Nama: Najwa Fitriani
NIM: 20325033
Kelas: PGMI A
Di era digital yang serba cepat dan penuh inovasi, guru memegang peranan yang sangat vital dalam dunia pendidikan. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai pendidik, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, serta evaluator perkembangan peserta didik (Slameto, 2019). Pada momentum Hari Guru ini, peran mulia tersebut terasa semakin istimewa karena jasa guru menjadi fondasi dari setiap langkah kemajuan yang kita nikmati hari ini. Seiring dengan kemajuan teknologi, tuntutan terhadap peran guru semakin kompleks, karena mereka dituntut mampu memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari proses pembelajaran (Wibowo, 2020). Penggunaan media seperti animasi, gambar, video, maupun suara menjadi bentuk nyata penerapan teknologi yang dapat meningkatkan minat dan efektivitas belajar. Namun, tidak semua guru mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi yang begitu dinamis. Keterbatasan kompetensi digital, sarana prasarana, serta pelatihan yang belum merata menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan pembelajaran berbasis teknologi. Oleh karena itu, kolaborasi antara guru dan teknologi menjadi kunci penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas serta mewujudkan guru hebat dan kemampuan di era digital. Dengan demikian, kemampuan guru dalam beradaptasi dan berinovasi dengan teknologi menjadi kunci keberhasilan pendidikan di tengah arus digitalisasi yang semakin pesat. Dalam konteks ini, penting bagi guru untuk tidak hanya mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga mengintegrasikannya secara kreatif agar proses pembelajaran tidak hanya informatif, tetapi juga mampu membentuk karakter siswa yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Guru sebagai penggerak utama inovasi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Guru sebagai inovator dalam teknologi pembelajaran digital di era digital mempunyai peran yang penting dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena guru di era digital harus mampu menjadi moderator, inspirator, dan agen perubahan pendidikan sehingga mampu meningkatkan kreativitas siswa dan mengembangkan kemampuan siswa digital. Oleh karena itu, guru harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran secara tepat guna agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif, inovatif, dan interaktif. Contohnya melalui penggunaan platform seperti Google Classroom untuk mengelola tugas secara berani, atau aplikasi seperti Kahoot untuk membuat kuis interaktif yang melibatkan siswa secara langsung. Selain itu, guru dapat mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) untuk personalisasi pembelajaran, seperti rekomendasi materi berdasarkan kemampuan individu siswa. Inovasi ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berkolaborasi dalam lingkungan digital yang aman. Oleh karena itu, guru berperan sebagai agen perubahan, memastikan bahwa teknologi bukan sekadar alat, melainkan bagian penting dari proses pendidikan yang dinamis.
Teknologi membantu guru menciptakan pembelajaran yang interaktif, menarik, dan relevan bagi peserta didik.
Peran teknologi di era digital sangat berpengaruh terhadap segala aspek, terutama aspek pendidikan. Teknologi membantu guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, interaktif, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penyajian materi melalui power point yang menarik, menampilkan konten edukatif atau film yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dan penggunaan alat seperti video conference untuk diskusi real-time antar siswa dari berbagai lokasi. Misalnya, dengan memanfaatkan augmented reality (AR) untuk simulasi eksperimen sains, sehingga siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang lebih nyata tanpa risiko. Teknologi juga memungkinkan pembelajaran terpadu, di mana materi offline dikombinasikan dengan online, sehingga siswa dapat menyesuaikan dengan cara belajar mereka. Oleh karena itu, seorang guru di zaman sekarang harus mampu kreatif dan inovatif agar pembelajaran terasa lebih menyenangkan bagi peserta didik. Ini tidak hanya meningkatkan motivasi siswa, tetapi juga membantu mereka untuk memecahkan suatu konsep abstrak dengan mengaplikasikannya di dunia nyata, seperti menggunakan analisis data untuk memahami suatu permasalahan di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Keterbatasan kompetensi digital dan fasilitas menjadi tantangan utama dalam kolaborasi guru dan teknologi.
