KOLABORASI GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA DIERA DIRUPSI TEKNOLOGI


Savira Meirina Diana (20325022)

1.      Pendahuluan

Di era digital yang berkembang pesat,dan arus komunikasi yang cepat membawa kemudahan sekaligus menciptakan disrupsi, terutama bagi generasi muda. Perubahan yang serba instan menuntut anak-anak memiliki pendidikan yang kuat, termasuk literasi digital sebagai bekal penting menghadapi tantangan abad ke-21.

Dalam konteks pendidikan karakter, Surah Luqman memberikan nasihat tentang pentingnya salat, berbuat baik, dan bersabar. Salat bukan sekadar ibadah, tetapi juga latihan disiplin, fokus, dan pengendalian diri yang membentuk kepribadian seseorang. Sikap berbuat baik menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial, sementara sabar menjadi modal penting untuk menghadapi kesulitan serta membangun ketangguhan mental dalam belajar.

Fenomena sosial saat ini menunjukkan melemahnya kualitas karakter generasi muda akibat derasnya paparan konten negatif di dunia digital. Banyak remaja terjebak dalam budaya digital yang tidak selalu selaras dengan nilai moral, sehingga muncul perilaku kurang bijak dalam bermedia sosial. Perubahan teknologi yang cepat juga mendorong pergeseran nilai tradisional yang dulu menjadi pedoman masyarakat.Untuk menjawab tantangan ini, pendidikan karakter harus dilakukan secara holistik dengan melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penanaman nilai kebajikan sejak dini diperlukan agar anak tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga bijaksana dan berakhlak mulia. Dengan pendidikan karakter yang seimbang, generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, bermoral, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

2.      Isi

Setiap individu yang berinteraksi di ruang digital perlu memiliki kemampuan literasi digital yang memadai. Lingkungan digital sarat dengan berbagai potensi risiko, seperti ujaran kebencian, ciber bulliying, penyebaran berita hoax, penipuan, peretasan, hingga pencurian data pribadi. Oleh sebab itu, literasi digital menjadi keterampilan mendasar yang wajib dimiliki seluruh pengguna internet, khususnya peserta didik. Penguasaan literasi digital yang baik memungkinkan mereka untuk menghadapi beragam tantangan serta tuntutan pembelajaran pada era digitalisasi.  Literasi digital tidak hanya berkaitan dengan kecakapan teknis dalam memanfaatkan teknologi dan internet, tetapi juga meliputi pemahaman mendalam tentang etika penggunaan teknologi. Peserta didik perlu dibimbing untuk mengembangkan sikap yang bijaksana serta tanggung jawab moral dalam beraktivitas di dunia digital. Perpaduan antara kemampuan teknis dan integritas moral akan memperkuat ketahanan mereka terhadap dampak negatif pemanfaatan teknologi informasi.

Dalam kerangka pendidikan abad ke-21, literasi digital telah menjadi bagian dari kompetensi esensial yang harus dikuasai generasi penerus bangsa. Pendidikan abad ke-21 menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, komunikasi, dan kolaborasi—kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi dinamika digitalisasi pendidikan. Oleh karena itu, peran orang tua dan pendidik menjadi sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan siswa. Orang tua berperan sebagai pendidik pertama yang memberikan dasar-dasar nilai kehidupan, seperti kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan empati. Peran ini menjadi landasan bagi pembentukan karakter dan moral anak. Di sisi lain, guru bertindak sebagai fasilitator di sekolah dalam memberikan pengetahuan yang lebih terstruktur dan mendukung perkembangan intelektual siswa. Guru sering dianggap sebagai orang tua kedua di sekolah karena turut mengarahkan perkembangan sosial dan emosional peserta didik. Dengan demikian, kolaborasi yang harmonis antara orang tua dan guru sangat berperan dalam mewujudkan pendidikan yang holistik.

