Nama : Diya Isna’ul Hulma
(20325034)
Mata kuliah
: Ilmu Pendidikan
Kelas : PGMI A
Hari Guru Nasional 2025 hadir pada
momen ketika dunia pendidikan Indonesia sedang berada di persimpangan penting
antara tuntutan modernisasi dan kenyataan bahwa banyak guru masih belum berada
dalam kondisi yang sejahtera. Transformasi digital yang begitu cepat telah
mengubah cara belajar, cara mengajar, bahkan cara manusia memahami pengetahuan.
Dalam situasi ini, guru dituntut bukan hanya untuk menguasai materi pelajaran,
namun juga beradaptasi dengan teknologi, mengelola pembelajaran digital, serta
terus mengembangkan kompetensi profesionalnya. Namun ironisnya, beban dan
ekspektasi yang semakin besar tersebut tidak selalu diiringi dengan
meningkatnya kualitas hidup para pendidik.
Masalah kesejahteraan guru baik
finansial, psikologis, maupun profesional masih menjadi isu yang sangat serius.
Tidak sedikit guru yang harus bekerja dengan fasilitas terbatas, menerima
penghasilan di bawah kebutuhan hidup layak, atau menghadapi beban administrasi
yang menguras waktu dan energi mereka. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada
kesejahteraan individu guru, tetapi juga memengaruhi kualitas pembelajaran yang
diberikan kepada siswa. Pendidikan yang bermartabat tidak mungkin terbangun di
atas fondasi tenaga pendidik yang masih berjuang memenuhi kebutuhan hidup.
Karena itu, pembahasan mengenai kesejahteraan guru bukan sekadar wacana,
melainkan isu nasional yang menentukan arah masa depan pendidikan Indonesia.
Relevansi topik ini semakin kuat
ketika dikaitkan dengan tema besar Hari Guru Nasional 2025, yaitu upaya
mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas dalam lanskap digital.
Pendidikan tidak akan mampu bertransformasi secara optimal tanpa keberadaan
guru yang sejahtera, termotivasi, dan memiliki kesempatan untuk terus
berkembang. Guru adalah penggerak utama perubahan dialah yang menerjemahkan
kebijakan, memanusiakan pengetahuan, dan membentuk karakter generasi muda.
Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan guru bukan sekadar bentuk
penghargaan, tetapi merupakan syarat mutlak untuk menciptakan pendidikan
bermartabat di era yang penuh tantangan.
Kesejahteraan guru merupakan
salah satu fondasi utama yang menentukan kualitas pendidikan sebuah bangsa. Di
era digital seperti saat ini, peran guru semakin kompleks karena tidak hanya
dituntut mengajar, tetapi juga mengelola kelas berbasis teknologi, memproduksi
media pembelajaran digital, memahami literasi digital, hingga mengantisipasi
berbagai dampak negatif teknologi terhadap perkembangan siswa. Tugas ini
menuntut kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan satu dekade lalu. Sayangnya,
tuntutan tersebut belum diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan yang
memadai.
Secara struktural, masih banyak guru terutama guru honorer yang
menghadapi ketidakpastian status pekerjaan dan pendapatan yang tidak mencukupi
kebutuhan dasar. Gaji yang rendah membuat sebagian guru mencari pekerjaan
tambahan, sehingga mengurangi waktu mereka untuk melakukan refleksi
pembelajaran, mengikuti pelatihan, atau mengembangkan inovasi kelas.
Ketimpangan fasilitas antar daerah juga memperburuk kondisi. Di beberapa
wilayah, guru bahkan harus menyediakan sendiri perangkat digital untuk mengajar,
seperti laptop atau akses internet pribadi. Kondisi ini menunjukkan bahwa isu
kesejahteraan guru tidak hanya bersumber dari faktor finansial, tetapi juga
menyangkut dukungan profesional yang seharusnya dipenuhi negara. Dalam konteks
digitalisasi pendidikan, ketidaksetaraan kesejahteraan berpotensi menciptakan
kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah. Guru yang tidak memiliki akses
pelatihan digital yang memadai akan tertinggal dalam inovasi pembelajaran.
Dampaknya, kualitas layanan pendidikan menjadi tidak merata. Oleh karena itu,
peningkatan kesejahteraan bukan hanya perbaikan kesejahteraan individu guru,
tetapi merupakan strategi untuk memperkuat sistem pendidikan nasional secara
keseluruhan.
Kesejahteraan guru berhubungan langsung dengan mental, motivasi kerja,
dan kualitas interaksi guru dengan siswa. Guru yang sejahtera secara finansial
dan emosional cenderung memiliki energi lebih besar untuk mengajar dengan penuh
dedikasi. Mereka dapat merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan adaptif,
seperti menggunakan media interaktif, membuat modul berbasis digital, dan
mengakses berbagai sumber pengetahuan daring sebagai pengayaan materi. Sebaliknya,
guru yang terbebani oleh tekanan ekonomi sering kali mengalami stres, kelelahan
mental, dan berkurangnya motivasi untuk berinovasi. Guru yang sejahtera juga lebih mampu hadir
secara emosional dalam proses pembentukan karakter siswa. Di tengah maraknya
tantangan moral dan sosial di era digital mulai dari cyberbullying, distraksi
media sosial, hingga penyalahgunaan teknologi kehadiran guru yang stabil secara
emosional sangat penting. Mereka mampu menjadi pembimbing, mediator, dan
teladan bagi siswa dalam menghadapi dinamika teknologi.
