MENJADI LENTERA DI ERA DIGITAL: PERAN GURU SEBAGAI TELADAN LITERASI DIGITAL BAGI GENERASI MUDA

 Nama: Neza Hafshah Aulia Rifalsya

NIM20624011

Kelas: Etika Profesi Keguruan (A)

PENDAHULUAN

 Perayaan hari guru ini diadakan bersamaan dengan hari jadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pada tahun 1994, Presiden Soeharto mendeklarasikan tanggal 25 November sebagai hari guru (Keputusan Presiden, yaitu Kepres Nomor 78 tahun 1994 mengenai Hari Guru Nasional) dan perayaan ini dilakukan setiap tahun melalui upacara dan pemberian penghargaan. Setiap 25 November, masyarakat Indonesia merayakan Hari Guru Nasional sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan dedikasi para pendidik. Pada tahun 2025 ini, perayaan tersebut menjadi lebih bermakna sebab dunia pendidikan sedang mengalami transformasi yang signifikan. Kehidupan manusia saat ini tidak dapat dipisahkan dari teknologi digital. Informasi terus mengalir tanpa henti, dan batas antara dunia nyata dan dunia maya semakin tidak jelas. Di tengah derasnya perubahan ini, guru menghadapi tantangan baru: bagaimana membimbing generasi muda agar tidak hanya terampil dalam teknologi, tetapi juga bijak serta bertanggung jawab dalam penggunaannya.

Kemajuan teknologi tentunya memberikan banyak keuntungan, terutama dalam sektor pendidikan. Proses pengajaran dan pembelajaran menjadi lebih sederhana, akses terhadap informasi semakin luas, dan komunikasi menjadi lebih cepat. Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul berbagai tantangan baru seperti penyebaran informasi palsu, perilaku tidak etis di media sosial, dan kecenderungan siswa untuk memanfaatkan teknologi tanpa tujuan yang jelas. Dalam kondisi seperti ini, guru diharapkan hadir sebagai cahaya dalam era digital— figur yang dapat memberikan pencerahan, contoh yang baik, dan petunjuk bagi anak muda agar mereka dapat berkembang menjadi pengguna teknologi yang bijak, beretika, dan berkarakter.

ISI

Teknologi digital saat ini memberikan dampak positif yang signifikan bagi pengajar dalam mengatur proses pembelajaran. Hal ini memudahkan mereka dalam mencari referensi yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan. Di samping itu, teknologi juga sangat membantu dalam mengumpulkan informasi untuk merancang sistem pembelajaran yang lebih efektif. Namun, kemudahan ini juga membawa berbagai tantangan bagi para pengajar, yang harus terus meningkatkan keterampilan mereka, khususnya dalam penggunaan teknologi. Para pendidik wajib menguasai berbagai kemampuan di abad 21, seperti bekerja sama dan memanfaatkan teknologi untuk mendukung pendidikan, menciptakan materi pembelajaran digital yang dapat diakses oleh siswa, serta berinteraksi dengan siswa melalui media teknologi.

Guru memiliki posisi yang sangat penting dan tidak tergantikan dalam pendidikan, walaupun teknologi terus mengalami kemajuan. Di tengah banyaknya platform pembelajaran online dan kecerdasan buatan yang dapat memberikan jawaban secara cepat, kehadiran manusia masih diperlukan untuk menanamkan nilai, etika, dan kebijaksanaan. Guru berperan lebih dari sekadar menyampaikan ilmu; mereka juga berfungsi sebagai teladan dalam berperilaku, termasuk di lingkungan digital. Cara guru menggunakan media sosial, mencari informasi, dan berkomunikasi di dunia maya akan menjadi contoh nyata bagi para siswa.

Seorang guru yang memiliki kemampuan literasi digital yang baik tidak hanya mengajarkan penggunaan teknologi, tetapi juga mengembangkan pemikiran kritis dan etis pada siswa. Misalnya, guru bisa mengajak siswa untuk memverifikasi informasi sebelum mereka menyebarluaskannya, atau membahas cara menghargai karya orang lain yang ada di internet. Dengan tindakan sederhana ini, guru sebenarnya sedang menanamkan nilai-nilai tanggung jawab digital yang akan dipegang oleh siswa sampai mereka dewasa.

Dalam era digital sekarang, diharapkan para guru tidak hanya berfungsi sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pembimbing yang membantu murid dalam menemukan informasi dan mencerna pengetahuan untuk mengatasi berbagai persoalan sehari-hari. Selain itu, mereka juga diharapkan bisa berperan sebagai konselor dalam proses pembelajaran yang mampu mengidentifikasi tantangan yang dihadapi murid dan menawarkan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

Namun, menjadi guru yang mampu menuntun di era digital tentu bukan hal mudah. Masih banyak guru yang menghadapi keterbatasan dalam akses teknologi atau pelatihan digital. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis teknologi.

