NAMA: CINDY FIRDA YULIANA
NIM: 20624067
KELAS: B
Generasi
muda hidup dalam arus informasi yang tidak ada hentinya saat teknologi digital
telah merasuk ke semua aspek kehidupan manusia.
Bahkan sejak sekolah dasar, telepon pintar, internet, media sosial, dan
berbagai platform digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
mereka. Kondisi ini membawa peluang
besar dan tantangan juga. Di tengah arus
informasi yang cepat, guru harus berperan sebagai panutan, tidak hanya sebagai
pendidik yang menyampaikan pengetahuan, tetapi juga sebagai teladan literasi
digital yang mengajarkan siswa untuk menggunakan teknologi dengan bijak,
kritis, dan bertanggung jawab.
Literasi
digital sekarang dianggap sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap
orang daripada kemampuan tambahan.
Namun, penguasaan teknologi secara teknis bukanlah yang paling penting. Generasi muda mungkin sudah terbiasa
menggunakan gawai dan aplikasi digital, tetapi mereka mungkin tidak tahu cara
memilah informasi, melindungi data pribadi, menghindari hoaks, atau
berinteraksi secara etis di dunia digital.
Guru memainkan peran penting sebagai panutan intelektual dan moral yang
dapat memimpin generasi muda dalam dunia digital yang rumit.
Guru
yang menunjukkan literasi digital tidak harus menjadi pengembang teknologi atau
pengembang aplikasi. Jadi Bagaimana guru memanfaatkan teknologi dengan baik,
serta cara mereka berpikir, adalah sumber contoh yang baik. Guru dapat menunjukkan perilaku digital yang
sehat kepada siswanya menunjukkan bahwa teknologi adalah alat dan bukan
tujuan. Oleh karena itu, literasi
digital merupakan representasi prinsip, moral, dan tanggung jawab, bukan hanya
kemampuan untuk menggunakan perangkat.
Ketika
guru mengajarkan siswa untuk bersikap kritis terhadap informasi digital,
seperti memverifikasi informasi sebelum membagikannya, siswa akan belajar bahwa
tidak semua yang ditemukan di internet dapat dipercaya. Ketika guru memastikan bahwa siswa
berperilaku sopan di media sosial, menggunakan bahasa yang sopan, dan
menghindari komentar negatif, guru mengajarkan siswa bahwa ini juga berlaku di
dunia nyata. Ketika guru membiasakan
siswa untuk memasukkan sumber rujukan yang dapat diandalkan, siswa belajar
bahwa karya digital juga harus tetap asli.
Jadi Keteladanan juga memiliki kekuatan yang lebih besar daripada
perintah.
Tetapi
keteladanan juga harus memerlukan kemampuan.
Untuk menjadi contoh literasi digital, guru harus memiliki kesadaran
untuk belajar terus menerus. Guru sering
mengalami kesulitan awal saat menggunakan teknologi pembelajaran seperti sistem
manajemen pembelajaran, aplikasi presentasi, dan media kreatif digital. Namun, kemampuan digital tidak harus dimiliki
sejak awal; pengalaman, kerja tim, dan pelatihan dapat membantu Anda
membangunnya. Siswa dapat melihat contoh
teladan yang sangat penting dalam belajar bahkan ketika guru menghadapi
kesulitan belajar teknologi.
Sebaliknya,
peran guru sangat penting dalam mengarahkan penggunaan teknologi untuk
pembelajaran yang efektif. Banyak siswa
menghabiskan waktu dengan konten digital yang tidak bermanfaat, seperti game
berlebihan atau media sosial tanpa terkendali. Guru dapat menghentikan hal ini
dengan memasukkan teknologi yang lebih produktif, seperti menonton video
edukasi, membaca artikel ilmiah online, membuat poster digital, atau berkarya
melalui blog dan video kreatif. Ketika
tugas sekolah dikemas dalam bentuk proyek digital, siswa bukan hanya memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang materi pelajaran, tetapi mereka juga dilatih
untuk membuat konten yang positif.
Etika
bermedia adalah salah satu masalah terbesar dalam literasi digital. Cyberbullying, dan penyebaran konten negatif
adalah masalah yang sering terjadi di antara siswa. Jadi, guru harus menjadi orang yang
bertanggung jawab untuk menunjukkan bahwa ruang digital harus dijaga. Guru dapat berbicara tentang jejak digital,
keamanan data pribadi, dan efek perilaku tidak etis di media sosial. Setiap
tindakan digital meninggalkan jejak, dan siswa harus memahami bahwa jejak
tersebut dapat memengaruhi reputasi dan masa depan mereka. Jadi Keteladanan
guru sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran ini.
Menjadi
contoh literasi digital jelas menantang.
Keterbatasan infrastruktur dan akses internet masih menjadi masalah di
banyak tempat. Banyak guru tidak
memiliki alat atau akses pelatihan yang cukup.
Maka, guru harus terus beradaptasi karena perkembangan teknologi yang
sangat cepat. Guru sering merasa
tertinggal oleh siswanya. Namun,
kesulitan ini tidak seharusnya menghentikan upaya guru untuk belajar dan
berinovasi. Jadi Hubungan guru-siswa yang lebih selaras dan saling mendukung
muncul dalam proses belajar bersama.
Sekolah
dan pemerintah harus memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas, pelatihan, dan
lingkungan yang memungkinkan pendidik meningkatkan keterampilan digital mereka
di tengah kesulitan tersebut. Selain
itu, komunitas belajar dapat sangat bermanfaat karena guru dapat saling berbagi
materi, pengalaman, dan praktik yang baik menggunakan teknologi. Literasi digital adalah tanggung jawab
kolektif yang mencakup seluruh ekosistem pendidikan.
Ketika
guru menunjukkan literasi digital yang baik, manfaatnya tidak hanya dirasakan
di ruang kelas tetapi juga Berpikir kritis, kreatif, dan memiliki kesadaran
moral yang kuat akan dibawa ke generasi muda.
Mereka tidak mudah terpengaruh oleh berita palsu, tidak akan menggunakan
media sosial untuk tujuan negatif, dan memiliki kemampuan untuk membuat karya
digital yang bermanfaat bagi lingkungan mereka.
Generasi muda yang literat digital adalah generasi yang dapat
mempertahankan etika dan budaya bangsanya sambil bersaing di dunia
internasional.
Jadi
Pada akhirnya, literasi digital adalah masalah kemanusiaan dan bukan hanya
teknologi. Dalam peran mereka sebagai
pendidik, guru bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga membentuk
karakter siswa. Meskipun teknologi
hanyalah alat, orang-orang yang memanfaatkannya merupakan sumber
perubahan. Ketika guru menunjukkan
contoh teknologi yang baik, mereka membentuk generasi yang tidak hanya cerdas
secara digital tetapi juga bijaksana, bermoral, dan berpartisipasi aktif dalam
membangun masa depan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Gilster, P., &
Glister, P. (1997). Digital literacy. Wiley Computer Pub. New York. -
Menjelaskan konsep dasar literasi digital yang penting untuk dipahami guru
sebagai teladan.
Graber, D., &
Mendoza, K. (2012). New media literacy education (NMLE): A developmental
approach. Journal of Media Literacy Education, 4(1), 8. - Menyoroti pentingnya
pendidikan literasi media dan media literacy yang dapat dijadikan model bagi
guru.
Hague, C., &
Payton, S. (2011). Digital literacy across the curriculum. Curriculum
Leadership, 9(10). - Menekankan peran guru dalam mengintegrasikan literasi
digital di berbagai mata pelajaran.
0 Comments