Pentingnya kerja sama antara orang tua dan guru juga dipengaruhi oleh perubahan sosial serta tantangan baru yang muncul akibat perkembangan teknologi dan globalisasi. Pesatnya perkembangan teknologi digital tidak hanya menawarkan kemudahan dalam mengakses informasi, tetapi juga menghadirkan berbagai risiko, seperti kecanduan internet, kurangnya komunukasi dengan lingkungan sekitar, dan menurunnya kesadaran etika sosial. Oleh karena itu, keterlibatan intensif antara orang tua dan guru diperlukan untuk memastikan bahwa anak tidak hanya menguasai aspek teknis dan kognitif, tetapi juga memiliki kompetensi moral dan sosial yang kuat.

Kompleksitas sistem pendidikan di Indonesia—baik dari segi kurikulum, kebijakan, maupun kesenjangan akses pendidikan antardaerah—menuntut pendidik untuk tidak sekadar berperan sebagai penyampai informasi. Pendidik perlu menjadi agen perubahan yang mampu mentransformasikan pengetahuan menjadi nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari. Peran ini mencakup integrasi pendidikan karakter dan literasi digital untuk mencerdaskan generasi bangsa secara komprehensif.Pendidikan karakter, yang meliputi nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan rasa hormat, memiliki signifikansi besar dalam konteks pendidikan modern. Namun, karakter saja tidak cukup untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. Pada era digital, literasi digital harus menjadi bagian integral dari pendidikan karakter, tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman tentang interaksi etis dan bertanggung jawab di ruang digital. Keterampilan berpikir kritis, kreativitas, serta kemampuan memecahkan masalah juga perlu dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing di tengah kompleksitas masyarakat yang semakin terhubung.

Sebagai upaya menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan abad ke-21, pendidikan karakter yang selaras dengan literasi digital perlu ditanamkan sejak dini. Pendidikan holistik akan mendorong peserta didik untuk belajar secara aktif, berpikir kritis, serta mengembangkan kreativitas, kecerdasan emosional, dan kecakapan sosial. Dengan fondasi pendidikan yang kuat dan berorientasi pada pembentukan karakter serta kompetensi, generasi muda akan mampu merespons perubahan sosial secara adaptif dan berkontribusi positif dalam lingkup lokal maupun global.Implementasi pendidikan karakter yang terpadu dan melibatkan keluarga, sekolah, serta masyarakat akan menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berintegritas, bertanggung jawab, dan berperan aktif dalam perubahan sosial. Oleh karena itu, sistem pendidikan perlu mengadopsi pendekatan yang terintegrasi dalam merespons tantangan teknologi dan sosial, agar dapat melahirkan generasi yang berdaya saing global sekaligus menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Dalam konteks ini, pendidikan karakter berbasis digital berfungsi sebagai landasan untuk membentuk peserta didik yang adaptif, inovatif, serta mampu memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.

Simpulan

Perkembangan teknologi digital membawa dampak besar pada pola hidup dan karakter generasi muda. Akses informasi yang mudah memberi peluang bagi peserta didik untuk berkembang, tetapi juga menimbulkan risiko seperti kurangnya komunikasi,perilaku tidak etis, dan melemahnya nilai moral. Karena itu, literasi digital menjadi keterampilan penting agar siswa mampu beradaptasi dan berpikir selektif dalam menghadapi derasnya informasi.Di sisi lain, pendidikan karakter tetap berperan penting dalam membentuk pribadi yang berakhlak dan bertanggung jawab. Nilai-nilai dalam Surah Luqman—seperti kedisiplinan, kepedulian, dan kesabaran—relevan untuk diterapkan di era modern dan sejalan dengan tuntutan pendidikan abad ke-21 yang mengintegrasikan kecakapan digital, pemikiran kritis, dan pembentukan karakter.Oleh sebab itu, sinergi antara orang tua, guru, dan lingkungan sangat dibutuhkan untuk membimbing siswa dalam menggunakan teknologi secara bijak. Melalui pendidikan yang holistik, generasi muda diharapkan tumbuh menjadi individu cerdas, berintegritas, dan mampu memberikan kontribusi positif di tengah perkembangan zaman.

Post a Comment

0 Comments