Nama: Qonik Qosmila
Nim: 20325039
Kelas: PGMI A
Pendahuluan
Perkembangan globalisasi membawa perubahan
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari sosial,
budaya, hingga pendidikan. Kemajuan teknologi serta keterbukaan arus informasi
menyebabkan batas antarnegara semakin tidak terlihat, sehingga pengaruh budaya
asing dengan mudah masuk dan mempengaruhi cara berpikir generasi muda. Kondisi
tersebut memang memberikan peluang dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman
belajar secara luas, namun disisi lain juga memunculkan tantangan berupa
melemahnya karakter, menurunnya penghargaan terhadap budaya lokal, serta berkurangnya
rasa cinta tanah air di kalangan pelajar.
Kennedy (2001) menjelaskan bahwa di era
global, peran negara semakin berkurang dan kesadaran berbangsa juga ikut
menurun karena bidang ekonomi lebih dominan dibandingkan politik. Jika hal ini
tidak segera diatasi, nilai persatuan dan identitas nasional dapat mengalami
penurunan serius.
Untuk menjawab tantangan tersebut, dunia
pendidikan memegang peranan penting dalam membangun jiwa kebangsaan sejak usia
sekolah. Mata pelajaran Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki
kontribusi strategis dalam menanamkan nilai nasionalisme, karena bukan hanya
menyampaikan materi akademik, tetapi juga membangun sikap kepahlawanan,
patriotisme, tanggung jawab, dan keteladanan. Melalui pembelajaran yang menarik
dan dekat dengan realitas kehidupan siswa, nilai persatuan dan identitas bangsa
dapat diperkuat agar generasi muda tidak mudah terpengaruh dampak negatif
globalisasi.
Dalam prosesnya, guru berperan sangat penting
sebagai pendidik sekaligus teladan, motivator, inspirator, dan fasilitator yang
dapat menumbuhkan semangat mencintai tanah air melalui pendekatan pembelajaran
yang kontekstual dan bermakna. Namun pada kenyataannya, fenomena menurunnya
minat terhadap pelajaran sejarah, maraknya tindakan kekerasan di sekolah, dan
rendahnya penghormatan terhadap simbol negara menunjukkan bahwa masih terdapat
tantangan besar dalam penanaman nilai kebangsaan di lingkungan pendidikan.
Oleh sebab itu, penelitian mengenai peran guru
dalam menanamkan nasionalisme pada era global menjadi sangat relevan untuk
dilakukan, agar dapat ditemukan strategi pembelajaran yang efektif demi
membentuk generasi muda yang memiliki karakter nasional yang kuat dan mampu
menjaga keutuhan NKRI.
Isi
Pada masa globalisasi seperti sekarang,
kehidupan manusia mengalami perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk
sosial, ekonomi,budaya, politik, dan terutama pendidikan. Teknologi digital
yang berkembang pesat membuat arus informasi semakin mudah diakses tanpa batas
ruang dan waktu. Peserta didik dari tingkat sekolah dasar hingga menengah
tumbuh dalam lingkungan yang sangat terbuka, hingga mempengaruhi cara berpikir,
gaya hidup, dan pola perilaku mereka. Situasi ini membawa manfaat berupa
perluasan wawasan dan kesempatan belajar yang lebih luas, namun sekaligus
memunculkan ancaman berupa melemahnya identitas kebangsaan dan berkurangnya
kepedulian terhadap budaya nasional.
Fenomena yang sering terlihat dalam dunia
pendidikan, seperti tawuran antar pelajar, rasa enggan mengikuti upacara
bendera, rendahnya penghormatan terhadap simbol-simbol negara, minimnya
pemahaman tentang sejarah perjuangan bangsa, hingga kecenderungan lebih bangga
terhadap budaya asing dibandingkan budaya sendiri menjadi indikator nyata bahwa
rasa nasionalisme generasi muda mulai menurun. Tidak sedikit siswa yang
menganggap pelajaran sejarah hanya sebagai hafalan nama tokoh atau tanggal
peristiwa, bukan sebagai pelajaran yang memiliki makna bagi kehidupan mereka.
Kondisi ini menjadi peringatan serius bahwa pendidikan karakter perlu diperkuat
secara konsisten.
Dalam upaya menanggapi tantangan tersebut,
peran guru memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dan guru sejarah memiliki tanggung jawab besar dalam
menanamkan nilai kebangsaan. PKn tidak hanya mengajarkan teori tentang
kewarganegaraan atau peraturan perundang-undangan, tetapi menjadi sarana
pembentukan sikap dan karakter warga negara. Melalui pembelajaran yang humanis
dan dekat dengan kehidupan siswa, guru dapat mengembangkan nilai cinta tanah
air, toleransi, kesadaran persatuan, kepedulian sosial, serta rasa tanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia.
