MENEGUHKAN PERAN GURU SEBAGAI TELADAN LITERASI DIGITAL

Nama: Evi Maulida Khoirotun

Nim: 20325030

Kelas: PGMI A

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Muhlisin M.Ag

PENDAHULUAN

    Ditengah perkembangan zaman meningkatkannya arus teknologi dan informasi tentu membawa dampak positif sekaligus negatif terkhusus dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ruang tumbuh kembang siswa, ruang belajar siswa, termasuk upaya untuk bagaimana memahami serta memaknai arti hidup dengan benar. Di era digital ini informasi melimpah termasuk kemudahan dalam akses informasi itu sendiri. Namun, risiko hoaks dan misinformasi masih sangat tinggi, salah satu penyebab paling nyata adalah karena kurangnya literasi digital termasuk pada kalangan siswa.

    Literasi digital merupakan cara untuk memahami dan menggunakan informasi dan mengevaluasi informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas menggunakan teknologi digital. Kemajuan teknologi informasi digital harus diiringi dengan kemampuan literasi digital. Ini merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan, terkhusus bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa. Apalagi, generasi muda menjadi kelompok pengguna paling aktif pada penggunaan internet.

     Dalam hal ini, tantangan tantangan masih banyak ditemukan. Banyak siswa yang mampu dan mahir menggunakan teknologi, tapi belum mampu memilah dan memilih informasi dengan baik. Maka, guru sangat berperan penting dalam membimbing dan mengarahkan siswa terkait implementasi literasi digital. Guru bukan hanya mengajar mata pelajaran saja, tetapi guru juga harus menjadi contoh dan teladan literasi digital. Dalam kaitannya dengan Hari Guru Nasional 2025, guru sebagai penjaga martabat bangsa melalui pendidikan digital yang sehat. Literasi digital bagi siswa bukan hanya opsional, tetapi merupakan kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, guru tidak hanya dituntut menguasai teknologi, tetapi juga menjadi teladan dalam praktik literasi digital pada siswa.

ISI

1.Kondisi Literasi Digital di Indonesia

    Saat ini, tingkat literasi digital siswa di Indonesia masih cenderung “sedang”, namun sebenarnya sudah menunjukan kemajuan, tetapi kemampuan kritis dan etika digital masih lemah. Penelitian di sejumlah sekolah (misalnya di SMAN 1 Kesesi, Pekalongan) menemukan bahwa digital literacy siswa berada di level “moderate” sekitar 71% berdasarkan kuesioner aspek-aspek seperti mencari informasi, mengevaluasi sumber, dan membuat konten. Akses dan infrastruktur yang tidak merata menjadi kendala tersendiri bagi siswa. Maraknya kasus hoaks, cyberbullying, misinformasi, dan budaya share informasi tanpa cek sumber juga menjadi tantangan yang perlu diperhatikan. Kesadaran pribadi siswa akan pentingnya literasi digital di era sekarang ini juga sangat diperlukan. Guru berperan penting dalam meningkatkan literasi digital siswa yang masih tergolong “sedang” ini.  Keterampilan literasi digital harus terus diberikan pada setiap guru, terkhusus pada aspek kritis dan etika sehingga kemampuan literasi digital siswa di Indonesia dapat berkembang lebih baik.

2.Peran Guru Sebagai Teladan Literasi Digital

    Dalam hal ini, guru harus menjadi figur ( role model ) yang baik bagi siswa, bukan hanya mengenai bagaimana caranya etika berperilaku yang baik tetapi juga bagaimana caranya beretika digital yang baik. Guru perlu menunjukan perilaku digital yang etis, seperti cara membagikan suatu informasi, menyebutkan sumber, dan menghindari ujaran kebencian. Penerapan dan upaya peningkatan literasi digital pada siswa merupkan tugas semua guru, meskipun bukan guru TIK. Literasi digital erat kaitannya dengan bersikap kritis terhadap informasi. Guru dituntut untuk mampu memberikan contoh dan arahan-arahan. Keteladanan tidak dilihat hanya dengan penyampaian teori saja, setiap siswa belajar dari apa yang gurunya contohkan dan praktikan.

3.Praktik Baik di Lapangan

    Banyak ide-ide (inovasi) yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan tingkat literasi digital siswa dalam proses belajar mengajar. Seperti dengan mengenalkan siswa pada fact checking, yaitu memeriksa terlebih dahulu suatu informasi apakah itu adalah informasi benar atau salah dengan membandingkannya dengan proses yang terpercaya. Selain itu guru dapat mengintegrasikan pembelajaran dengan platform digital seperti Google Classroom, Padlet, Canva dan platform digital lainnya sambil menanamkan etika penggunaan yang baik. Bukan hanya memberikan arahan lalu membiarkan siswa menyelesaikan sendiri tanpa diberi arahan struktural yang jelas. Guru juga dapat melakukan praktik langsung dalam upaya meningkatkan literasi digital melalui pengalaman pribadi, seperti dengan bagaimana cara menyaring informasi dengan baik sesuai dengan apa yang pernah dilakukan sebelum sebelumnya.

4.Solusi dan Gagasan Penguatan Peran Guru

    Beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam upaya penguatan peran guru terhadap literasi digital diantaranya yaitu dengan melakukan pelatihan literasi digital bagi guru secara berkala. Pada dasarnya zaman akan terus mengalami perkembangan dan perubahan terkhusus pada aspek teknologi. Guru sebagai penggerak harus terus mengasah, memahami, dan beradaptasi terhadap setiap perubahan yang ada. Karena jika tidak maka proses penyampaian, pengajaran, dan penyaluran informasi pada siswa akan terganggu dan kurang optimal. Pemerintah juga seharusnya mampu menerapkan kurikulum yang memasukkan kompetensi digital etis. Dalam hal ini orangtua juga turut berperan penting. Kolaborasi yang baik dan terstruktur anatara pihak guru dengan orangtua dapat dilakukan untuk terus mengawasi penggunaan media digital siswa. Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat perlu saling merangkul dalam upaya peningkatan kompetensi literasi digital.

PENUTUP

    Kemajuan teknologi informasi digital harus diiringi dengan kemampuan literasi digital. Dalam era digital yang terus berkembang, literasi digital menjadi instrumen kritis dalam membangun imunitas kognitif untuk menghadapi tantangan informasi dan menjadi komponen esensial dalam pendidikan. Literasi digital bukan hanya kemampuan teknis, tapi kemampuan berpikir kritis dan etis. Literasi digital dapat memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, literasi digital juga berperan untuk mengefektifkan interaksi dan komunikasi selama proses pembelajaran. Secanggih apapun teknologi yang ada, peran utama guru tetap tidak dapat tergantikan. Proses belajar mengajar bukan hanya dengan proses penyampaian materi saja, tetapi keterlibatan hati, ketulusan, kehangatan, dan juga kasih sayang seorang guru yang merupakan kunci. Guru akan tetap menjadi pelita di tengah derasnya arus informasi digital.


Post a Comment

0 Comments