Nama : Nayla Safirotu
Khoir
NIM : 20325013
Kelas : PGMI A
Belakangan
ini teknologi digital terus berkembang semakin cepat dengan membawa pengaruh yang
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan pilar utama yang dapat menentukan kualitas hidup suatu
bangsa dan setiap individu yang tinggal di wilayah Indonesia berhak menerima
pendidikan. Proses pendidikan pada dasarnya selalu berhubungan dengan
kurikulum. Kurikulum merupakan kerangka yang dipergunakan sebagai pedoman untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum juga sebagai arahan pendidikan untuk
mempermudah proses kegiatan pembelajaran. Dalam pernyataan tersebut menegaskan bahwa
kurikulum tentu tidak bisa dipandang sebelah mata yang dianggap sebagai dokumen
formal saja, melainkan sebagai acuan tempat para tenaga pendidikan untuk
melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar secara optimal untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Menyikapi
perkembangan teknologi digital yang sangat pesat ini, Indonesia telah menerapkan
kurikulum merdeka yakni, kurikulum yang memberikan kebebasan dalam proses
pembelajaran. Kurikulum merdeka menjadi upaya sistem pendidikan di Indonesia
yang adaptif sesuai dengan perkembangan zaman. Hari Guru Nasional diperingati
setiap tanggal 25 November sebagai bentuk penghargaan kepada guru yang telah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Peringatan ini bukan hanya sekadar acara tahunan saja, namun sebagai
momentum untuk merenungkan betapa besar jasa guru dalam membentuk karakter siswa
yang bertakwa, disiplin, mandiri dan bertanggung jawab. Seorang guru tidak
hanya memberikan wawasan ilmu pengetahuan kepada siswanya, namun guru dituntut
untuk membentuk karakter siswa yang baik agar menjadi generasi penerus bangsa
yang bermartabat. Di era digital ini, guru tidak lagi menjadi satu-satunya
sumber pengetahuan bagi peserta didik, melainkan berperan sebagai fasilitator
dan penggerak proses pembelajaran yang inovatif. Dalam kurikulum merdeka, siswa
diberi kebebasan untuk mengeksplor minat dan potensinya. Kebijakan Merdeka
Belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan menjadi momentum penting untuk
mendorong kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran yang bermakna,
relevan, dan adaptif terhadap tuntutan zaman. Dengan adanya kurikulum merdeka,
sistem pengajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas, kini bisa dilakukan
diluar kelas sehingga memberikan suasana kelas yang menyenangkan supaya siswa
lebih dekat dengan alam. Kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk membentuk
karakter peserta didik yang beriman, berani, mandiri, cerdik, beradap, sopan,
berkompetensi.
Konsep
Merdeka Belajar sejatinya memberikan ruang kebebasan bagi guru dan peserta
didik untuk mengeksplorasi potensi terbaik mereka. Bagi guru, kemerdekaan ini
berarti kebebasan dalam merancang metode, media, serta strategi pembelajaran
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kebutuhan zaman. Di era perkembangan
digital, penerapan kurikulum merdeka menjadi solusi yang tepat karena didukung
oleh beragam platform dan teknologi pembelajaran seperti video interaktif,
media sosial edukatif, serta aplikasi berbasis AI yang dapat memperkaya proses
belajar mengajar. Namun, kebebasan tanpa kreativitas hanya akan menjadi slogan
kosong. Di sinilah peran kreativitas guru menjadi kunci. Guru hebat tidak hanya
mampu menggunakan teknologi, tetapi juga mampu menciptakan pengalaman belajar
yang inspiratif melalui inovasi. Misalnya, dengan mengintegrasikan pembelajaran
berbasis proyek, edutaiment yang menggabungkan unsur pendidikan dengan hiburan
untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik atau pembelajaran
kolaboratif, dengan menggunakan teknologi digital dapat menumbuhkan semangat
belajar dan berpikir kritis. Dengan cara ini, siswa tidak hanya menjadi
penerima informasi, tetapi juga sebagai penggali ilmu pengetahuan.
Seorang
guru di era digital mau tidak mau harus melek terhadap perkembangan IPTEK.
Kemampuan literasi digital menjadi kompetensi dasar yang wajib dimiliki agar
guru dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan memfasilitasi peserta
didik secara efektif. Guru yang memahami IPTEK mampu menyesuaikan teknologi ke
dalam pembelajaran, memanfaatkan media digital untuk sumber belajar, serta
membimbing siswa agar tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga
pencipta inovasi. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih relevan, menarik,
dan bermakna bagi peserta didik. Salah satu contohnya seorang guru fisika
memberikan proyek pembuatan miniatur rangkaian listrik seri dan paralel, di
mana siswa diarahkan untuk mengeksplorasi materi melalui sumber digital secara
mandiri. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, seorang guru memberikan tugas
proyek kepada seluruh peserta didik untuk membuat miniatur seperti lampu lalu
lintas dan lampu jalan yang menerapkan konsep kelistrikan seri dan paralel.
