Nama: Inka Adzana
NIM: 20325023
Kelas: PGMI A
Pesatnya
kemajuan teknologi digital telah memunculkan banyak perubahan penting di
berbagai aspek kehidupan masyarakat, khususnya bagi generasi muda yang setiap
hari berinteraksi dengan media sosial. Kehadiran media sosial memberikan banyak
manfaat, seperti akses informasi lebih cepat, mempermudah komunikasi, dan
memperluas jaringan pertemanan. Kehadirannya juga menghadirkan dampak negatif,
mulai dari penyebaran hoaks, perundungan siber (cyberbullying), hingga
menurunnya prestasi belajar. Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam
membimbing siswanya agar mampu menggunakan media sosial dengan bijak. Dalam
konteks peringatan Hari Guru Nasional 2025 dengan tema “Guru Hebat,
Indonesia Bermartabat di Era Digital” sangat relevan dengan kondisi ini. Peran
guru tidak sebatas mengajar di kelas, tetapi juga mencakup mendampingi,
mengarahkan, dan memberi contoh yang baik agar siswa mampu memanfaatkan media
sosial dengan cara yang tepat, bijaksana, dan bertanggung jawab.
Media
sosial memberikan banyak keuntungan, tetapi tanpa pendampingan yang tepat,
siswa dengan mudah terpengaruh oleh konten negatif. Salah satu masalah yang
sering muncul adalah siswa menerima informasi tanpa memeriksa kebenarannya. Hal
inilah yang menyebabkan banyak berita palsu atau hoaks tersebar di media
sosial. Guru dapat membantu mengatasi masalah ini dengan mengajarkan literasi
digital. Misalnya, guru dapat mengajarkan cara mengecek sumber informasi, membandingkan
berita dari beberapa media, serta mengingatkan siswa untuk tidak langsung
menyebarkan sesuatu sebelum memahami isinya. Dengan cara ini, siswa untuk lebih
berhati-hati dan berpikir kritis.
Salah
satu masalah yang sering muncul adalah munculnya perilaku kurang baik di media
sosial, seperti tindakan perundungan siber. Mungkin banyak siswa tidak sadar
bahwa komentar yang mereka anggap lucu atau sepele bisa saja menyakiti perasaan
orang lain. Bahwa ada siswa yang menjadi korban, tetapi memilih diam dan tidak
berani bercerita. Guru dapat membantu dengan menjelaskan apa itu perundungan
siber, dampak yang ditimbulkan, serta bagaimana cara menghindarinya. Guru juga
dapat mengadakan diskusi di kelas tentang pentingnya berbicara dengan sopan,
baik ketika berinteraksi secara langsung maupun saat berkomunikasi melalui
media sosial. Ketika siswa memahami bahwa perilaku mereka di media sosial
memiliki konsekuensi, mereka akan berhati-hati dalam bersikap.
Selain
itu, guru bisa memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang lebih bermanfaat
dan bernilai positif. Misalnya, guru dapat mengajak siswanya membuat karya
digital, seperti infografis, poster pembelajaran atau membuat konten
pembelajaran yang menarik. Dengan begitu, siswa melihat bahwa media sosial
bukan hanya untuk hiburan, melainkan untuk belajar. Mereka akan lebih
termotivasi menggunakan media sosial secara positif. Dengan cara ini, sekaligus
membantu mengalihkan perhatian siswa dari kata negatif yang sering mereka temui.
Yang
tidak kalah penting adalah keteladanan guru. Biasanya siswa meniru apa yang
mereka lihat. Jika guru menggunakan media sosial dengan bijak, tidak mudah
terpancing konflik, dan memastikan informasi yang ia berikan benar, mahasiswa
akan lebih mudah mencontohnya. Guru yang menunjukkan sikap sopan dan
bertanggung jawab di dunia maya akan memberikan contoh yang lebih baik bagi anak
didiknya. Keteladanan seperti ini lebih efektif daripada sekedar nasihat.
Oleh
karena itu, salah satu tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah juga
membimbing siswa agar mampu menggunakan media sosial dengan lebih cerdas. Untuk
mendukung tujuan tersebut, lembaga pendidikan pada berbagai jenjang perlu
memiliki kemampuan memahami masalah dan mengambil langkah mandiri untuk
menyelesaikannya. Seorang guru yang profesional, terutama yang diberikan tugas
tambahan untuk mengatur proses pembelajaran dan mengelola lembaga pendidikan,
tetap dituntut menjaga kualitas hubungan antara guru dan siswa. Agar peserta
didik tidak mudah menjadi korban pihak yang tidak bertanggung jawab, guru juga
perlu memberikan pemahaman yang jelas kepada siswa tentang cara menggunakan
media sosial dengan aman dan tepat.
Guru
bukan hanya mengajar dan memberi arahan, tetapi juga perlu peka terhadap
kondisi psikologis siswa saat mereka menghadapi perkembangan dunia media
sosial. Banyak siswa merasa tertekan karena merasa harus mengikuti tren dengan
unggahan teman-temannya. Hal ini dapat mengurangi rasa percaya diri, terutama
ketika mereka mulai membandingkan diri dengan yang mereka lihat secara online.
Karena itu, guru dapat berperan sebagai pendengar yang memahami dan memberikan
ruang bagi siswa untuk menceritakan apa yang mereka alami. Selain itu, sekolah
juga bisa mengadakan kegiatan literasi digital untuk mengajarkan etika
berkomunikasi serta cara menggunakan media sosial dengan aman. Upaya ini
membantu siswa menyadari bahwa media sosial bukan hanya tempat berbagi, tetapi
juga ruang publik yang memerlukan sikap bertanggung jawab dan bijak.
Dari
penjelasan di atas dapat juga disimpulkan bahwa guru memegang peranan yang
sangat penting dalam hal membimbing siswa agar mampu menggunakan media sosial
dengan bijak di tengah perkembangan teknologi saat ini. Meskipun media sosial
memberi banyak kemudahan, tetap ada risiko yang bisa memengaruhi sikap, kondisi
emosional, bahkan pencapaian belajar siswa. Karena itu, guru perlu hadir
sebagai pendidik, pembimbing, dan teladan yang mampu mengarahkan siswa untuk
berpikir kritis, dan bertanggung jawab saat beraktivitas di dunia digital.
Melalui penguatan literasi digital, serta keteladanan yang baik, siswa dapat
terdorong untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana belajar dan
pengembangan diri. Dengan demikian, peran guru di era digital tidak hanya membangun
kemampuan akademik, tetapi juga membentuk karakter yang beretika, sesuai dengan
tema Hari Guru Nasional 2025, “Guru Hebat, Indonesia Bermartabat di Era
Digital.”
0 Comments