Selain itu, guru harus menjadi teladan bagi
peserta didiknya. Sikap guru dalam keseharian seperti kedisiplinan, kesopanan,
kejujuran, kemampuan menghargai perbedaan, dan penghormatan terhadap simbol
negara akan lebih mudah mempengaruhi karakter siswa dibandingkan teori yang
disampaikan di kelas. Keteladanan menjadi salah satu strategi pembentukan
karakter yang paling efektif, karena peserta didik cenderung meniru perilaku
positif yang mereka lihat secara langsung.
Pembelajaran sejarah juga memegang peran
penting dalam memperkuat identitas bangsa. Sejarah bukan sekadar masa lalu,
tetapi bagian dari proses membangun kesadaran bahwa bangsa Indonesia lahir
melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan besar. Guru sejarah harus mampu
menyampaikan peristiwa bersejarah melalui pendekatan naratif dan inspiratif
sehingga siswa merasa terlibat secara emosional dan menumbuhkan kebanggaan
terhadap bangsa sendiri. Dengan memahami perjalanan bangsa, generasi muda tidak
mudah terpengaruh oleh budaya asing yang berpotensi mengikis nilai persatuan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif,
guru perlu menggunakan metode yang kreatif seperti diskusi kelompok, studi
kasus, permainan peran, pemutaran film dokumenter, penelitian sejarah lokal,
hingga kunjungan ke museum. Metode seperti ini membuat pembelajaran lebih
bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa, sehingga nilai nasionalisme tidak
hanya dipahami tetapi dapat diterapkan dalam tindakan nyata.
Selain pembelajaran di kelas, budaya sekolah
juga menjadi faktor penting dalam membentuk karakter nasional. Kegiatan seperti
upacara bendera, pramuka, kerja bakti, lomba budaya, dan program peduli
lingkungan membantu mengembangkan sikap disiplin, rasa hormat, solidaritas, dan
tanggung jawab. Pendidikan yang melibatkan pengalaman langsung seringkali
memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan teori yang hanya disampaikan
secara lisan.
Di era keterbukaan informasi, kemampuan
berpikir kritis juga harus dikembangkan agar siswa mampu menyaring informasi
global yang beredar melalui media sosial dan internet. Dengan kemampuan
tersebut, siswa dapat memilih informasi yang sejalan dengan nilai Pancasila dan
budaya bangsa, serta tidak mudah terpengaruh oleh paham yang dapat memecah
belah persatuan.
Sebagai calon pendidik, saya merasa bahwa
menanamkan nilai nasionalisme pada siswa bukan hanya tanggung jawab dalam
penyampaian materi, tetapi juga melalui keteladanan sikap dan perilaku
sehari-hari. Saat saya mengamati lingkungan sekitar, saya melihat bahwa banyak
siswa lebih mengenal budaya luar dibandingkan budaya bangsanya sendiri. Hal
tersebut membuat saya semakin sadar bahwa guru harus mampu menjadi figur yang
mampu menginspirasi dan membimbing siswa untuk mencintai Indonesia melalui cara
yang sederhana namun bermakna.
Dengan demikian, guru memiliki peran sangat
penting dalam membentuk generasi yang berkarakter nasionalis dan mampu menjaga
identitas bangsa di tengah derasnya pengaruh global.
Kesimpulan
Globalisasi membawa perubahan besar dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk dalam aspek pendidikan dan karakter
generasi muda. Keterbukaan informasi dan masuknya budaya asing secara cepat
telah membuat rasa nasionalisme semakin melemah. Oleh karena itu, upaya untuk
memperkuat identitas bangsa melalui pendidikan menjadi sangat penting.
Guru, khususnya guru PKn dan sejarah, memegang
peran krusial sebagai pendidik sekaligus teladan dalam menanamkan nilai
nasionalisme. Melalui metode pembelajaran yang kreatif dan bermakna serta
melalui keteladanan dalam sikap dan perilaku, siswa dapat memahami nilai
persatuan, cinta tanah air, dan tanggung jawab sebagai warga negara. Selain
pembelajaran akademik, kegiatan sekolah dan pembiasaan karakter juga menjadi
sarana efektif untuk memperkuat jati diri bangsa.
Karena itu, penanaman nilai nasionalisme harus
dilakukan secara berkesinambungan melalui kerja sama sekolah, keluarga, dan
lingkungan masyarakat. Hanya dengan pendidikan karakter yang kuat dan
konsisten, generasi muda Indonesia mampu menjadi pribadi yang berintegritas,
mencintai tanah air, dan siap membangun bangsa di tengah tantangan global.
0 Comments