Peran guru pada kegiatan ini bukan hanya menyampaikan materi secara teori saja,
melainkan sebagai pembimbing dan pengarah. Guru hanya memberikan gambaran umum
mengenai tujuan proyek, alat dan bahan yang dibutuhkan, serta hasil yang
diharapkan. Adapun penjelasan teori, prinsip kerja rangkaian, dan tata cara
penyusunan komponen harus dicari sendiri oleh siswa melalui berbagai sumber
digital, seperti internet, artikel ilmiah, dan video pembelajaran. Metode
pembelajaran ini mencerminkan implementasi Kurikulum Merdeka, di mana peserta
didik diberi kebebasan dan tanggung jawab untuk mengelola proses belajarnya
sendiri. Guru berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung,
memberikan umpan balik, serta memastikan siswa dapat mengaitkan teori dengan
praktik. Melalui pendekatan berbasis proyek, siswa tidak hanya memperoleh
pengetahuan secara teoritis tentang konsep kelistrikan, tetapi juga
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan
literasi digital.
Selain
itu, kegiatan ini juga mendorong terjadinya pembelajaran bermakna. Dalam proses
merancang miniatur, peserta didik dihadapkan pada tantangan nyata seperti
bagaimana mengatur arus listrik agar lampu menyala secara bergantian, bagaimana
menyambungkan kabel dengan aman, serta bagaimana menyesuaikan daya listrik agar
rangkaian tetap berfungsi. Untuk mengatasi kendala tersebut, siswa memanfaatkan
sumber daya digital seperti video tutorial, simulasi interaktif, dan artikel
online. Dengan demikian, teknologi digital berperan sebagai sarana yang
memperluas akses terhadap pengetahuan dan memperkaya pengalaman belajar.
Pembelajaran
berbasis proyek ini juga menumbuhkan kemandirian, rasa tanggung jawab, dan
kreativitas dalam diri peserta didik. Mereka belajar untuk mengambil inisiatif,
mengatur waktu, dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Hal ini menunjukkan bahwa guru berhasil melaksanakan fungsi pedagogisnya dengan
baik, yaitu kemampuan seorang guru yang telah berhasil mengajar para siswanya menguasai
dan memahami materi pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi.
Pengalaman
proyek miniatur listrik seri dan paralel tersebut menggambarkan bagaimana guru
dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka secara efektif di
era digital. Dengan berperan sebagai fasilitator, guru tidak hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan secara teori, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis, kreatif, dan mandiri pada peserta didik. Pemanfaatan teknologi digital
dalam proses pembelajaran membantu siswa mengakses sumber informasi yang luas
dan relevan, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih kontekstual dan bermakna.
Melalui pendekatan seperti ini, guru telah menunjukkan perannya sebagai
pendidik hebat di era digital yang berkontribusi terhadap terwujudnya Indonesia
Emas 2045 melalui pendidikan yang merdeka, inovatif, dan berorientasi pada masa
depan.
Selain
itu, guru di era digital juga dituntut memiliki literasi digital yang kuat.
Literasi ini mencakup kemampuan memahami, menggunakan, dan mengkritisi
informasi digital secara bijak. Guru yang kreatif akan memanfaatkan teknologi
bukan sekadar alat bantu, tetapi sebagai sarana untuk memperluas akses
pembelajaran, menumbuhkan minat, dan mengembangkan potensi siswa sesuai dengan
prinsip Merdeka Belajar. Lebih dari itu, guru juga berperan sebagai teladan
dalam penggunaan teknologi yang etis, aman, dan produktif.
Pada
akhirnya, guru hebat bukanlah mereka yang serba tahu, tetapi mereka yang terus
belajar, beradaptasi, dan menginspirasi para peserta didik. Di era digital ini,
kebebasan dalam kurikulum merdeka belajar harus diimbangi dengan tanggung
jawab, integritas, serta kreativitas untuk menghasilkan pembelajaran yang
bermakna. Guru yang hebat akan melahirkan generasi yang unggul, berkarakter,
dan berdaya saing global. Melalui tangan para guru kreatif dan berintegritas,
Indonesia akan tumbuh menjadi bangsa yang bermartabat, berilmu, dan siap
menghadapi tantangan zaman digital dengan penuh keyakinan.
0 Comments