Kompetensi guru digital yang kurang dan lemahnya fasilitas teknologi dapat menghambat berjalannya kolaborasi guru dengan teknologi. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya keterbatasan guru dalam memahami teknologi, artinya seorang guru hanya mengetahui dasar-dasarnya saja dan kurang mempelajari teknologi secara mendalam serta kurangnya pemerataan pelatihan kompetensi guru digital, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain itu, hal tersebut juga diperparah dengan terjadinya kesenjangan akses teknologi dan infrastruktur, seperti ketiadaan internet yang stabil atau perangkat yang memadai di sekolah-sekolah pedesaan. Permasalahan-permasalahan tersebut mampu diatasi dengan cara meningkatkan pelatihan kompetensi digital guru sampai daerah-daerah pelosok serta adanya dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk memperkuat kompetensi digital guru. Misalnya, melalui program sertifikasi digital berkala dan penyediaan infrastruktur seperti hotspot internet gratis. Selain itu, kolaborasi dengan komunitas teknologi atau universitas dapat memberikan dukungan tambahan, seperti workshop praktis untuk menguasai alat-alat seperti Canva untuk desain materi atau Scratch untuk pengajaran pemrograman dasar. Dengan langkah-langkah ini, tantangan dapat diubah menjadi peluang bagi pemerataan pendidikan berkualitas.
Kolaborasi harmonis antara peran manusia guru dan kecanggihan teknologi menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna.
Kolaborasi guru dan teknologi sangat
berpengaruh, terutama di era sekarang. Kolaborasi ini diharapkan dapat
menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan bermanfaat, baik bagi tenaga
pendidik maupun peserta didik. Namun, guru juga harus mewaspadai dampak negatif
teknologi agar nilai dan norma yang ada tidak tersisihkan dengan adanya
teknologi canggih. Oleh karena itu, guru perlu mendapatkan pelatihan
digitalisasi agar dapat menyaring dampak teknologi yang terjadi. Dengan
demikian, guru harus mampu memanfaatkan teknologi secara bijaksana, efisien,
dan optimal. Misalnya, dengan mengintegrasikan etika digital ke dalam
kurikulum, seperti mengajarkan siswa tentang privasi data dan penggunaan media
sosial yang bertanggung jawab. Kolaborasi ini juga melibatkan aspek emosional,
di mana guru tetap menjadi figur empati dan motivator, sementara teknologi
sebagai pendukung untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang. Hasilnya adalah
pembelajaran yang tidak hanya berbasis pengetahuan, tetapi juga membentuk
karakter siswa yang siap menghadapi tantangan zaman dengan memanfaatkan
teknologi secara bijaksana.
Kolaborasi guru dan teknologi sangat
dibutuhkan di era modern. Guru di era digital dituntut tidak hanya sebagai
penyampai materi saja, namun mampu menyampaikan materi dengan berbagai metode
yang menarik, salah satunya dengan melibatkan penggunaan teknologi untuk
menunjang proses pembelajaran. Kolaborasi guru dan teknologi dapat membantu
guru dalam menciptakan proses penyampaian materi menjadi lebih interaktif,
efektif, inovatif, dan kreatif. Namun, guru juga perlu memperhatikan dampak
teknologi. Oleh karena itu, guru di era digital harus mampu menilai teknologi
yang bermanfaat bagi pendidikan. Contoh media dan teknologi yang dapat
dimanfaatkan antara lain Google Classroom, Zoom, PowerPoint yang menarik
mengenai materi yang disampaikan, konten edukatif yang relevan dengan materi
yang disampaikan, serta penggunaan AI (Artificial Intelligence) untuk membuat
variasi metode pembelajaran. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan komitmen
bersama dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan akses dan pelatihan.
Dengan pendekatan yang seimbang, pendidikan di Indonesia dapat berkembang
menjadi lebih inklusif dan berdaya saing, mempersiapkan generasi muda untuk
masa depan yang penuh kemungkinan. Pada akhirnya, guru harus terus belajar dan
beradaptasi, memastikan bahwa teknologi menjadi alat untuk memperkaya, bukan
menggantikan, hakikat pendidikan manusia.
0 Comments