Nama: Naraya Throiq Alyusitra
Nim: 20325007
Kelas: PGMI A
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Muhlisin M.Ag
PENDAHULUAN
Ditengah
tengah perkembangan
zaman meningkatkannya arus teknologi dan informasi tentu membawa dampak positif
sekaligus negatif terkhusus dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ruang
tumbuh kembang siswa, ruang belajar siswa, termasuk upaya untuk bagaimana
memahami serta memaknai arti hidup dengan benar. Di era digital ini informasi
melimpah termasuk kemudahan dalam akses informasi itu sendiri. Namun, risiko hoaks
dan misinformasi masih sangat tinggi, salah satu penyebab paling nyata adalah
karena kurangnya literasi digital termasuk pada siswa.
Literasi
digital merupakan cara untuk memahami dan menggunakan informasi dan
mengevaluasi informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat
luas menggunakan teknologi digital. Kemajuan teknologi informasi digital harus
diiringi dengan kemampuan literasi digital. Ini merupakan syarat mutlak yang
harus dilakukan, terkhusus bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa. Apalagi,
generasi muda menjadi kelompok pengguna paling aktif pada penggunaan internet.
Untuk itu,
tantangan tantangan masih banyak ditemukan. Banyak siswa yang mampu dan fasih menggunakan teknologi,
tapi belum mampu memilah dan memilih informasi dengan baik. Maka, guru sangat
berperan penting dalam membimbing dan mengarahkan siswa terkait implementasi
literasi digital. Guru bukan hanya mengajar mata pelajaran saja, tapi guru juga
harus menjadi contoh dan teladan literasi digital. Dalam kaitannya dengan Hari
Guru Nasional 2025, guru sebagai penjaga martabat bangsa melalui pendidikan
digital yang sehat. Literasi digital bagi siswa bukan hanya opsional, tetapi
merupakan kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, guru tidak hanya dituntut menguasai
teknologi, tetapi juga menjadi teladan dalam praktik literasi digital pada
siswa.
ISI
Kondisi
Literasi Digital di Indonesia
Saat
ini, tingkat literasi digital siswa di Indonesia masih cenderung “sedang”,
namun sebenarnya sudah menunjukan kemajuan, tetapi kemampuan kritis dan etika
digital masih lemah. Penelitian di sejumlah sekolah (misalnya di SMAN 1 Kesesi,
Pekalongan) menemukan bahwa digital literacy siswa berada di level “moderate”
sekitar 71% berdasarkan kuesioner aspek-aspek seperti mencari informasi,
mengevaluasi sumber, dan membuat konten. Akses dan infrastruktur yang tidak
merata menjadi kendala tersendiri bagi siswa. Maraknya kasus hoaks, cyberbullying,
misinformasi, dan budaya share informasi tanpa cek sumber juga menjadi
tantangan yang perlu diperhatikan. Kesadaran pribadi siswa akan pentingnya
literasi digital di era sekarang ini juga sangat diperlukan. Guru berperan
penting dalam meningkatkan literasi digital siswa yang masih tergolong “sedang”
ini. Keterampilan literasi digital harus
terus diberikan pada setiap guru, terkhusus pada aspek kritis dan etika
sehingga kemampuan literasi digital siswa di Indonesia dapat berkembang lebih
baik.
Peran
Guru Sebagai Teladan Literasi Digital
Dalam hal ini, guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswa, bukan hanya mengenai bagaimana caranya etika berperilaku yang baik tetapi juga bagaimana caranya beretika digital yang baik. Guru perlu menunjukan perilaku digital yang etis, seperti cara membagikan suatu informasi, menyebutkan sumber, dan menghindari ujaran kebencian. Penerapan dan upaya peningkatan literasi digital pada siswa merupkan tugas semua guru, meskipun bukan guru TIK. Literasi digital erat kaitannya dengan bersikap kritis terhadap informasi. Guru dituntut untuk mampu memberikan contoh dan arahan-arahan. Keteladanan tidak dilihat hanya dengan penyampaian teori saja, setiap siswa belajar dari apa yang gurunya contohkan dan praktikan.
Praktik
Baik di Lapangan
Banyak
ide-ide yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan tingkat literasi digital
siswa dalam proses belajar mengajar. Seperti dengan mengenalkan siswa pada fact
checking, yaitu memeriksa terlebih dahulu suatu informasi apakah itu adalah
informasi benar atau salah dengan membandingkannya dengan proses yang
terpercaya. Selain itu guru dapat mengintegrasikan pembelajaran dengan platform
digital seperti Google Classroom, Padlet, Canva dan platform digital lainnya
sambil menanamkan etika penggunaan yang baik. Bukan hanya memberikan arahan
lalu membiarkan siswa menyelesaikan sendiri tanpa diberi arahan struktural yang
jelas. Guru juga dapat melakukan praktik langsung dalam upaya meningkatkan
literasi digital melalui pengalaman pribadi, seperti dengan bagaimana cara
menyaring informasi dengan baik sesuai dengan apa yang pernah dilakukan sebelum
sebelumnya.
Solusi
dan Gagasan Penguatan Peran Guru
Beberapa
solusi yang dapat dilakukan dalam upaya penguatan peran guru terhadap literasi
digital diantaranya yaitu dengan melakukan pelatihan literasi digital bagi guru
secara berkala. Pada dasarnya zaman akan terus mengalami perkembangan dan
perubahan terkhusus pada aspek teknologi. Guru sebagai penggerak harus terus
mengasah, memahami, dan beradaptasi terhadap setiap perubahan yang ada. Karena
jika tidak maka proses penyampaian, pengajaran, dan penyaluran informasi pada
siswa akan terganggu dan kurang optimal. Pemerintah juga seharusnya mampu
menerapkan kurikulum yang memasukkan kompetensi digital etis. Dalam hal ini
orangtua juga turut berperan penting. Kolaborasi yang baik dan terstruktur
anatara pihak guru dengan orangtua dapat dilakukan untuk terus mengawasi
penggunaan media digital siswa. Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat perlu
saling merangkul dalam upaya peningkatan kompetensi literasi digital.
PENUTUP
Kemajuan
teknologi informasi digital harus diiringi dengan kemampuan literasi digital. Dalam
era digital yang terus berkembang, literasi digital menjadi instrumen kritis
dalam membangun imunitas kognitif untuk menghadapi tantangan informasi dan
menjadi komponen esensial dalam pendidikan. Literasi digital bukan hanya
kemampuan teknis, tapi kemampuan berpikir kritis dan etis. Literasi digital
dapat memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, literasi digital
juga berperan untuk mengefektifkan interaksi dan komunikasi selama proses
pembelajaran. Secanggih apapun teknologi yang ada, peran utama guru tetap tidak
dapat tergantikan. Proses belajar mengajar bukan hanya dengan proses
penyampaian materi saja, tetapi keterlibatan hati, ketulusan, kehangatan, dan
juga kasih sayang seorang guru yang merupakan kunci. Guru akan tetap menjadi
pelita di tengah derasnya arus informasi digital.
0 Comments