MENGAJAR DENGAN HATI, MENGISNPIRASI LEWAT TEKNOLOGI

Widya Safitri (20624040)
Etika Profesi Keguruan B

PENDAHULUAN

Setiap tanggal 25 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional sebagai momen refleksi dan apresiasi terhadap dedikasi para pendidik yang telah menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di tahun 2025, refleksi ini semakin penting dalam perubahan zaman yang sangat cepat. Teknologi berkembang pesat, informasi mengalir tanpa henti, dan ruan belajar tidak lagi terbatas oleh dinding kelas. Namun, guru tetap menjadi jangkar manusia yang menjaga arah pendidikan di tengah arus perubahan itu.

Saat ini, peran guru lebih dari sekadar menyampaikan pengetahuan. Mampu menggabungkan kecanggihan teknologi dengan kehangatan hati. Guru menjadi panutan moral, pelatihan karakter, dan sumber inspirasi. Guru yang mengajar dengan tulus tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi mereka juga menanamkan nilai-nilai seperti kepedulian, empati, dan kejujuran yang merupakan dasar kemajuan yang beradab. Namun, teknologi hadir sebagai jembatan yang membantu belajar dengan lebih baik. Hati dan teknologi bekerja sama untuk membuat generasi yang cerdas secara intelektual dan matang secara emosional dan spiritual.

Namun, kemajuan teknologi juga membawa masalah baru. Guru harus terus berkembang dan menguasai keterampilan digital tanpa kehilangan sentuhan kemanusiaannya. Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral dan kasih sayang serta keterampilan teknologi. Jadi, esai ini mencoba menjelaskan bagaimana guru modern dapat menjadi figur yang empatik dan kreatif. Mereka yang dengan tulus mengajar, tetapi tidak tertinggal oleh zaman.

ISI

Hari Guru Nasional bukan sekadar perayaan tahunan dengan pidato dan upacara. Ini adalah kesempatan untuk berpikir kembali tentang makna sebenarnya dari profesi guru. Di balik tindakan sederhana mereka, guru memainkan peran besar dalam membangun moral, karakter, dan kepribadian bangsa. Mereka tidak hanya mengajarkan siswa, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan melalui ketekunan, kesabaran, dan dedikasi yang seringkali tidak terlihat. Dalam konteks pendidikan nasional, guru adalah penggerak utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berdaya saing dan berakhlak mulia (Sekarini, 2024).

Guru hadir sebagai fondasi dari sistem pendidikan yang menumbuhkan harapan. Guru menghidupkan semangat belajar di balik papan tulis atau layar digital di kelas. Mesin atau algoritma tidak dapat menggantikan semangat ini. Guru hadir untuk menumbuhkan kembali keyakinan siswa ketika mereka mulai kehilangan motivasi. Guru bertindak sebagai motivator ketika seorang anak ragu akan kemampuan mereka. Pendidikan adalah inti dari interaksi sederhana antara guru dan siswa. Nilai-nilai seperti empati, rasa hormat, dan kebersamaan muncul dari interaksi ini.

Cara manusia belajar, berinteraksi, dan mencari informasi telah berubah karena kemajuan teknologi. Namun, kehadiran pendidik semakin dibutuhkan di tengah revolusi digital yang bergerak cepat. Guru bukan hanya fasilitator pengetahuan, melainkan mereka juga pemimpin moral yang memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang bijaksana dan etis (Maharani et al., 2024). Mereka berkembang menjadi pelindung nilai kemanusiaan di dunia yang semakin otomatis dan logis. Guru masa kini ditantang untuk tidak hanya majir menggunakan teknologi, tetapi mereka juga harus mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berempati (Ridzky et al., 2025).

Meskipun teknologi dapat menyediakan jumlah data dan sumber belajar yang tak terbatas, ini tidak dapat menggantikan senyum hangat seorang guru atau mata yang penuh pengertian ketika seorang siswa merasa gagal. Guru yang tulus tahu bahwa setiap siswa memiliki cara yang berbeda untuk belajar, potensi, dan perasaan. Guru menciptakan lingkungan belajar yang berfokus pada proses dan pertumbuhan manusiawi selain pada hasil.