Selain itu, kesejahteraan juga berdampak pada profesionalisme guru. Guru
yang mendapatkan penghasilan layak memiliki kesempatan lebih besar untuk
mengikuti pelatihan, seminar, atau workshop peningkatan kompetensi. Mereka juga
dapat mengembangkan diri melalui pendidikan lanjutan seperti S2 atau S3. Hal
ini berpengaruh besar terhadap meningkatnya kualitas pedagogi yang diterapkan
dalam pembelajaran, serta kemampuan guru dalam menghubungkan materi dengan
tantangan dunia nyata. Lebih jauh lagi, kesejahteraan guru berpengaruh pada
iklim sekolah secara keseluruhan. Sekolah yang para pendidiknya merasa dihargai
dan didukung akan memiliki budaya kerja yang lebih positif. Guru dapat bekerja
sama dengan lebih sehat, saling berbagi praktik baik, dan membangun kolaborasi
profesional yang pada akhirnya memperkuat mutu pembelajaran di sekolah. Dengan
demikian, dampak kesejahteraan guru tidak hanya berhenti pada individu, tetapi
menyentuh seluruh ekosistem pendidikan.
Untuk menciptakan pendidikan yang bermartabat, pemerintah, lembaga
pendidikan, dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam memperjuangkan
kesejahteraan guru secara menyeluruh. Peningkatan kesejahteraan finansial perlu
dilakukan secara merata. Guru honorer harus mendapat gaji layak. Pengangkatan
guru non-ASN menjadi ASN perlu dilakukan melalui mekanisme yang transparan,
akuntabel, dan mempertimbangkan kebutuhan nyata di lapangan. Kebijakan ini akan
memberikan rasa aman dan meningkatkan motivasi guru dalam bekerja. Pemerintah
perlu memperluas akses pelatihan berbasis teknologi yang terjangkau dan merata,
terutama untuk guru di daerah terpencil. Pelatihan literasi digital, manajemen
kelas virtual, pembuatan media interaktif, hingga penggunaan kecerdasan buatan
dalam pembelajaran harus menjadi bagian dari program peningkatan kompetensi
guru. Peningkatan keterampilan ini bukan hanya memperbaiki kualitas pengajaran,
tetapi juga mengurangi kesenjangan kompetensi antar guru di berbagai daerah.
Sekolah juga harus menyediakan lingkungan kerja yang suportif melalui budaya
kolaboratif, penghargaan atas prestasi guru, serta ruang bagi guru untuk
menyampaikan aspirasi tanpa tekanan. Fasilitas pendukung seperti ruang guru
yang nyaman, perangkat teknologi yang memadai, dan akses internet yang stabil
merupakan bentuk penghargaan terhadap kebutuhan profesional guru.
Dengan strategi yang menyentuh aspek finansial, profesional, dan
psikologis, peningkatan kesejahteraan guru akan menjadi pondasi kuat bagi
terwujudnya pendidikan yang bermartabat dan relevan dengan perkembangan zaman.
Guru yang sejahtera bukan hanya mampu mengajar dengan baik, tetapi juga
menciptakan generasi yang berkarakter, adaptif, dan siap menghadapi tantangan
era digital.
Peningkatan kesejahteraan guru
merupakan langkah penting untuk membangun pendidikan yang bermartabat di era
digital. Guru memegang peran sentral dalam membimbing siswa menghadapi
perubahan zaman, sehingga mereka membutuhkan dukungan yang memadai baik secara
finansial, profesional, maupun emosional. Tanpa kesejahteraan yang layak, guru
akan kesulitan untuk berinovasi, menguasai teknologi, dan menciptakan
pembelajaran yang efektif. Era digital menawarkan banyak peluang, tetapi juga
menambah beban kerja guru. Karena itu, peningkatan kesejahteraan bukan hanya
bentuk penghargaan, melainkan kebutuhan mendasar agar pendidikan dapat
berkembang secara berkelanjutan. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu
bekerja sama menyediakan fasilitas digital, pelatihan yang merata, serta
lingkungan kerja yang sehat bagi para pendidik. Guru yang sejahtera bukan hanya
menghasilkan pembelajaran yang lebih baik, tetapi juga membantu membentuk
karakter siswa secara lebih optimal. Melalui dukungan yang tepat, guru dapat menjalankan
perannya sebagai penggerak perubahan dan penjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam
pendidikan. Dengan demikian, komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru
sesungguhnya adalah investasi besar untuk masa depan bangsa dan kualitas
generasi mendatang.
0 Comments