MEMBENTENGI KARAKTER DI TENGAH ARUS DIGITAL: PERAN VITAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Urip Widiyanto

Pascasarjana UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan - Indonesia E-mail: uripwidiyanto@gmail.com,

 PENDAHULUAN

Era digital adalah pedang bermata dua bagi generasi muda, termasuk para santri di lembaga pendidikan Islam. Di satu sisi, teknologi menawarkan akses tak terbatas untuk ilmu pengetahuan. Namun, di sisi lain, kebebasan akses ini seringkali menjadi pemicu munculnya perilaku menyimpang yang menggerus adab, sopan santun, dan nilai-nilai keislaman. Dalam menghadapi tantangan ini, Pendidikan Agama Islam (PAI) berdiri sebagai benteng moral dan spiritual yang sangat dibutuhkan.

Perkembangan teknologi informasi yang pesat di era digital membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Sementara teknologi memiliki potensi besar dalam menunjang proses belajar mengajar, di sisi lain, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang di kalangan peserta didik Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya lembaga keagamaan seperti pondok tahfidz, dalam menjaga akhlak dan moral peserta didik Namun, efektivitas PAI dalam mengatasi perilaku menyimpang tidak hanya ditentukan oleh isi materi, tetapi juga oleh pendekatan dan strategi pembelajarannya. Pendekatan pendidikan yang normatif-teologis saja sering kali belum cukup untuk menjangkau realitas kehidupan siswa yang telah banyak terpengaruh budaya digital. Diperlukan integrasi pendekatan psikologis, sosiologis, dan kontekstual agar nilai-nilai keislaman dapat diinternalisasi secara mendalam dan aplikatif

 Isi

Tantangan Perilaku Menyimpang di Ruang Digital

Perilaku menyimpang di era digital sangat kompleks, jauh melampaui sekadar pelanggaran disiplin konvensional. Berdasarkan kajian literatur, bentuk penyimpangan yang paling dominan di kalangan siswa adalah kecanduan gawai dan game online (mencapai 45%), diikuti oleh mengakses konten pornografi (25%), dan perilaku seperti cyberbullying.

Fenomena ini tidak muncul tiba-tiba. Akar masalahnya terletak pada beberapa faktor, yang paling utama adalah kurangnya pengawasan dari orang tua/guru (40%). Selain itu, pengaruh teman sebaya (30%), akses internet yang bebas (20%), dan lemahnya pemahaman nilai agama (10%) juga turut berkontribusi. Hal ini menggarisbawahi urgensi bagi guru PAI untuk tidak hanya menjadi pengajar, melainkan juga pembimbing ruhani dan teladan moral.

Pendekatan PAI yang Adaptif dan Solutif

Untuk menanggulangi perilaku menyimpang ini, PAI tidak bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan normatif-teologis yang berfokus pada hafalan dan nasihat verbal. Diperlukan integrasi pendekatan yang mampu menyentuh akal, hati, dan perilaku siswa, sejalan dengan teori pendidikan integral Al-Ghazali.

Beberapa pendekatan yang terbukti efektif dan relevan adalah:

1.        Pendekatan Keteladanan (Uswah Hasanah)

                   Guru PAI berperan sebagai figur teladan utama. Perubahan perilaku yang paling efektif datang dari inspirasi, bukan hanya instruksi. Di Pondok Tahfidz Al-Fatah, pendekatan ini terbukti efektif melalui interaksi guru-santri dalam keseharian, bukan hanya di ruang kelas.

 2.   Pendekatan Pembiasaan (Habituation Approach)

                   Melalui pembiasaan amal saleh dan kegiatan keagamaan rutin, seperti salat berjamaah, murojaah (mengulang hafalan Qur'an), dan tadarus, nilai-nilai moral dan spiritual dapat terinternalisasi secara konsisten. Pembiasaan ini membangun disiplin dan ketahanan mental santri dari pengaruh negatif digital.

 3.   Pendekatan Psikologis-Religius

                   Pendekatan ini berfokus pada pemahaman kondisi psikologis siswa dan memberikan sentuhan spiritual sebagai penguatan mental. Guru menjadi pendamping ruhani yang membantu santri mengatasi konflik batin dan kecanduan digital melalui konseling Islami. Ini memastikan PAI menyentuh aspek afektif dan psikomotorik, bukan hanya kognitif.

 4.   Pendekatan Kontekstual

                   Materi PAI dikaitkan dengan realitas hidup siswa, termasuk budaya digital. Misalnya, pembahasan tentang ghibah (menggunjing) dan fitnah dihubungkan dengan fenomena cyberbullying. Hal ini menjadikan nilai agama aplikatif dan relevan dalam membangun budaya digital Islami yang santun.