Di era informasi yang begitu keras dan cepat berubah ini, guru juga bertugas menjaga moralitas dan kebijaksanaan. Mereka membantu siswa dalam menyeimbangkan rasa, logika, data, dan nurani. Sifat-sifat seperti tanggung jawab, kejujuran, dan disiplin diajarkan melalui tindakan, bukan hanya melalui perkataan. Di sinilah keagungan seorang guru, karena pengaruh terbesar mereka adalah dari kehidupan sehari-hari daripada apa yang mereka ajarkan.

Guru yang berdedikasi melihat teknologi sebagai peluang untuk berinovasi, bukan ancaman. Mereka memiliki kemampuan untuk mengubah platform digital menjadi ruang interaktif yang kreatif dan bermakna, membuat siswa menjadi lebih dari sekadar penerima informasi, mereka dapat menjadi pencipta juga. Pendidikan berbasis hati dan teknologi hanya dapat berkembang dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Dukungan ini termasuk memberikan ruang, fasilitas, dan kepercayaan kepada guru untuk berkembang.

Mereka yang akan menjadi guru masa depan Indonesia adalah mereka yang memiliki keduanya yaitu hati dan teknologi. Mereka akan menjadi guru yang memiliki pengetahuan tetapi juga jiwa, yang toleran terhadap perubahan tetapi tetap setia pada nilai-nilai kemanusiaan. Mereka adalah pendidik yang mampu membimbing generasi muda dengan keberanian, kecerdasan, dan kebijaksanaan menghadapi masa depan yang tidak pasti.

PENUTUP

Di momentum Hari Guru Nasional 2025, kita diajak untuk merenungkan betapa besar peran guru dalam membangun masa depan bangsa. Guru bukan sekadar pendidik, tetapi penuntun moral, pembentuk karakter, dan inspirasi kehidupan. Guru yang mengajar dengan hati dan mengisnpirasi lewat teknologi menjadi simbol harapan baru bagi pendidikan Indonesia di tengah derasnya arus digitalisasi. Mereka menunjukkan bahwa kecanggihan teknologi tidak akan pernah dapat mengimbangi rasa humanis guru (Jannah, 2024).

Proses belajar menjadi lebih hidup, bermakna, dan relevan dengan tantangan zaman hanya karena perpaduan antara empati dan inovasi ini. Oleh karena itu, Hari Guru Nasional bukan hanya waktu untuk mengungkapkan rasa terima kasih tetapi juga waktu untuk merenungkan bagaimana pemerintah, masyarakat, dan siswa secara keseluruhan harus terus mendukung guru dalam menjalankan peran mulia mereka. Agar guru dapat terus berkembang, berinovasi, dan menginspirasi generasi penerus, diperlukan dukungan berupa apresiasi, kebijakan yang berpihak, dan semangat kolaboratif. Mari kita berkolaborasi untuk mempertahankan semangat para pendidik yang telah menyalakan cahaya pengetahuan dengan cinta dan ketulusan. Karena itu, masa depan Indonesia yang makmur dan maju dibentuk oleh guru yang mengajar dengan tulus dan berinovasi dengan teknologi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Jannah, M. (2024). Peran Teknologi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. 2, 185–192.

Maharani, R. R., Jambi, U., Saputri, Y. D., & Jambi, U. (2024). Analisis Peran dan Pengaruh Teknologi dalam Dunia Pendidikan. 2(3).

Ridzky, B., Putra, D., Rahma, S., Nasution, A., Darmansah, T., Jl, A., Iskandar, W., Estate, M., Percut, K., Tuan, S., & Serdang, K. D. (2025). Peran Guru dalam Pembentukan Pendidikan Karakter Bagi Perkembangan SDM di Sekolah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan , Indonesia.

Sekarini, N. M. (2024). Guru dalam pendidikan karakter. 1(1), 52–61.

 

Post a Comment

0 Comments