penyampai pengetahuan,
melainkan harus menjadi fasilitator yang mampu mengelola arus informasi digital
secara bijaksana. UNESCO (2021) menegaskan bahwa “pendidik harus
dipersiapkan untuk memanfaatkan teknologi secara etis dan efektif demi
mendukung proses belajar yang berpusat pada manusia.” Kutipan ini
menegaskan pentingnya kesiapan guru untuk memadukan aspek teknologi dan nilai
kemanusiaan. Selain itu, Fullan (2013) menyatakan bahwa “perubahan
pendidikan hanya akan berhasil jika guru diberdayakan sebagai agen transformasi
yang sadar akan peran strategisnya.” Dengan demikian, kompetensi guru perlu
diperluas melalui literasi digital, kreativitas pedagogis, dan kemampuan
berpikir kritis agar dapat merespons kebutuhan generasi masa depan.
Penguatan guru menjadi kebutuhan
mendesak dalam menghadapi kompleksitas Revolusi 5.0. Penguatan ini mencakup
pengembangan profesional berkelanjutan, pelatihan teknologi, dan pembentukan
mindset inovatif. OECD (2019) juga menekankan bahwa “teacher professionalism
grows when teachers are provided with continuous learning opportunities and
collaborative spaces.” Artinya, guru memerlukan ruang kolaborasi dan
pelatihan yang konsisten agar mampu terus beradaptasi. Penguatan kompetensi
tidak hanya menyangkut keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan guru dalam
menjaga dimensi humanis pendidikan, seperti empati, komunikasi, serta bimbingan
karakter. Dengan penguatan yang komprehensif, guru dapat menjadi aktor kunci
yang mampu menghadirkan pembelajaran bermakna, relevan, dan selaras dengan visi
Revolusi 5.0 yang menempatkan manusia sebagai pusat inovasi. Hal ini menjadikan
guru tidak hanya adaptif, tetapi juga proaktif dalam menciptakan generasi yang
siap menghadapi tantangan global.
PEMBAHASAN
Penguatan guru dalam menghadapi
Revolusi 5.0 merupakan sebuah kebutuhan mendesak yang tidak dapat ditunda,
mengingat dunia pendidikan berada pada titik transisi penting antara
perkembangan teknologi dan kebutuhan pembelajaran yang tetap berorientasi pada
nilai-nilai kemanusiaan. Integrasi teknologi seperti kecerdasan buatan, machine
learning, big data, dan perangkat pembelajaran digital mengubah cara guru
mengajar maupun cara siswa belajar. Guru dituntut memiliki kemampuan literasi
digital yang lebih mendalam agar dapat memanfaatkan perangkat teknologi secara
efektif sebagai alat bantu belajar. Schleicher (2020) menegaskan bahwa “guru
masa kini bukan hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga
membimbing siswa dalam menavigasi banjir informasi digital yang kompleks.”
Dengan demikian, guru harus mampu memilih sumber yang kredibel, merancang
pembelajaran berbasis teknologi, serta memahami etika penggunaannya agar
pembelajaran tetap berjalan secara sehat dan bermakna.
Selain kemampuan teknologi, aspek
pedagogis menjadi elemen vital dalam penguatan guru pada era Revolusi 5.0.
Teknologi dapat mempercepat proses belajar, tetapi esensi pendidikan tetap
membutuhkan peran manusia sebagai pengarah, pembimbing, dan pemberi nilai
moral. Siti Sadiah (2022) menyampaikan bahwa “pendidikan yang baik harus
tetap memprioritaskan aspek humanis seperti empati, komunikasi, dan pembentukan
karakter, sekaligus memanfaatkan teknologi sebagai pendukung, bukan pengganti
peran guru.” Pandangan ini memperkuat bahwa guru harus menyeimbangkan
kemampuan teknis dengan kecakapan sosial-emosional. Guru harus menjadi figur
yang mampu memahami kebutuhan psikologis siswa, menciptakan lingkungan belajar
yang inklusif, dan mengembangkan keterampilan abad 21 seperti kreativitas,
kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Penguatan guru juga sangat
bergantung pada dukungan institusional dalam bentuk program pengembangan
profesional yang berkelanjutan. Pelatihan yang hanya dilakukan sesekali tidak
lagi memadai untuk menghadapi perkembangan teknologi yang terus berubah. Darling-Hammond
(2017) menjelaskan bahwa “pengembangan profesional yang efektif adalah
program yang bersifat berkelanjutan, relevan dengan kebutuhan guru, serta
mencakup praktik langsung dalam konteks kelas.” Oleh karena itu, sekolah
dan lembaga pendidikan perlu menyediakan kesempatan bagi guru untuk mengikuti
workshop, pelatihan teknologi, pembelajaran berbasis komunitas, serta akses
terhadap sumber daya digital yang modern. Dukungan ini tidak hanya meningkatkan
kompetensi guru, tetapi juga membangun budaya belajar sepanjang hayat di
kalangan pendidik.
Selanjutnya, kolaborasi antar guru
juga menjadi bagian penting dalam penguatan kompetensi masa kini. Dengan
berkolaborasi, guru dapat saling berbagi pengalaman, strategi pembelajaran, dan
pengetahuan terkait penggunaan teknologi. OECD (2019) menyatakan bahwa “kolaborasi
profesional antar guru meningkatkan kualitas pengajaran dan memperluas cakupan
inovasi dalam pembelajaran.” Di era Revolusi 5.0, kolaborasi dapat
dilakukan melalui platform digital, komunitas belajar online, maupun forum
pengembangan profesi lainnya yang memudahkan pertukaran ide tanpa batas ruang
dan waktu.
Dengan memperkuat aspek literasi
digital, pendekatan pedagogis humanis, program pelatihan yang berkelanjutan,
serta kolaborasi profesional, guru dapat menjadi agen perubahan yang
benar-benar siap menghadapi Revolusi 5.0. Penguatan guru bukan hanya untuk meningkatkan
kemampuan individual, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk menciptakan
ekosistem pendidikan yang adaptif, inovatif, dan tetap menempatkan nilai
kemanusiaan sebagai fondasi utama dalam pembelajaran.
PENUTUP
Revolusi 5.0 menghadirkan tantangan
sekaligus peluang besar bagi dunia pendidikan, khususnya bagi peran guru
sebagai pendidik dan fasilitator. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penguatan
guru menjadi langkah strategis yang harus dilakukan agar pendidik mampu
menghadapi perkembangan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai humanis dalam
pembelajaran. Guru tidak hanya dituntut menguasai literasi digital, tetapi juga
perlu memperkuat kompetensi pedagogis, kemampuan sosial-emosional, serta
kesiapan untuk berinovasi. Dukungan institusi melalui pelatihan berkelanjutan
dan kolaborasi profesional juga sangat penting untuk memastikan kualitas guru
terus berkembang.
Dengan penguatan yang komprehensif
tersebut, guru dapat menjalankan perannya sebagai agen perubahan yang mampu
memadukan teknologi dan kemanusiaan secara harmonis. Pada akhirnya,
keberhasilan pendidikan di era Revolusi 5.0 tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan
teknologi, tetapi juga oleh kesiapan dan kualitas guru dalam menciptakan
pembelajaran yang relevan, bermakna, dan berpihak pada perkembangan peserta
didik.
0 Comments