Pondok Al-Fatah sebagai Model Kontekstual

       Pondok Tahfidz Al-Fatah Kuripan Lor menjadi studi kasus yang menguatkan temuan ini. Sebagai lembaga berbasis agama, Al-Fatah tidak hanya fokus pada hafalan Al-Qur'an, tetapi juga menguatkan spiritualitas dan karakter. Penerapan strategi yang konsisten, seperti penguatan nilai tauhid (muraqabah—kesadaran diawasi Allah) dan pembatasan gawai, terbukti efektif memperkuat nilai spiritual dan meminimalisir dampak negatif media digital.

Kesimpulan

       Era digital menuntut PAI untuk bertransformasi menjadi pendidikan yang adaptif dan transformatif. PAI yang kuat dan konsisten, khususnya melalui keteladanan, pembiasaan amal saleh, dan bimbingan psikologis-religius, adalah kunci untuk membentuk siswa dengan karakter tangguh dan moralitas yang utuh. Pondok Al-Fatah menunjukkan bahwa dengan integrasi nilai-nilai keislaman dalam setiap aspek kehidupan, santri dapat memiliki daya tahan moral dan spiritual yang optimal di tengah gempuran arus informasi negatif. Peran guru PAI, didukung oleh kolaborasi dengan orang tua, adalah kunci untuk menciptakan generasi yang cerdas digital sekaligus berakhlak mulia

 

DAFTAR PUSTAKA

Aliifah Rizqi, L. A. (2025). Analisis Dampak Keterlibatan Orang Tua dalam Mendampingi Anak Pada Jam Belajar Sekolah di RA Takrimah Tungkob Aceh. GENERASI EMAS Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 8(1), 124– 134.

Aliyah, H. (2019). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak di Era Digital. Deepublish.

Amaliya Nasucha, J., & Jumiarsih. (2024). Strategi Guru PAI dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah. JELIN: Journal of Education andLearning   Innovation, 1(2), 1–17.                           

Anton Hermawan Eka Putra, M., & Yusuf, H. (2025). Penyimpangan Sosial Sebagai Awal Tindak Kriminal Social Deviation As the Beginning of Criminal Actions. Jiic: Jurnal Intelek Insan Cendikia, 2, 9200–9211. https://jicnusantara.com/index.php/jiic

Basri, H. (2023). Pendidikan dan Masyarakat Serta Pentingnya Pendidikan Karakter Terhadap Moralitas Pelajar di Lingkungan Masyarakat Era Digital. Al-Murabbi Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 160–178. https://doi.org/10.62086/al-murabbi.v1i2.451

Daradjat, Z. (2004). Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Rineka Cipta.

Fikri, M. A. (2024). Pendidikan Islam dan Pembentukan Identitas Muslim Indonesia.                 

Hafizhah, Suriansyah, A., & Rafianti, W. R. (2025). Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Pendidikan di Sekolah Dasar. MARAS : Jurnal Penelitian Multidisiplin, 3(1),94–101.

dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik. KHAZANAH : Jurnal Studi Ilmu Agama, Sosial Dan Kebudayaan, 1(1), 64–74.

Munir, H. F. (2023). Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Model Contextual Teaching and Learning Berbasis Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Madrasah Di Pondok Pesantren. Al Kasyaf Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 1(2), 69–92.

Nely Rohmatillah, Qomaruddin, Nur Fatih Ahmad, N. F. (2024). Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesejahteraan Psikologis Remaja Sekolah Menengah di Indonesia. TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam, 7(1), 154–165.

Nurhabibi, N., Arifannisa, A., & Ismail, D. (2025). Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam Membentuk Karakter Siswa di Era Digital. Jurnal Pendidikan Indonesia, 5(2), 1–10. https://doi.org/10.59818/jpi.v5i2.1527

Rahmadayani, P., Badarussyamsi, & El-Widdah, M. (2023). Penanaman Nilai- Nilai Pendidikan Islam dalam Peningkatan Karakter Religius Siswa. Al- Miskawaih: Journal of Science Education, 1(2), 213–238. https://doi.org/10.56436/mijose.v1i2.149

Safdar, M., Rehman, S. U., Arif, M., & Ashiq, M. (2023). Research data services in libraries: a systematic literature review. In Information Discovery and Delivery (Vol. 51, Issue 2). https://doi.org/10.1108/IDD-04-2021-0044

Sapa’at, A. (2019). Pendidikan Karakter di Era Digital. Ar-Ruzz Media.

Shodiq, M., & Kuswanto. (2024). Strategi Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pendidikan Berbasis Keteladanan Dan Pembiasaan. Jurnal Study                        Islam,  8(2),     134–146. file:///C:/Users/Thinkpad/Downloads/mustain 2024.pdf

Wijayanti, I. R., Fauziah, S. S., Hikmatiar, Z., Syahidin, S., & Parhan, M. (2024). Harmonisasi Pendidikan Ruh, Akal, dan Badan dalam Filsafat Pendidikan Islam: Mencapai Kesempurnaan Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 9(2), 309–322. https://doi.org/10.25299/al- thariqah.2024.vol9(2).15598

Post a Comment

0 Comments