Meski demikian, semangat guru Indonesia untuk terus belajar dan beradaptasi tidak pernah padam. Banyak guru yang berusaha belajar secara mandiri, mengikuti pelatihan daring, bahkan saling berbagi pengetahuan dengan sesama rekan sejawat. Dari semangat itulah lahir sosok- sosok guru yang benar-benar menjadi lentera digital bagi murid-muridnya.

Keteladanan seorang guru juga terlihat dari cara mereka menyikapi perubahan. Di era digital ini, pengetahuan berkembang begitu cepat. Guru dituntut untuk terus memperbarui wawasan agar tidak tertinggal. Sikap rendah hati untuk terus belajar, mengakui bahwa murid pun bisa lebih paham teknologi, adalah bentuk nyata dari literasi digital sejati. Dengan cara itu, guru mengajarkan kepada siswa bahwa belajar tidak memiliki batas waktu dan bahwa kebijaksanaan tidak datang dari merasa paling tahu, tetapi dari kesediaan untuk terus mencari tahu.

Lebih jauh lagi, guru juga harus menjadi penjaga nilai-nilai moral di tengah dunia maya yang sering kali bebas tanpa kendali. Dunia digital memberi ruang luas untuk berpendapat, tetapi juga sering menjadi tempat munculnya ujaran kebencian, perundungan siber, atau penyalahgunaan data pribadi. Di sinilah peran guru sangat penting: memberikan pemahaman kepada siswa tentang etika digital, pentingnya menghargai privasi, serta tanggung jawab sosial dalam berinteraksi di dunia maya.

Ketika seorang guru menunjukkan sikap santun dalam berkomunikasi online, menggunakan bahasa yang baik di media sosial, dan menghindari penyebaran informasi yang belum jelas sumbernya, siswa akan belajar dari teladan itu. Pendidikan sejati memang tidak hanya terjadi lewat kata-kata, tetapi juga lewat perbuatan. Ketika guru mampu mempraktikkan literasi digital dengan bijak, tanpa sadar ia sedang menyalakan cahaya kecil yang akan menerangi langkah generasi muda dalam menghadapi masa depan.

Selain di lingkungan sekolah, guru juga memiliki peran penting di masyarakat. Dalam era digital, batas antara dunia pendidikan dan dunia sosial semakin tipis. Guru kini bukan hanya menjadi panutan di ruang kelas, tetapi juga di ruang publik digital. Banyak guru yang memanfaatkan media sosial untuk berbagi ilmu, motivasi, atau inspirasi positif. Ada yang membuat konten edukatif di YouTube, ada yang menulis refleksi pendidikan di blog, bahkan ada yang mengajar melalui media sosial agar lebih dekat dengan generasi muda. Inisiatif- inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya hadir sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial melalui literasi digital.

PENUTUP

Guru adalah individu yang tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing bagi kehidupan generasi muda. Di tengah pesatnya perkembangan digital, guru berperan sebagai sumber cahaya yang memberikan panduan, agar para siswa tidak kebingungan dalam lautan informasi yang tidak terbatas. Dengan menjadi contoh bagi literasi digital, guru menunjukkan bahwa teknologi lebih dari sekadar alat; itu adalah cara untuk menyebarkan kebaikan, meningkatkan pengetahuan, dan menumbuhkan rasa empati.

Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2025 menjadi waktu yang berarti untuk merenungkan kembali pentingnya peran guru di zaman digital ini. Meskipun pendidikan mengalami transformasi, nilai-nilai seperti teladan, kejujuran, dan tanggung jawab harus tetap dipertahankan. Guru tetaplah pilar utama yang menjaga keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan moral. Mereka mengajarkan bahwa penting untuk cerdas, tetapi memiliki kebijaksanaan jauh lebih berarti.

Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, para guru terus beradaptasi, mempelajari hal-hal baru, dan memberikan inspirasi kepada siswa-siswanya. Dari usaha dan ketulusan mereka, lahirlah generasi yang tidak hanya cerdas dalam menggunakan teknologi, tetapi juga mampu memanfaatkan teknologi dengan hati dan semangat.Karena pada dasarnya, setiap cahaya yang menerangi dan membimbing generasi muda selalu berasal dari lentera yang dinyalakan oleh seorang guru.

DAFTAR PUSTAKA

 

Sihombing, A. P., Rahardjo, R. S., & Rachman, I. F. (2024). Peran Guru dan Pendidik dalam Menumbuhkan Literasi Digital dan Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Multidisiplin Ilmu Akademik, 1(3), 360-370.

Subagiya, B. (2020). Rasulullah Sebagai Guru.

Salsabila, F. N., Agustina, Y., & Rachman, I. F. (2024). Literasi Digital: Peran Guru dan Pendidik dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Research Student, 1(5), 342-351.

Post a Comment

0 Comments